Jumlah Kanak-kanak Suci yang tidak bersalah yang dibunuh oleh Raja Herodes mungkin mengejutkan Anda.
Sejak abad ke-5 Gereja telah memperingati hari terpisah untuk mengenang anak-anak yang dibunuh oleh Raja Herodes setelah kelahiran Yesus. Matius adalah satu-satunya yang mencatat peristiwa tersebut dan detail seputarnya sangat tipis.
"Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, sangat marahlah ia. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yeremia: Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat memilukan; Rahel menangisi anak-anaknya, dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi." (Mat 12:16-18)
Jenis tindakan tidak masuk akal ini adalah tipikal Herodes, seorang penguasa gila, megalomania yang juga membunuh istri dan dua putranya selama hidupnya. Tanggapan langsung Herodes terhadap mereka yang menentangnya adalah melenyapkan mereka.
Episode alkitabiah biasanya diberi label "pembantaian", untuk menekankan pertumpahan darah tak berdosa yang kejam. Itu adalah tindakan yang mengerikan, meskipun tidak ada artinya jika dibandingkan dengan pembunuhan anak-anak tak berdosa di zaman modern di seluruh dunia.
Menurut Catholic Encyclopedia, “Liturgi Yunani menegaskan bahwa Herodes membunuh 14.000 anak laki-laki (ton hagion id chiliadon Nepion), orang Syria berbicara tentang 64.000, [dan] banyak penulis abad pertengahan 144.000.” Namun, jumlah anak ini lebih banyak dari seluruh penduduk Betlehem pada saat kelahiran Yesus.
Profesor William F. Albright “memperkirakan bahwa populasi Betlehem pada saat kelahiran Yesus adalah sekitar 300 orang. Jumlah anak laki-laki, berusia dua tahun atau lebih muda, kira-kira enam atau tujuh.” Sarjana lain mengklaim jumlahnya antara 10 – 20 anak laki-laki di Bethlehem dan sekitarnya.
Jumlah kematian yang rendah ini kemungkinan merupakan penjelasan mengapa tidak ada catatan sejarah sekuler tentang pembantaian tersebut. Sederhananya, segelintir anak yang dibunuh oleh penguasa setempat tidak cukup “menonjol”.
Terlepas dari berapa banyak anak yang terbunuh, kematian mereka adalah kekejaman yang mengerikan, dan Yesus bisa menjadi bagian dari jumlah itu jika Yusuf tidak diperingatkan untuk melarikan diri sebelumnya.
Peringatan Gereja akan peristiwa tersebut mengingatkan kita akan kesucian seluruh hidup manusia. Pada akhirnya tidak masalah berapa banyak anak yang terbunuh. Gereja menghormati ingatan mereka apakah itu 100 anak atau satu anak yang terbunuh.
Semua kehidupan itu berharga, terutama anak tak berdosa yang dibunuh di awal kehidupan.
Public Domain |
Sumber:Aleteia.org