| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 19 Maret 2023 Hari Minggu Prapaskah IV

 

Minggu, 19 Maret 2023
Hari Minggu Prapaskah IV
     
Yesus mengundang para pendosa ke meja Kerajaan Allah: "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Mrk 2:17) Bdk. 1 Tim 1:15.. Ia mengajak mereka supaya bertobat, karena tanpa tobat orang tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan. Tetapi Ia menunjukkan kepada mereka perkataan dan perbuatan belas kasihan Bapa yang tidak terbatas Bdk. Luk 15:11- 32. dan "kegembiraan" yang luar biasa, yang "akan ada di surga, karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan" (Luk 15:7). Bukti cinta-Nya yang terbesar ialah penyerahan kehidupan-Nya "untuk pengampunan dosa" (Mat 26:28).     1443, 588, 1846,  (Katekismus Gereja Katolik, 545)
      
Antifon Pembuka (Yes 66:10-11)

Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan berhimpunlah, kamu semua yang mencintainya; bergembiralah dengan sukacita, hai kamu yang dulu berdukacita, agar kamu bersorak-sorai dan dipuaskan dengan kelimpahan penghiburanmu.

Lætare Ierusalem: et conventum facite omnes qui diligitis eam: gaudete cum lætitia, qui in tristitia fuistis: ut exsultetis, et satiemini ab uberibus consolationis vestræ.

Rejoice, Jerusalem, and all who love her. Be joyful, all who were in mourning; exult and be satisfied at her consoling breast. 
 
Pengantar 
 
Hari Minggu Prapaskah IV sering disebut Minggu LAETARE (bdk. Minggu III Adven = Minggu GAUDETE). Itu artinya kita sudah berada pada SEPARUH pertama dari masa Prapaskah. Seruan itu digemakan dalam Antifon Pembuka misa: “Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan bersorak sorailah karenanya, hai semua para pencintanya. Bergiranglah riang ria bersama dia, kalian yang dulu berkabung karena-Nya.” Oleh karena itu warna Liturgi sedikit berubah dari ungu menjadi rose / merah muda, yang melambangkan pengharapan dan sukacita antisipasi perayaan Paskah.  
  
Pengalaman sukacita itu pun dapat kita lihat dalam perjumpaan Tuhan Yesus dengan orang yang buta. Dalam Injil dikisahkan tentang orang yang buta sejak lahir. Dalam tradisi Yahudi, dosa bisa menjadikan seseorang itu mendapatkan kebutuan sejak lahir. Hal ini pula yang membuat para murid Yesus mempertanyakan siapa yang telah berdosa sehingga orang ini dilahirkan demikian. Tuhan Yesus membongkar pemikiran mereka. Keadaan orang itu bukanlah terjadi akibat dosa. Tetapi melalui keadaan orang itu sukacita dari Allah dinyatakan. Ia membawa terang baginya. Bagi orang buta itu, suka cita terbesar yang ia rasakan adalah bahwa ia dapat melihat. Itulah yang Tuhan Yesus berikan kepadanya. Pengalaman demikian pun dirasakan oleh Daud. Bukan karena paras yang indah dan bukan pula karena badan yang kekar yang dipilih Tuhan. Bukan pula karena keundahan yang ditampilkan mata mausia yang dipilih Allah. Tetapi Tuhan Allah memilih Daud karena hatinya. Hati yang selalu rindu akan Tuhan. Hati yang selalu terarah pada cinta kasih Allah. Itulah iman dari Daud. Iman itulah yang membuatnya dipilih oleh Allah menjadi raja. Iman itu pula yang membawa sukacita besar bagi Daud.
    
Doa Pagi

Ya Allah, dengan pengantaraan Sabda-Mu Engkau telah memulihkan hubungan damai dengan umat manusia secara mengagumkan. Kami mohon, berilah agar umat kristiani, dengan cinta bakti yang penuh semangat dan iman yang hidup, bergegas menyongsong hari-hari raya yang akan datang. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.    
   
Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (16:1b.6-7.10-13a) 
  
"Daud diurapi menjadi raja Israel."
  
Setelah Raja Saul ditolak, berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Isilah tabung tandukmu dengan minyak, dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.” Ketika anak-anak Isai itu masuk, dan ketika melihat Eliab, Samuel berpikir, “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Janganlah berpancang pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai, “Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.” Lalu Samuel berkata kepada Isai, “Inikah semua anakmu?” Jawab Isai, “Masih tinggal yang bungsu, tetapi ia sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai, “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Kulitnya kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman, “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Samuel mengambil tabung tanduknya yang berisi minyak itu, dan mengurapi Daud di tengah saudara-saudaranya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
  
 
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6, Ul: lih. 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang dan senantiasa.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (5:8-14)
 
"Bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu."
  
Saudara-saudara, memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya, telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebut saja apa yang mereka buat di tempat-tempat yang tersembunyi sudah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan, “Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 8:12b)
Akulah cahaya dunia; siapa yang mengikuti Aku akan hidup dalam cahaya abadi.

Inilah Injil Suci menurut Yohanes (9:1-41) (Singkat: Yoh 9:1.6-9.13-17.34-38).
  
"Orang buta itu pergi, membasuh diri, dan dapat melihat."
   
Sekali peristiwa, ketika Yesus sedang berjalan lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahir. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus, “Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang. Akan datang malam, di mana tak seorang pun dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Sesudah mengatakan semua itu, Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam.” Siloam artinya “Yang Diutus”. Maka pergilah orang itu. Ia membasuh dirinya, lalu kembali dengan matanya sudah melek. Maka tetangga-tetangganya, dan mereka yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata, “Bukankah dia ini yang selalu mengemis?” Ada yang berkata, “Benar, dialah ini!” Ada pula yang berkata, “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata, “Benar, akulah dia.” Kata mereka kepadanya, “Bagaimana matamu menjadi melek?” Jawabnya, “Orang yang disebut Kristus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku, dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi, dan setelah membasuh diri, aku dapat melihat.” Lalu mereka berkata kepadanya, “Di manakah Dia?” Jawabnya, “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya, “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula berkata, “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mukjizat yang demikian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang yang tadinya buta itu, “Dan engkau, karena Ia telah memelekkan matamu, apakah katamu tentang Dia?” Jawabnya, “Ia seorang nabi!” Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru sekarang dapat melihat. Maka mereka memanggil orangtuanya dan bertanya kepada mereka, “Inikah anakmu yang kamu katakan lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu, “Yang kami tahu, dia ini anak kami, dan ia memang lahir buta. Tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu; dan siapa yang memelekkan matanya, kami juga tidak tahu. Tanyakanlah kepadanya sendiri,sebab ia sudah dewasa; ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengakui Yesus sebagai Mesias akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tua itu berkata, “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu, dan berkata kepadanya, “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah: Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.” Jawabnya, “Apakah Dia itu orang berdosa, aku tidak tahu! Tetapi satu hal yang aku tahu, yaitu: Aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya, “Apakah yang diperbuat-Nya kepadamu? Bagaimana Ia dapat memelekkan matamu?” Jawabnya, “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya. Mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?” Sambil mengejek, orang-orang Farisi berkata kepadanya, “Engkau saja murid orang itu, tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu, kami tidak tahu dari mana Ia datang.” Jawab orang itu kepada mereka, “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, padahal Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka, “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa, dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar. Yesus mendengar bahwa orang itu telah diusir oleh orang-orang Farisi. Maka ketika bertemu dengan dia, Yesus berkata, “Pecayakah engkau kepada Anak Manusia?” Jawabnya, “Siapakah Dia, Tuhan, supaya aku percaya kepada-Nya.” Kata Yesus kepadanya, “Engkau bukan saja melihat Dia! Dia yang sedang berbicara dengan engkau, Dialah itu!” Kata orang itu, “Aku percaya, Tuhan!” lalu ia sujud menyembah Yesus. Kata Yesus, “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa tidak melihat dapat melihat, dan supaya yang dapat melihat menjadi buta.” Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ, dan mereka berkata kepada Yesus, “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” jawab Yesus kepada mereka, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa. Tetapi karena kamu berkata, ‘Kami melihat’, maka tetaplah dosamu.”
Verbum Domini 
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe 
(U. Terpujilah Kristus)

  
Renungan


Saudara dan saudari terkasih dalam Kristus, pada hari Minggu ini kita merayakan hari Minggu Prapaskah ke IV, juga dikenal sebagai Minggu Laetare, yang berasal dari Antifon Pembuka hari Minggu ini yang berbunyi seperti ini, 'Laetare Jerusalem, et conventum facite omnes qui diligitis eam…' atau 'Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan berhimpunlah, kamu semua yang mencintainya; bergembiralah dengan sukacita, hai kamu yang dulu berdukacita, agar kamu bersorak-sorai dan dipuaskan dengan kelimpahan penghiburanmu.'. Dan di sini kita berkumpul bersama pada hari Minggu ini menantikan sukacita indah yang akan datang, alasan mengapa Gereja memiliki kasula dan stola berwarna merah muda pada hari Minggu ini.

Sama seperti Minggu Gaudete selama masa Adven sebelum Natal, pada hari Minggu ini kita memiliki jeda singkat dari sifat pertobatan dari masa Prapaskah ini untuk fokus pada aspek yang lebih menyenangkan dari penantian kita akan datangnya musim Paskah yang mulia, sama seperti Minggu Gaudete mengharapkan sukacita Natal yang akan datang. Itulah sebabnya pada hari ini kita harus memusatkan perhatian kita pada Tuhan, untuk menjaga pandangan kita terpaku pada-Nya, mengetahui bahwa segala sesuatu yang kita lakukan dalam Prapaskah ini, semua ritus dan kebiasaan pertobatan, praktik dan karya kita adalah untuk menyucikan kita sebelum kita bersukacita bersama-Nya, karena telah diperdamaikan dengan-Nya dalam kasih.

Oleh karena itu, dalam bacaan hari ini, ada penekanan bahwa kita semua telah menerima kesembuhan dari Tuhan, dan bagi mereka yang membutuhkan kesembuhan dan rahmat Tuhan, itu diyakinkan dan dijanjikan kepada kita sebagai suatu kepastian selama kita terbuka dan bersedia untuk melakukannya, menerima anugerah Tuhan yang luar biasa ini. Itulah sebabnya hari ini kita memusatkan perhatian kita pada sukacita yang akan datang di Paskah untuk membantu menjaga kita tetap fokus ke arah yang benar, mengetahui bahwa kita berada di tangan Tuhan yang baik terlepas dari tantangan apa pun yang mungkin kita hadapi sekarang.

Dalam bacaan pertama kita hari ini, diambil dari Kitab Samuel, kita mendengar tentang kisah pengurapan raja baru Israel, di mana Tuhan telah memilih salah satu putra Isai dari Betlehem. Samuel dihadapkan dengan enam putranya pada awalnya, dan awalnya dia melihat bahwa putra sulung itu baik dalam perawakan dan penampilan, tetapi Tuhan memberi tahu Samuel bahwa Dia telah memilih melalui apa yang Dia lihat di hati dan bukan di penampilan. Dan begitulah Daud, anak bungsu Isai, seorang gembala yang sederhana dan muda, dipilih dan diurapi sebagai Raja Israel.

Daud adalah orang yang beriman teguh dan teguh kepada Tuhan, yang mengasihi Tuhan dengan segenap hatinya. Sejak masa mudanya, Daud telah taat dan berkomitmen kepada Tuhan, dan setelah dia dipilih dan diurapi sebagai Raja Israel sebagai penerus raja Saul, Daud telah menunjukkan imannya dan sikap serta tindakannya yang lurus dalam sebagian besar keadaan. Ya, sebagai manusia fana, Daud memang membuat kesalahan dan dia melakukan beberapa dosa serius, seperti perzinahannya dengan Batsyeba dan keangkuhannya dalam sensus Israel, namun pada akhirnya, iman dan kasihnya kepada Tuhan tidak pernah berubah.

