Sekarang hidupnya menjadi pendakian terus menerus menuju kesempurnaan. Kesuciannya, yang telah dia persembahkan kepada Bunda Maria, tetap tak bernoda sampai kematiannya. Roh jahat tidak bisa membuat kemajuan melawan kebajikan malaikatnya. Ini adalah rahmat yang dia dapatkan sebagai hasil dari doa dan penebusan dosanya. Dia sering menghabiskan tiga atau empat jam berlutut dalam doa dan kontemplasi. Bahkan di malam hari dia bangun dari tempat tidurnya untuk berdoa. Pikiran dan hatinya berada di Surga daripada di bumi. Doanya adalah percakapan intim dengan Yesus, Maria, dan para orang kudus. Meskipun dia tidak bersalah, dia mempraktikkan matiraga yang parah. Meyakini dirinya sendiri sebagai seorang pendosa besar, dia menyiksa tubuhnya sampai darahnya mengalir bebas, dan tidak makan dan tidur.
Bisa dikatakan bahwa seluruh hidup St. Aloysius Gonzaga adalah keajaiban kemurnian dan penebusan dosa yang heroik. Sumber kesuciannya adalah cinta yang membara dari Tuhan yang dia hargai sejak masa kanak-kanaknya. Dia mencintai Tuhan di atas segalanya dan dengan segenap kekuatannya. Oleh karena itu, berjam-jam berdoa merupakan kesenangan baginya; pelayanan Tuhan dalam Serikat Yesus adalah keinginan utamanya; dan matiraga adalah persembahan kasih yang Ia buat sebagai penebusan dosa-dosa manusia.
Hati St Aloysius, bagaimanapun, tidak tertutup bagi manusia karena cintanya yang tertinggi kepada Tuhan. Kasihnya kepada Tuhan meluap menjadi kasih yang sangat besar kepada sesamanya. Dia akhirnya menjadi korban dari amal kepahlawanannya sendiri. Ketika dia baru berusia dua puluh empat tahun, dia mengabdikan dirinya dengan sangat sungguh-sungguh untuk merawat mereka yang telah terserang wabah sehingga dia tertular infeksi dan meninggal dengan damai. Di saat-saat terakhirnya dia tersenyum dan mengumumkan bahwa dia senang akan meninggalkan dunia ini.
Apakah kita ingin mendapatkan kematian yang damai dan suci seperti ini? Marilah kita meneladani St. Aloysius dengan menjalani kehidupan yang murni untuk selanjutnya, meskipun kita tidak selalu setia seperti dia dalam hal ini. Marilah kita juga meneladani kasihnya kepada Allah dan sesamanya, semangat silih, dan semangatnya dalam berdoa.
St Aloysius, berilah bagiku dari Tuhan, melalui perantaraan Santa Perawan, kemurnian hidup, semangat penebusan dosa dan doa, dan cinta yang besar kepada Tuhan dan sesamaku.—
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.