Tulisan-tulisan Santo Yustinus mengandung beberapa ajaran paling awal dalam Ekaristi:
Dan makanan ini kami kenal dengan sebutan Ekaristi, dan tak seorangpun boleh mengambil bagian di dalamnya, selain ia yang percaya bahwa hal- hal yang kami ajarkan adalah benar dan ia yang telah dibaptis untuk penghapusan dosa- dosa, dan untuk kelahiran kembali, dan ia yang hidup sesuai dengan ajaran Kristus. Sebab bukanlah seperti roti dan minuman biasalah yang kami terima, tetapi, seperti Yesus Kristus Penyelamat kita, yang telah menjelma menjadi daging oleh Sabda Allah, mempunyai daging dan darah untuk penyelamatan kita, demikianlah juga, kami diajarkan bahwa makanan yang telah diberkati oleh doa dari Sabda-Nya dan daripada perubahannya (transmutation) tubuh dan darah kita dikuatkan, adalah daging/tubuh dan darah Yesus yang telah menjelma menjadi daging. Sebab para rasul, dalam ajaran-ajaran Yesus yang mereka susun yang disebut Injil, telah menurunkan kepada kita apa yang telah diajarkan kepada mereka; yaitu bahwa Yesus mengambil roti, dan ketika Ia telah mengucap syukur, berkata, “Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Daku, inilah Tubuh-Ku: Dan lalu dengan cara yang sama, setelah mengambil piala dan mengucap syukur, Ia berkata, “Inilah Darah-Ku”, dan memberikannya kepada mereka….
Setelah itu, St. Yustinus mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk mengejar Kabar Baik, yakin sepenuhnya akan pesan kebenaran yang telah dibawa oleh Kristus Tuhan kita kepada kita, dan yang telah diungkapkan Tuhan kepada kita dengan kedatangan-Nya, dan melalui Roh Kudus yang telah diutus kepada kita semua. St Yustinus mewartakan Tuhan sejak saat itu, semua kebenaran dan Kabar Baik-Nya, dan mulai mengajar sebagai seorang filsuf Kristen, mengumpulkan cukup banyak orang yang yakin dengan apa yang telah dia khotbahkan tentang Tuhan, dengan kebijaksanaan dan semangat yang besar. St Yustinus dan beberapa muridnya, menurut tradisi Gereja, dianiaya dan menjadi martir oleh otoritas Romawi selama salah satu episode penganiayaan terhadap orang Kristen. Dia tetap teguh bertahan dalam imannya sampai akhir, menginspirasi banyak generasi sesudahnya. St. Yustinus menjadi martir di Roma sekitar tahun 165. Ia dihormati sebagai salah satu santo pelindung para filsuf.