| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Hati Kudus Yesus simbol hidup dari cinta manusia-ilahi-Nya


Jendela kaca patri ini berada di Lourdes Upper Basilica. Foto Fr. Lawrence, OP(CC BY-NC-ND 2.0)
 
 Hati Kudus Yesus dengan sendirinya patut dipuja tidak hanya sebagai simbol hidup dari cinta manusia-ilahi-Nya, tetapi juga sebagai bagian dari kemanusiaan-Nya yang paling suci, sejauh secara hipostatis dipersatukan dengan keilahian Sabda.

Oleh karena itu, kita harus memberikan penghormatan yang sangat khusus kepada Hati Kudus. Itu adalah Hati Allah-Manusia dan karenanya layak untuk penyembahan tertinggi kita. Sentimennya selaras secara misterius dengan kehendak manusia dan pada saat yang sama dengan Kehendak ilahi dari Sabda Allah yang menjelma. Setiap denyutan adalah tanda kasih yang tak terbatas yang tidak pernah dapat kita pahami sepenuhnya, karena kita tidak dapat dengan tepat “mengenal kasih Kristus yang melampaui pengetahuan.” (Ef. 3:19) Tetapi kita harus memuja cinta ini yang diwakili oleh Hati Kudus Yesus. Pemujaan bukanlah tindakan penyembahan berhala. Sebaliknya, itu adalah tindakan ibadah yang pantas, karena objeknya adalah Hati Allah-Manusia dan cinta manusia-ilahi yang menjadi simbolnya. Selain itu, kita berutang kepada Hati Kudus Yesus segala rasa terima kasih dan balasan cinta kita.

Mari kita renungkan betapa banyak yang telah Yesus lakukan bagi kita dan betapa Dia telah mengasihi kita. Marilah kita mempertimbangkan bukan hanya karya Penebusan secara umum dan karunia-karunia serta rahmat-rahmat supranatural yang berkaitan dengannya, tetapi juga kebaikan-kebaikan khusus yang telah kita terima dari masa kanak-kanak hingga saat ini. Dia telah mengikat kita ke Hati-Nya dengan rangkaian rahmat dan belas kasihan yang penuh kasih. Bagaimana mungkin kita berani memutuskan rantai ini atau mengabaikan cinta seperti itu? Cinta menuntut cinta sebagai balasannya. Nikmat menuntut rasa syukur. Akan menjadi malapetaka bagi kita untuk menunjukkan ketidakpedulian dan sikap dingin atau, lebih buruk lagi, menanggapi cinta yang begitu besar dengan melakukan pelanggaran baru.
 
Kita berutang penebusan yang sangat besar kepada Hati Kudus Yesus atas banyak dosa yang telah kita lunasi dengan rahmat-Nya. Mari kita bayangkan Penebus ilahi berlutut di taman Getsemani, sementara penglihatan ilahi-Nya menembus abad-abad dan melihat dosa dan kekejaman manusia. Dia melihat pelanggaran kita masing-masing. Ia mengerang dan mengeluarkan keringat darah, lalu Ia mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang tidak bersalah bagi kita semua. Ini adalah tindakan cinta tak terbatas yang mengorbankan nyawa Allah-Manusia.

Apa yang harus menjadi reaksi kita? Akankah kita terus berbuat dosa dan tetap dingin dan tidak terpengaruh? Sengsara Yesus menuntut keikutsertaan kita dalam penderitaan-Nya, bukan hanya untuk menebus dosa-dosa kita sendiri, tetapi juga untuk menebus dosa-dosa orang lain. Mari kita melihat sekeliling kita dan melihat betapa banyak orang yang begitu acuh tak acuh dan jahat, seolah-olah Yesus tidak pernah datang untuk menyelamatkan kita, tidak pernah menumpahkan darah-Nya bagi kita, dan tidak pernah mengasihi kita dengan kasih yang tak terbatas. Pada kacamata ini para Orang Kudus melakukan penebusan dosa pada diri mereka sendiri untuk mempersembahkan kepada Yesus balasan cinta dan silih atas dosa.

Apa yang kita lakukan? Jika kita benar-benar mencintai Hati Kudus Yesus, kita harus mempersembahkan penyesalan dan pengorbanan untuk menebus dosa-dosa kita dan dosa-dosa orang lain dan untuk mendamaikan Hati yang manis ini, yang sangat ingin melimpahkan bantuan baru kepada kita.—Meditasi Antonio Kardinal Bacci


 
  Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy