Karya:Pavel Naumov/istock.com |
Rabu, 13 Oktober 2021
Hari Biasa Pekan XXVIII
“Bila seseorang mempertimbangkan betapa besar penderitaan Yesus, seseorang tidak akan melakukan dosa yang paling kecil” (Sta. Gianna Bereta Molla)
Antifon Pembuka (lih. Ibr 4:12)
Sabda Allah itu hidup dan penuh daya, menguji segala pikiran dan maksud hati.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang mahabaik, sungguh besar kesabaran-Mu dan sungguh agung kerahiman-Mu. Perkenankanlah kami bertobat mengakui kebenaran-Mu, yang tampak dalam diri Yesus, Sabda-Mu yang terpercaya dan mendatangkan harapan. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Hari Biasa Pekan XXVIII
“Bila seseorang mempertimbangkan betapa besar penderitaan Yesus, seseorang tidak akan melakukan dosa yang paling kecil” (Sta. Gianna Bereta Molla)
Antifon Pembuka (lih. Ibr 4:12)
Sabda Allah itu hidup dan penuh daya, menguji segala pikiran dan maksud hati.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang mahabaik, sungguh besar kesabaran-Mu dan sungguh agung kerahiman-Mu. Perkenankanlah kami bertobat mengakui kebenaran-Mu, yang tampak dalam diri Yesus, Sabda-Mu yang terpercaya dan mendatangkan harapan. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (2:1-11)
"Allah membalas setiap orang menurut perbuatannya."
Hai manusia, siapapun juga engkau, kalau menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari kesalahan. Sebab dalam menghakimi orang lain, engkau pun menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah? Ataukah kauanggap sepi kemurahan-Nya yang berlimpah? Kauanggap sepikah kesabaran dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri untuk hari penghakiman. Saat murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Hidup kekal akan diberikan kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, yang mencari kemuliaan, kehormatan dan kebakaan. Tetapi murka dan geram akan diberikan kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani. Sebaliknya kemuliaan, kehormatan, dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. Sebab Allah tidak memandang bulu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.
Ayat. (Mzm 62:2-3.6-7.9)
1. Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku; hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
2. Hanya pada Allah saja aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku; hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
3. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 10:27)
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan; Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku.
Inilah Injil Suci menurut Lukas (11:42-46)
"Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi! Celakalah kamu, hai ahli-ahli kitab."
Sekali peristiwa Yesus bersabda, “Celakalah kalian, hai orang-orang
Farisi! Sebab kalian membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan
segala jenis sayuran, tetapi kalian mengabaikan keadilan dan kasih
Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Celakalah kalian, hai orang-orang Farisi, sebab kalian suka duduk di
tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar.
Celakalah kalian, sebab kalian seperti kubur yang tidak memakai tanda;
orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya. Seorang ahli
Taurat menjawab, “Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami
juga.” Tetapi Yesus berkata lagi, “Celakalah kalian juga, hai ahli-ahli
Taurat, sebab kalian meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada
orang, tetapi kalian sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari
pun.”
Renungan
Kita tahu bahwa kita seharusnya tidak menghakimi orang lain, apalagi kita sendiri yang dihakimi. Itulah yang Yesus ajarkan kepada kita.
Jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan menghakimi orang lain? Karena ada kalanya kita tidak terlalu yakin jika memberi pendapat sudah mendekati memberi penilaian.
Dalam pemahaman alkitabiah, penghakiman adalah tentang kondisi spiritual dan moral seseorang.
Ini bukan tentang tindakan seseorang melainkan tentang esensi orang itu, keberadaannya.
Jadi untuk mengatakan bahwa seseorang itu jahat, atau bahwa dia jahat, atau bahwa dia egois dapat berarti bahwa kita mengatakan bahwa itu adalah keberadaannya, itulah esensinya.
Itu sama saja dengan menghakimi kondisi spiritual dan moral orang itu.
Kita hanya bisa menilai tindakan, tetapi kita tidak bisa menilai kondisi spiritual dan moral seseorang.
Bacaan pertama memberi tahu kita bahwa tidak peduli siapa kita, jika kita menghakimi, maka kita tidak punya alasan.
Karena kondisi spiritual dan moral seseorang adalah antara orang itu dan Tuhan, dan kita tidak berhak membuat penilaian apapun tentangnya.
Bahkan dalam Injil, Yesus menghakimi tindakan orang Farisi tetapi Dia tidak mengatakan bahwa mereka jahat atau licik.
Tetapi apakah itu tentang karakter seseorang atau tentang tindakannya, marilah kita menahan diri dari membuat penilaian.
Mari kita bertindak adil, mengasihi dengan lembut dan berjalan dengan rendah hati bersama Tuhan. Itulah yang harus kita lakukan. (RENUNGAN PAGI)
Verbum Domini
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe (U. Terpujilah Kristus)
Renungan
Kita tahu bahwa kita seharusnya tidak menghakimi orang lain, apalagi kita sendiri yang dihakimi. Itulah yang Yesus ajarkan kepada kita.
Jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan menghakimi orang lain? Karena ada kalanya kita tidak terlalu yakin jika memberi pendapat sudah mendekati memberi penilaian.
Dalam pemahaman alkitabiah, penghakiman adalah tentang kondisi spiritual dan moral seseorang.
Ini bukan tentang tindakan seseorang melainkan tentang esensi orang itu, keberadaannya.
Jadi untuk mengatakan bahwa seseorang itu jahat, atau bahwa dia jahat, atau bahwa dia egois dapat berarti bahwa kita mengatakan bahwa itu adalah keberadaannya, itulah esensinya.
Itu sama saja dengan menghakimi kondisi spiritual dan moral orang itu.
Kita hanya bisa menilai tindakan, tetapi kita tidak bisa menilai kondisi spiritual dan moral seseorang.
Bacaan pertama memberi tahu kita bahwa tidak peduli siapa kita, jika kita menghakimi, maka kita tidak punya alasan.
Karena kondisi spiritual dan moral seseorang adalah antara orang itu dan Tuhan, dan kita tidak berhak membuat penilaian apapun tentangnya.
Bahkan dalam Injil, Yesus menghakimi tindakan orang Farisi tetapi Dia tidak mengatakan bahwa mereka jahat atau licik.
Tetapi apakah itu tentang karakter seseorang atau tentang tindakannya, marilah kita menahan diri dari membuat penilaian.
Mari kita bertindak adil, mengasihi dengan lembut dan berjalan dengan rendah hati bersama Tuhan. Itulah yang harus kita lakukan. (RENUNGAN PAGI)
Antifon Komuni (Yoh 14:6)
Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Ketika kita menghadiri Misa kita tidak datang untuk bertepuk tangan.
Kita tidak datang untuk menonton orang-orang, ataupun menghormatinya.
Kita ingin menyembah Allah, mengucap syukur kepada-Nya, meminta Ia
mengampuni dosa kita, dan meminta kepada-Nya apa yang kita butuhkan.” –
(Francis Cardinal Arinze)