Yesus minta diberi minum dan Ia berjanji akan memberi minum. Ia berkekurangan sebagai orang yang mau menerima. Ia berkelimpahan sebagai orang yang mau memuaskan. --- St. Agustinus
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 25:15-16)
Mataku tetap terarah kepada Tuhan, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jerat. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab sebatang kara dan celakalah aku.
Oculi mei semper ad Dominum, quia ipse evellet de laqueo pedes meos: respice in me, et miserere mei, quoniam unicus et pauper sum ego.
Doa Pagi
Ya Allah Yang Maharahim dan sumber segala kebaikan, Engkau telah menyatakan bahwa dosa dapat diampuni dengan puasa, doa dan amal kasih. Sudilah memandang kami, ciptaan-Mu yang rapuh. Semoga belas kasih-Mu senantiasa mengangkat kami kembali ketika kami tertunduk karena menyadari kesalahan kami. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Keluaran (17:3-7)
Sekali peristiwa, setelah bangsa Israel melewati padang gurun Sin, dan berkemah di Rafidim, kehausanlah mereka di sana. Maka bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata, “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir untuk membunuh kami, anak-anak dan ternak kami dengan kehausan?” Lalu berseru-serulah Musa kepada Tuhan, katanya, “Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!” Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Berjalanlah di depan bangsa itu, dan bawalah serta beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga tongkatmu yang kaupakai memukul Sungai Nil, dan pergilah. Maka Aku akan berdiri di depanmu di atas gunung batu di Horeb; pukullah gunung batu itu, dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum. Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel. Maka dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar, dan oleh karena mereka telah mencobai Tuhan dengan mengatakan, “Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = es, 4/4, PS 854
Ref. Singkirkanlah penghalang Sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Ayat. (Mzm 95:1-2,6-7,8-9)
1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan lagu syukur, bersorak-sorailah bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
2. Masuklah, mari kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita; kita ini umat gembalaan-Nya serta kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (5:1-2.5-8)
Saudara-saudara, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk ke dalam kasih karunia Allah. Di dalam kasih karunia itu kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 4:42.15)
Tuhan, Engkau benar-benar Juruselamat dunia. Berilah aku air hidup, supaya aku tidak haus lagi.
Inilah Injil Suci menurut Yohanes (4:5-42) (Singkat: 4:5-15,19b-26,39a,40-42)
Sekali peristiwa sampailah Yesus ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar, dekat tanah yang dahulu diberikan Yakub kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya, “Berilah Aku minum!” Sebab murid-murid Yesus telah pergi membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya, “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” Maklumlah orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Jawab Yesus kepadanya, “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapa Dia yang berkata kepadamu ‘Berilah Aku minum’, niscaya engkau telah meminta kepada-Nya, dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Kata perempuan itu kepada-Nya, “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan ia sendiri telah minum dari dalamnya, ia beserta anak-anak dan ternaknya?” Jawab Yesus kepadanya, “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi!” Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai ke hidup yang kekal.” Kata perempuan itu kepada-Nya, “Tuhan, berilah aku air itu, supaya aku tidak haus, dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, panggillah suamimu dan datanglah ke sini.” Kata perempuan itu, “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya, “Tepat katamu bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami, dan yang sekarang ada padamu pun bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” Kata perempuan itu kepada Yesus, “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” Kata Yesus kepadanya, “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, tetapi kami menyembah yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang, dan sudah tiba sekarang, bahwa para penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian. Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran.” Jawab perempuan itu, “Aku tahu, bahwa Mesias yang disebut juga Kristus akan datang; apabila datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” Kata Yesus kepadanya, “Akulah Dia, yang sedang bercakap-cakap dengan engkau!” Pada waktu itu datanglah murid-murid Yesus, dan mereka heran bahwa Yesus sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorang pun berkata, “Apa yang Engkau kehendaki?” Atau: “Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?” Sementara itu perempuan tadi meninggalkan tempayannya di situ, lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ. Mari lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia itu Kristus?” Maka mereka pun meninggalkan kota, lalu datang kepada Yesus. Sementara itu murid-murid mengajak Yesus, katanya, “Rabi, makanlah!” Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain, “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan “Empat bulan lagi tibalah musim menuai?” Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu, dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya, dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa ‘Yang seorang menabur dan yang lain menuai’. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan. Orang-orang lain berusaha, dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.” Banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada Yesus karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi, “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Yesus tinggal pada mereka, dan Yesus pun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan Yesus, dan mereka berkata kepada perempuan itu, “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dia benar-benar Juruselamat dunia.”
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe
(U. Terpujilah Kristus)
Renungan
Saudara dan saudari terkasih dalam Kristus, pada hari Minggu Prapaskah Ketiga ini, kita semua sebagai umat Kristiani dipanggil untuk mengingat kasih yang telah ditunjukkan Allah kepada kita semua terlepas dari pemberontakan, ketidaktaatan dan keras kepala yang telah kita tunjukkan kepada-Nya selama ini. Berawal dari cerita pada bacaan pertama kita hari ini, diambil dari Kitab Keluaran tentang pemberontakan bangsa Israel terhadap Tuhan di tempat yang disebut Rafidim, dimana mereka mengadu kepada Tuhan dan menjadi marah kepada Tuhan karena mengira Tuhan telah meninggalkan mereka dan pergi. mereka haus dan lapar di padang pasir.
Kita harus memahami bahwa sebenarnya, Tuhan telah memberkati mereka, menyediakan bagi mereka dan melindungi mereka sepanjang perjalanan penuh tantangan yang telah mereka lalui, mulai dari memanggil mereka semua melalui Musa, yang menghadapkan Firaun dengan saudaranya Harun, dan mengirim sepuluh tulah besar melawan Mesir dan orang Mesir sementara orang Israel dilindungi dari bahaya. Sejak itu, Tuhan telah memimpin mereka keluar dari Mesir, menghancurkan tentara dan kereta Firaun yang dikirim setelah mereka, membuka laut di depan mereka untuk berjalan di dasar laut yang kering.
Dan Tuhan juga memberi manusia air untuk diminum, berlimpah dan sebening kristal di tengah padang pasir yang luas dan kering. Dia memberi mereka makanan dalam bentuk manna, roti yang diturunkan dari surga sendiri, setiap pagi tanpa henti, dan juga burung-burung besar untuk melengkapi apa yang telah mereka miliki di dalam manna. Agar Tuhan menyediakan makanan bagi umat-Nya dan semua yang mereka butuhkan di tengah gurun yang kering dan tak bernyawa, Dia telah melakukan begitu banyak demi umat-Nya, namun kita melihat bagaimana orang-orang mengeluh dan menggerutu terhadap-Nya.
Meskipun tidak secara khusus disebutkan dalam bacaan hari ini, bangsa Israel juga mengeluh karena di Mesir meskipun mereka diperbudak oleh orang Mesir, mereka tidak kekurangan makanan dan hal-hal yang baik untuk dimakan, mengeluh bahwa yang harus mereka makan hanyalah manna yang 'hambar' sementara di bagian lain manna sebenarnya digambarkan manis dan enak rasanya. Semua ini menyinggung fakta bahwa bangsa Israel dicobai dan diombang-ambingkan oleh keserakahan dan keinginan mereka sendiri akan makanan dan kesenangan duniawi daripada menaati Allah.
Karena bangsa Israel banyak memusatkan perhatian dan penekanan pada kekurangan dan kekurangan mereka, hal ini menyebabkan mereka lupa bahwa mereka telah memiliki apa yang mereka butuhkan, semua disediakan oleh Tuhan yang tetap mengasihi mereka dan tetap sabar terhadap mereka meskipun mereka ketidaktaatan yang terus-menerus dan berulang-ulang, mengeluh dan menggerutu terhadap-Nya. Dan dalam apa yang kita dengar tentang pemberontakan bangsa Israel di Rafidim, Tuhan tetap meminta hamba-Nya Musa untuk memberikan kepada orang-orang apa yang mereka minta, yaitu air minum, meskipun telah diragukan oleh orang yang sama.
Saudara dan saudari dalam Kristus, kita memang harus menganggap diri kita sangat beruntung memiliki Allah yang penuh kasih dan perhatian, yang selalu begitu sabar dan baik terhadap kita terlepas dari semua ketidaktaatan kita, kepicikan dan keras kepala kita, dosa kita dan semua macam kejahatan yang telah kita lakukan di hadapan-Nya, seperti yang dapat disaksikan oleh orang Israel sendiri kepada kita melalui sejarah panjang pemberontakan dan ketidaktaatan mereka terhadap Tuhan, baik yang telah kita dengar dalam bacaan hari ini dari Kitab Keluaran, dan banyak kesempatan lainnya.
Tuhan selalu sabar terhadap umat-Nya, mengutus para nabi dan rasul, satu demi satu untuk mengingatkan orang-orang agar berpaling dari jalan-jalan mereka yang berdosa dan untuk memeluk sekali lagi hukum dan ajaran-Nya. Namun lebih sering daripada tidak, orang-orang menolak untuk mendengarkan dan mengeraskan hati mereka, lebih memilih untuk mengikuti keinginan dan jalan mereka sendiri, dalam ketidaktaatan terhadap Tuhan. Mereka menyembah berhala-berhala kafir dan mempersembahkan korban kepada mereka, antara lain mengikuti kebiasaan jahat tetangga kafir mereka. Namun, Tuhan masih mau mengampuni mereka dan bersedia berdamai dengan mereka.
Sekarang, mari kita perhatikan perikop Injil hari ini di mana kita mendengar tentang Tuhan Yesus dan perjumpaan-Nya dengan seorang wanita Samaria di sebuah tempat bernama Sikhar, di tanah orang Samaria. Saat itu, orang Samaria berselisih dengan orang Yahudi di Yudea dan Galilea, dan permusuhan ini telah terjadi selama beberapa abad pada saat pelayanan Yesus. Orang Samaria adalah keturunan orang-orang yang menetap di wilayah yang bernama Samaria setelah ibu kota lama kerajaan utara Israel setelah orang Asyur menghancurkan kerajaan itu dan membawa sebagian besar rakyatnya ke pengasingan.
Oleh karena itu, orang Samaria adalah campuran orang-orang, dengan keturunan dari orang Israel melalui orang-orang kerajaan utara Israel dan orang-orang yang telah dimukimkan kembali dari berbagai asal oleh orang Asyur. Orang-orang Yahudi, yang menjadi milik Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya, adalah keturunan orang-orang Yehuda, kerajaan selatan yang telah berkonflik dan bersaing dengan kerajaan utara Israel.
Orang-orang Yahudi mengira bahwa mereka mendapat jaminan keselamatan dan warisan Allah karena warisan mereka, tetapi mereka gagal untuk menyadari bahwa menjadi putra dan putri Abraham dan Israel saja bukanlah alasan yang cukup baik bagi mereka untuk menjadi layak dan benar di hadapan Allah. Dan Tuhan Yesus menunjukkan itu semua melalui perkataan dan interaksi-Nya dengan wanita Samaria, yang, dalam istilah masyarakat saat itu, termasuk yang paling rendah dari semua orang.
Seperti yang ditunjukkan oleh murid-murid Yesus kepada kita, hal yang paling membingungkan bagi mereka adalah bahwa Yesus, Guru mereka, seorang Yahudi, berada begitu dekat dengan seorang Samaria, apalagi seorang perempuan, dan terlibat dalam percakapan yang begitu mendalam dengannya. Itulah sebabnya Tuhan mengungkapkan kepada mereka bahwa Tuhan tidak membeda-bedakan umat-Nya dengan cara mereka terpecah satu sama lain, berprasangka buruk terhadap orang lain dan menganggap diri mereka lebih baik daripada orang lain berdasarkan prasangka dan pola pikir sempit mereka sendiri. .
Tuhan mengasihi kita semua dengan setara dan Dia memperlakukan kita semua dengan setara tanpa prasangka apa pun. Selama kita mau mengikuti Dia dan kasih-Nya, Dia akan memberi kita semua berkat yang dimaksudkan bagi kita, dan melalui Kristus, Putra-Nya, menjadikan kita semua menjadi putra dan putri angkat-Nya. Ini karena Kristus, Anak Allah, telah dengan rela masuk ke dunia kita dan mengambil keberadaan manusiawi kita dalam daging, lahir sebagai Anak Manusia, dan dengan berbagi kemanusiaan itu dengan kita, kita juga berbagi hubungan-Nya dengan Bapa. Kita menyebut Tuhan, Bapa kita karena ini.
Tuhan kita Yesus menunjukkan kepada kita semua bahwa kasih dan pengampunan Allah diberikan kepada kita semua umat manusia, dan bahkan kepada orang-orang berdosa yang paling buruk, seperti perempuan Samaria itu. Dan sekarang, Tuhan ingin kita semua merenungkan dengan hati-hati cara kita menjalani hidup kita, dan bagaimana kita menjalani hidup kita bersama dengan semua orang yang ada di sekitar kita, apakah kita ingin menjadi seperti orang Yahudi dan orang Samaria, yang berprasangka buruk terhadap satu sama lain, atau apakah kita ingin bekerja sama untuk lebih setia dan saling membantu untuk lebih berkomitmen kepada Tuhan.
Saudara dan saudari dalam Kristus, hari ini kita semua dipanggil untuk memperbaharui cinta dan pengabdian kita kepada Tuhan, sama seperti Dia telah sangat mencintai kita semua selama ini terlepas dari semua sikap, keraguan, ketidaktaatan, dan pemberontakan yang mengerikan yang telah kita tunjukkan dan lakukan. hidup kita. Kita harus ingat bagaimana Tuhan masih menyediakan bagi umat-Nya, bangsa Israel, selama total lebih dari empat puluh tahun sepanjang perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian. Terlepas dari semua tindakan mereka yang terus menerus dalam membuat marah Tuhan dan mengkhianati-Nya, Tuhan tetap mengirimkan manna dan makanan kepada mereka tanpa gagal, dan menyediakan air minum di padang gurun.
Jika Tuhan sangat mencintai kita semua terlepas dari ketidaksempurnaan dan dosa kita, lalu mengapa kita tidak bisa melakukan hal yang sama kepada saudara dan saudari kita? Setiap kali kita memandang rendah seseorang, atau curiga atau berprasangka buruk terhadap seseorang, atau setiap kali kita berpikir bahwa kita lebih baik atau lebih berharga dari orang lain, atau ketika kita marah terhadap orang tertentu atau tidak bahagia dan bahkan membenci mereka, maka kita harus tetap menjaga sikap pikirkan apa yang Tuhan telah lakukan kepada kita, mengampuni dan mencintai kita yang berdosa, seperti yang dikatakan St. Paulus dalam bacaan kita yang kedua hari ini, bahkan ketika kita masih begitu jahat, tidak sempurna, mengerikan dan dalam keadaan yang begitu rusak.
Masa Prapaskah ini, saat kita melangkah maju dalam menjalani hidup kita, marilah kita semua melihat dan berusaha untuk menjadi lebih seperti Tuhan, untuk mengasihi dengan cara Dia mengasihi kita, untuk lebih mengampuni sesama kita sama seperti Dia telah mengampuni kita, untuk lebih sabar satu sama lain, dengan pasangan kita, anak-anak, orang tua, anggota keluarga, teman-teman dan bahkan mereka yang tidak kita setujui dan tidak senangi, sama seperti Tuhan telah begitu sabar terhadap kita semua sementara ini. Marilah kita semua menjadikan masa Prapaskah yang diberkati ini bermakna dan bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan, melalui penghargaan kita yang lebih dalam akan kasih-Nya, melalui kehidupan doa yang sehat dan pendalaman kehidupan rohani kita, dan melalui amal dan tindakan cinta kita untuk saudara kita sesama. Semoga Tuhan memberkati kita semua, sekarang dan selamanya. Amin.
Baca renungan lainnya di lumenchristi.id silakan klik tautan ini
Baca juga: Angelus Paus Benediktus XVI, 24 Februari 2008 Minggu Prapaskah III, "Perempuan Samaria"
Biblical illustrations by Jim Padgett, courtesy of Sweet Publishing, Ft. Worth, TX, and Gospel Light, Ventura, CA. Copyright 1984. Released under new license, CC-BY-SA 3.0 |