Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Alam Semesta



 Alam menunjukkan kekuatan dan keindahan Tuhan. Saat kita menatap langit pada malam yang cerah, jutaan bintang yang tak terhitung jumlahnya tampak melihat ke arah kita seperti begitu banyak mata bersinar yang ingin mengingatkan kita akan kebesaran Tuhan. Titik-titik cahaya yang cemerlang ini adalah benda yang sangat besar, seringkali jauh lebih besar dari bola dunia kita sendiri. Tuhan menciptakan mereka dan melemparkan mereka ke luar angkasa, di mana Dia menetapkan bagi mereka orbit yang harus mereka tempuh setiap tahun sepanjang zaman. Mereka menjalankan rencana Pencipta mereka setiap saat, tidak pernah menyimpang sedikit pun dari jalur mereka. Jika mereka melakukannya, hasilnya akan menjadi bencana universal.

Segala sesuatu di cakrawala mematuhi hukum Allah. “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala menyatakan perbuatan tangan-Nya.” (Mzm. 18:2) Semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak ajaib kuasa dan kebesaran Tuhan. Nenek moyang kita menenun legenda tentang sabuk terang bintang-bintang yang menembus cakrawala, tetapi hari ini kita tahu bahwa konglomerasi debu yang berkilauan ini terdiri dari dunia lain dan sistem planet yang jauh. Kita harus merasa rendah hati di hadapan begitu banyak keindahan dan harmoni. Marilah kita menyembah dan mencintai Pencipta mahakuasa dari keajaiban semacam itu.



Mari kita menurunkan mata kita dan mengamati dunia di sekitar kita. Di sini sekali lagi semuanya berbicara kepada kita tentang Tuhan, karena semuanya adalah cerminan dari kekuatan dan kebaikan-Nya. Dari bunga kecil yang membuka kelopaknya yang harum hingga fajar dan menutupnya kembali hingga matahari terbenam seolah-olah dalam tindakan merendahkan diri di hadapan Penciptanya, hingga pinus dan pohon aras di hutan, seluruh alam tampaknya mengirimkan himne dari puji dan syukur kepada Tuhan. Kita dikelilingi oleh keajaiban, tetapi yang terbesar dari semuanya adalah manusia, penguasa alam semesta. Keindahan dan keteraturan yang kita kagumi pada makhluk terkonsentrasi pada dirinya; mata, telinga, dan lidah adalah beberapa karunia luar biasa yang diterima tubuhnya dari Tuhan. Tetapi ketika kita berpindah dari tubuh ke jiwa, nyala api spiritual yang telah dinyalakan Tuhan di dalam kita, kita telah mencapai objek keajaiban yang jauh melebihi kemegahan benda-benda material. Pikiran yang mampu berpikir dan bernalar dan hati yang mampu mencintai bukan hanya milik dunia ini tetapi merupakan gambaran hidup dari Pencipta kita. Oleh karena itu, bagi-Nya akal harus berfungsi; Dialah yang harus dicintai hati.

Betapa sering, bagaimanapun, pikiran kita disesatkan oleh keindahan dunia yang berlalu begitu saja. Seberapa sering hati kita asyik mencari kebahagiaan yang murni ilusi. Tuhan telah memberi kita ciptaan sehingga kita dapat melihat di dalamnya refleksi dari kebaikan dan keindahan-Nya dan dapat menggunakannya sebagai tangga yang akan membawa kita kepada-Nya. Kita akan tersesat jika kita melihat ke belakang dan jatuh di bawah mantra palsu negeri dongeng duniawi ini. Pikiran dan hati kita harus melihat ke atas ke arah Surga.

Hanya Tuhan yang dapat memuaskan keinginan jiwa yang tak terbatas. Jangan pernah kita melupakan Dia. Segala sesuatu yang lain berlalu, tetapi Tuhan tidak berubah. Dia akan menjadi pembimbing pasti kita dalam kehidupan ini dan kebahagiaan abadi kita di kehidupan selanjutnya.—


 Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy