“Keheningan adalah bagian dari Liturgi … misteri yang lebih agung, yang melampaui semua kata, mengundang kita dalam keheningan. Keheningan ini haruslah keheningan yang penuh, yang bukan sekedar ketiadaan ungkapan verbal dan bahasa tubuh. Apa yang seharusnya kita harapkan dalam liturgi ialah agar liturgi memberikan kita keheningan yang hakiki, yang positif, yang memulihkan kita. Keheningan yang bukan jeda belaka, yang mana ribuan pikiran dan keinginan menyerang kita, tetapi momen rekoleksi, yang menghasilkan kedamaian batin, membiarkan kita bernafas dan menemukan satu hal yang perlu … ” (Kardinal Joseph Ratzinger, The Spirit of Liturgy)
Antifon Pembuka (Why 10:9)
Ambillah dan makanlah kitab itu. Kitab itu akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu akan terasa manis seperti madu.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang Mahakudus, kami mohon, ajarilah kami berdoa menurut teladan Putra-Mu terkasih. Semoga tingkah laku kami melambangkan hormat, bakti dan syukur kami atas kemurahan hati-Mu yang selalu menghidupi kami. Sebab Dialah yang hidup dan berkuasa, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Wahyu (10:8-11)
Aku, Yohanes, mendengar suara dari langit, yang berkata kepadaku, “Pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan malaikat yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu”.Maka aku menghadap malaikat itu. Aku minta kepadanya, supaya memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Ia berkata, “Ambillah dan makanlah, Kitab itu akan terasa pahit dalam perutmu, tetapi manis seperti madu dalam mulutmu.” Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat dan memakannya. Rasanya manis seperti madu dalam mulutku, tetapi setelah kumakan terasa pahit dalam perut. Maka malaikat itu berkata kepadaku, “Engkau harus bernubuat lagi kepada banyak bangsa, kaum, bahasa dan raja.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Betapa manis janji-Mu itu bagi langit-langitku, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 119:14. 24. 72. 103. 111. 131)
1. Aku bergembira atas peringatan-peringatan-Mu, melebihi segala harta.
2. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku dan kehendak-Mu menjadi penasihat bagiku.
3. Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih berharga daripada ribuan keping emas dan perak.
4. Betapa manis janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih manis daripada madu bagi mulutku.
5. Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku.
6. Mulutku kungangakan dan mengap-mengap, sebab aku mendambakan perintah-perintah-Mu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. (2Taw 7:16)
Tempat ini telah Kupilih dan Kukuduskan. Supaya nama-Ku tinggal di sana sepanjang masa.
Inilah Injil Suci menurut Lukas (19:45-48)
Pada waktu itu Yesus tiba di Yerusalem dan masuk ke Bait Allah. Maka mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ. Ia berkata, “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun!” Tiap-tiap hari Yesus mengajar di Bait Allah. Para imam kepala dan ahli Taurat serta orang-orang terkemuka bangsa Israel berusaha membinasakan Yesus. Tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Renungan
Apa pun yang kita pikirkan tentang ruang kita sendiri, itu adalah ruang kita sendiri dan kita akan mengonfigurasinya sesuai dengan keinginan kita sendiri.
Kita tidak akan menerima jika seseorang datang dengan beberapa komentar negatif tentang kantor kita, atau tempat kerja, atau rumah kita, atau kamar kita.
Kita mungkin berpikir bahwa itu bukan urusan mereka dan mereka tidak boleh berkeliling membuat komentar tanpa diundang di tempat dan ruang orang lain.
Jadi kita bayangkan bagaimana perasaan para imam kepala ketika Yesus datang ke Bait Allah dan mulai mengusir semua orang yang berjualan.
Dan Dia juga berkata, “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun!”
Mereka mungkin berpikir bahwa Yesus mengganggu ruang pribadi mereka. Bagaimanapun, mereka bertanggung jawab atas Bait Suci dan mereka akan menjalankannya dengan cara mereka sendiri.
Ya, mereka mungkin bertanggung jawab atas Bait Suci, tetapi harus diingat bahwa Bait Suci adalah Rumah Tuhan. Bait Suci adalah milik Tuhan dan harus menjadi rumah doa.
Dan para imam kepala telah mengizinkan bisnis dilakukan di Bait Suci, dan itu adalah bisnis di mana ada ketidakadilan yang dilakukan dengan harga yang melambung, membuat para penyembah yang datang ke Bait Suci tidak punya pilihan.
Apa yang menjadi milik Tuhan harus dilakukan sesuai dengan hukum dan ketentuan dari Tuhan. Melakukan yang sebaliknya hanya akan mengarah pada kerusakan dan kebusukan rohani.
Hati kita adalah milik Tuhan. Itu menjadi tempat berdoa di mana seharusnya ada kedamaian dan cinta. Yesus rendah hati dan lembut hati. Semoga kita menjadikan hati kita seperti hati-Nya. (RENUNGAN PAGI)