Franz Georg Hermann the Younger (1692–1768), The Last Judgment and the Lamb of the Apocalypse (photo: Public domain) |
Rancangan Penyelenggaraan Ilahi yang tidak dapat dipahami telah menetapkan bahwa kehidupan fana kita harus terjalin dengan peristiwa-peristiwa yang menyenangkan dan menyedihkan. Ada sukacita sehingga kita dapat menyadari bahwa Tuhan itu baik tanpa batas dan dapat mengalami refleksi keindahan-Nya di bumi. Ada kesedihan agar kita dapat mengingat bahwa “Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang.” (Ibr. 13:14) Kita tidak boleh terlalu gembira dengan kesenangan dan kesuksesan duniawi, tetapi harus berterima kasih kepada Tuhan karena memberikannya kepada kita. Sebaliknya, kita tidak boleh putus asa atau memberontak ketika kita mengalami penderitaan atau penghinaan. Ini juga berasal dari Tuhan dan Dia memiliki alasan untuk mengirimkannya kepada kita. Sekalipun kita tidak mengetahui alasannya, kita harus mempertahankan keyakinan kita bahwa Penyelenggaraan Tuhan mengatur segala sesuatu untuk kesejahteraan kita yang sejati.
Para orang kudus selalu tenang dan damai, karena mereka menerima segalanya dari Tuhan dan mempersembahkan segalanya kepada-Nya. Mereka bersyukur kepada Tuhan untuk kesenangan dan kesuksesan; mereka berterima kasih kepada-Nya dengan ketulusan yang sama atas penderitaan dan luka-luka.
“Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil; terpujilah nama Tuhan.” (Ayub 1:21) Karena kita berada di tangan Tuhan, kita berada di tangan yang baik. Jika Tuhan berkenan mengirimkan masalah kepada kita, ini adalah tanda bahwa itu baik untuk kita. Jika Ia berkenan mempermalukan kita, itu tandanya kita perlu direndahkan. Jika Dia menyebabkan kita menderita, itu adalah tanda bahwa kita perlu disucikan dari dosa-dosa kita dan dibuat lebih layak bagi-Nya. Dalam penderitaan dan kegembiraan semoga kehendak-Nya yang kudus terlaksana.
Marilah kita berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk kedamaian rohani. Marilah kita menyerahkan diri kita pada kehendak-Nya dan menerima segala sesuatu dari tangan-Nya, mengingat bahwa segala sesuatu, suka dan duka, sakit dan sehat, pencobaan dan penghiburan rohani, harus membentuk sebuah tangga mistik yang secara bertahap akan membawa kita lebih dekat ke Surga dan akhirnya mempersatukan kita dengan Tuhan untuk selama-lamanya. Semuanya berlalu, tetapi Tuhan tidak dapat diubah.
Penderitaan harus diakhiri, tetapi pahala yang kita peroleh tetap ada jika kita telah mempersembahkan penderitaan kita kepada Tuhan. Marilah kita menyerahkan diri kita sepenuhnya ke tangan Tuhan, yang dalam kebaikan-Nya memberi kita kebahagiaan di bumi untuk penghiburan kita dan membuat kita menderita agar kita dapat dimurnikan dan disucikan.—