Hidup adalah perjuangan terus menerus. "Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?” (Ayub 7:1) Jika kita hanya mempertimbangkan aspek material dari perjuangan ini, kita semua termasuk yang kalah. Memang, ada kegembiraan dan kemenangan. Tapi kesenangan kita berumur pendek seperti bunga di ladang; mereka segera “layu dan kering seperti rumput.” (Bdk. Mzm 101:5) Penaklukan kita juga sangat tidak berarti; mereka dapat menggembungkan kita untuk sementara waktu, tetapi tidak bertahan lama dan tidak dapat memuaskan kita. Setelah kematian hanya kemenangan kita dalam kebajikan yang akan bertahan. Terlebih lagi, sementara kegembiraan hidup ini sedikit dan cepat berlalu, penderitaan fisik dan moral tidak terhitung banyaknya. Terkadang mereka begitu berat dan membebani sehingga membuat kita putus asa. Tapi pasti ada obat untuk semua kejahatan yang menimpa kita? Tuhan itu baik tanpa batas, dan Dia mengizinkan penderitaan. Apakah Dia tidak akan memberi kita sarana untuk menahannya dan obat untuk menyembuhkannya? Faktanya, Tuhan kita telah memberi kita obat untuk semua penyakit kita, bahkan yang paling menyusahkan. Itu adalah obat yang pahit, tetapi akan menyembuhkan siapa saja yang memiliki keberanian untuk menelannya, dan itu akan memberinya kedamaian jiwa yang sempurna. Pengobatan terdiri dari tiga tahap: (1) Melakukan kehendak Allah dalam segala hal dengan penuh kepasrahan. (2) Melakukan segala sesuatu demi kasih Allah. (3) Melakukan segalanya dan menanggung segalanya hanya untuk cinta Tuhan. Ketika seseorang mencapai puncak tertinggi dari kehidupan spiritual ini, dia memperoleh kedamaian jiwa yang sempurna yang dimiliki para Orang Kudus.
Kita tidak boleh berhenti melakukan kehendak Tuhan dengan pasrah, tetapi harus bertujuan melakukannya dengan motif cinta. Kita harus melakukan semua tindakan kita yang paling biasa dan menerima penderitaan fisik dan moral semata-mata demi kasih Tuhan. Kemudian kita akan memiliki kedamaian baik dalam suka maupun duka, dan kita akan bahagia. Hanya para Orang Kudus yang sepenuhnya memahami asas agung dalam melakukan dan menanggung segala sesuatu ini hanya demi kasih Allah. Mereka menjadikannya aturan dasar hidup mereka. Jika Yesus memberi mereka penghiburan dan bantuan, mereka berterima kasih kepada-Nya. Jika Dia mengirim mereka penderitaan yang parah dan kehancuran spiritual, mereka sama-sama berterima kasih. “Bagiku hidup adalah Kristus,” (Flp 1:21) kata Santo Paulus. Yesus Kristus harus berkuasa dalam kehendakku dan dalam hatiku dan dalam semua tindakanku. Maka kesedihan dan penderitaan akan menjadi sama bagiku dan aku akan memiliki kedamaian dan kebahagiaan para Orang Kudus.—
Antonio Bacci adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.