Arti penting dari bacaan ini adalah untuk menunjukkan bahwa Tuhan melihat dalam diri kita cahaya yang ada di dalam diri kita semua, termasuk apa yang telah Dia lihat dalam diri Daud. Ada kebaikan yang melekat dalam diri kita semua karena bagaimanapun juga, setiap orang dari kita adalah ciptaan Tuhan yang baik meskipun dinodai oleh dosa. Dengan rahmat dan pertolongan Tuhan, kita semua dapat mengikuti teladan raja Daud, yang telah dipanggil dan dipilih Tuhan, dan raja Daud mengizinkan Tuhan untuk bekerja melalui dia, melakukan banyak perbuatan luar biasa sebagai raja atas bangsa Israel, dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan.

Dalam bacaan kedua, sekali lagi kita diingatkan melalui surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus bahwa kita harus menjadi anak-anak terang dalam segala hal. Rasul Paulus menyebutkan bahwa dulu kita termasuk dalam kegelapan, sekarang melalui Allah, kita telah menjadi milik terang, dan kita harus bertindak sebagai pengikut terang Allah. Tuhan adalah Penuntun dan Gembala kita, sama seperti Mazmur kita hari ini di Mazmur Gembala Baik yang terkenal mengingatkan kita bahwa Tuhan memimpin kita sebagai Gembala kita ke jalan yang baik dan benar.

Melalui dosa dan kegelapan, kita semua telah rusak, tercemar dan menderita, tetapi Tuhan ingin kita semua disembuhkan dan dibebaskan dari dosa-dosa kita, dan hanya Dia yang memiliki kuasa dan kemampuan untuk melakukannya. Dalam perikop Injil, kita mendengar cerita tentang bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkan seorang pria yang lahir buta, dan menderita kebutaan itu selama beberapa dekade. Namun, melalui imannya pada kuasa Tuhan Yesus, dia sembuh total, matanya terbuka dan penglihatannya dipulihkan, sebuah keajaiban besar dari Tuhan, tetapi yang diprotes dan ditentang oleh orang Farisi dan ahli Taurat.

Orang buta itu disembuhkan oleh Yesus dan dia dapat melihat kembali, namun orang Farisi dan beberapa ahli Taurat tidak dapat percaya bahwa orang buta itu telah disembuhkan, dan bukan oleh Tuhan Yesus yang oleh orang Farisi dan ahli Taurat Hukum kemudian diperlakukan sebagai paria dan seseorang yang tidak diterima di Bait Suci, karena gesekan dan kesulitan yang muncul ketika Tuhan melayani orang-orang dan menyembuhkan banyak dari mereka, bahkan pada hari Sabat dimana orang-orang Farisi dan guru-guru dari Hukum dengan gigih dipertahankan sebagai hari di mana tidak ada yang bisa dilakukan termasuk perbuatan baik.

Jadi, orang-orang ini mengumpulkan orang-orang dan melakukan percobaan atas orang buta, karena mereka ragu bahwa dia telah disembuhkan oleh Yesus, dan kemudian mereka bahkan ragu bahwa dia telah lahir buta atau buta sama sekali. Dan mereka terus menanyakan perincian penyembuhannya kepada orang buta itu, berulang kali, menunjukkan bahwa mereka masih dengan keras kepala menolak untuk percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan orang buta itu. Bagi mereka, Yesus adalah orang berdosa karena ketidaktaatan-Nya terhadap cara mereka mematuhi hukum, dan orang berdosa tidak dapat menyembuhkan orang lain.

Mereka bahkan kemudian menjadi jahat terhadap orang buta dan marah terhadap dia, mengutuk dan menilai dia sebagai orang berdosa, karena mereka tersinggung dan harga diri mereka terluka oleh saran orang buta sebelumnya bahwa mereka terus meminta dia karena mereka tertarik untuk menjadi murid Yesus. Inilah masalah yang perlu kita waspadai, masalah kesombongan dan ego yang menghalangi begitu banyak dari kita untuk menemukan pengampunan atas banyak dosa kita dan keselamatan kita di dalam Tuhan.

Di masa Prapaskah ini, saat kita memusatkan perhatian kita hari ini pada Tuhan dan pada pengharapan penuh sukacita akan keselamatan-Nya ini dan juga pada cahaya dan kebaikan batin kita sendiri, kita semua dipanggil untuk membersihkan diri kita dari segala macam kesombongan dan ego, semua keangkuhan dan kekerasan hati yang dimiliki oleh orang Farisi dan ahli Taurat, yang membuat mereka 'buta secara rohani', karena mereka tidak mengetahui kebenaran Allah bahkan ketika mereka telah melihat dan menyaksikan sendiri lebih dari beberapa kali, apa yang telah Tuhan lakukan bagi umat-Nya melalui Kristus.

Saudara-saudara dalam Kristus, apakah kita mampu membuka hati dan pikiran kita untuk menyambut Tuhan dengan kerendahan hati seperti orang buta itu? Kesombongan menjauhkan kita dari kemampuan untuk mencari pengampunan Tuhan, dan kita harus rendah hati, menyadari bahwa kita membutuhkan kesembuhan dan pengampunan Tuhan untuk dosa-dosa kita. Dan kemudian, apakah kita mampu dan mau mencari Tuhan untuk kesembuhan, agar Dia memberkati kita dan mengampuni kita dari banyak dosa kita, menyucikan diri kita dari keadaan kita yang rusak karena dosa-dosa kita? Marilah kita berusaha menjadi anak-anak Tuhan, layak dan sebagai anak-anak terang terang, menolak kegelapan dosa, demi kebenaran dan iman kepada Tuhan. Sukacita dan kebahagiaan sejati kita ada di dalam Tuhan, Allah dan Juruselamat kita, dan Dialah yang harus kita lihat dan fokuskan perhatian kita.

Saat kita menantikan kegembiraan Paskah yang mulia, marilah kita semua memperbarui upaya kita untuk semakin dekat dengan Tuhan, untuk lebih berbakti di setiap saat dalam hidup kita mulai sekarang. Marilah kita memperdalam hubungan kita dengan Tuhan dan menjadi benar dan baik dalam semua tindakan dan perbuatan kita. Marilah kita lebih mengasihi dan beramal terhadap sesama saudara dan saudari kita, dan marilah kita semua bermurah hati dalam memperhatikan kebutuhan mereka yang membutuhkan, miskin, tidak dikasihi dan ditolak oleh orang lain. Marilah kita berbagi sukacita Kristus satu sama lain, dan berharap suatu hari nanti kita dapat memuliakan Allah bersama-sama dan menjadi layak bagi Allah dan Kerajaan-Nya yang kekal saat kita memasuki Yerusalem baru dan surgawi.

Semoga Tuhan selalu menyertai kita, dan semoga Dia terus menguatkan kita dengan iman dan tekad untuk menjalani hidup kita setiap hari, agar kita dapat berjalan dengan setia di jalan-Nya, dan semakin dekat dengan kasih karunia-Nya. Semoga Tuhan memberkati kita semua dan semua perbuatan baik dan usaha kita, sekarang dan selamanya. Amin. 
(RENUNGAN PAGI) 

Baca renungan lainnya untuk Minggu Prapaskah IV klik tautan ini
Mereka yang berbicara atas nama Gereja harus setia pada ajaran Kristus yang tidak berubah. —Robert Kardinal Sarah
     
    
Antifon Komuni (Bdk. Yoh 9:11)
    
Tuhan mengolesi mataku, lalu aku pergi dan aku membasuh muka, dan aku melihat, dan aku percaya kepada Allah.
  
The Lord anointed my eyes: I went, I washed, I saw and I believed in God.
Lutum fecit ex sputo Dominus, et linivit oculos meos: et abii, et lavi, et vidi, et credidi Deo. (Yoh 9:6,11,38)
 
Public Domain
 
 
 
 

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy