Hari Biasa Pekan XXI (Jumat Pertama Dalam Bulan)
Terang terbit bagi orang benar; sukacita bagi orang tulus hati. Bersukacitalah dalam Tuhan, hai orang benar, muliakanlah nama-Nya yang kudus.
Credit: JMLPYT/istock.com |
Saudara-saudara, demi Tuhan Yesus kami minta dan menasihati kalian: Kalian telah mendengar dari kami, bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang sudah kalian turuti! Tetapi baiklah kalian melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. Kalian tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus. Yang dikehendaki Allah adalah supaya kamu semua kudus. Ia menghendaki agar kalian menjauhi percabulan. Hendaknya kamu masing-masing hidup dengan isterinya sendiri, dalam kekudusan dan kehormatan, bukan dalam keinginan hawa nafsu, seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Dalam hal-hal ini jangan ada orang memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Sebab Tuhan akan membalas semuanya itu, sebagaimana dahulu telah kami katakan dan kami tegaskan kepadamu. Allah memanggil kita bukan untuk melakukan yang cemar, melainkan untuk melakukan apa yang kudus. Karena itu barangsiapa menolak ini, bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan Roh Kudus-Nya juga kepadamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 836
Ref. Bersukacitalah dalam Tuhan, hai orang benar.
Ayat. (Mzm 97:1.2b.5-6.10.11-12)
1. Tuhan adalah Raja. Biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita! Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
2. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
3. Hai orang-orang yang mengasihi Tuhan, bencilah kejahatan! Dia memelihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, dan akan melepaskan mereka dari tangan orang-orang fasik.
4. Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Luk 21:36)
Inilah Injil Suci menurut Matius (25:1-13)
Pada suatu hari Yesus mengucapkan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong pengantin. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Yang bodoh membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak dalam buli-bulinya. Tetapi karena pengantin itu lama tidak datang-datang, mengantuklah mereka semua, lalu tertidur. Tengah malam terdengarlah suara berseru, ‘Pengantin datang! Songsonglah dia!’ Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Yang bodoh berkata kepada yang bijaksana, ‘Berilah kami minyakmu sedikit, sebab pelita kami mau padam.’ Tetapi yang bijaksana menjawab, ‘Tidak, jangan-jangan nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kalian. Lebih baik kalian pergi membelinya pada penjual minyak.’ Tetapi sementara mereka pergi membelinya, datanglah pengantin, dan yang sudah siap sedia masuk bersama dia ke dalam ruang perjamuan nikah. Lalu pintu ditutup. Kemudian datanglah juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata, ‘Tuan, Tuan, bukakanlah kami pintu!’ Tetapi tuan itu menjawab, ‘Sungguh, aku berkata kepadamu, aku tidak mengenal kalian.’ Karena itu, berjaga-jagalah sebab kalian tidak tahu akan hari maupun saatnya.”
Dari sini, segalanya menjadi sedikit kacau. Pada prinsipnya, setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan, dan yang selanjutnya adalah kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan yang paling atas adalah aktualisasi diri. Namun seringkali dalam realitas kehidupan, segala sesuatunya menjadi tidak jelas setelah kebutuhan akan makanan, air, tempat tinggal, rasa aman dan perlindungan telah terpenuhi.
Karena kita mengalihkan fokus kita dari apa yang kita butuhkan ke apa yang kita inginkan. Karena ketika semua kebutuhan penting terpenuhi, kita cenderung mencari kenyamanan dan kesenangan hidup. Dan dalam artian, di situlah masalahnya dimulai. Dalam mencari kenyamanan diri sendiri, kita cenderung egois dan mengabaikan kebutuhan orang lain. Dalam mencari kesenangan dalam hidup, kita cenderung memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan membuat mereka menyerah pada keinginan kita yang tidak bermoral.
Oleh karena itu, Santo Paulus mengimbau jemaat Tesalonika untuk menjauhi zina dan menggunakan tubuh milik Tuhan yang suci dan terhormat, serta tidak menyerah pada nafsu egois seperti orang-orang kafir yang tidak mengenal Tuhan. Santo Paulus juga menyatakan bahwa Tuhan ingin agar tidak seorang pun berbuat dosa dengan mengambil keuntungan dari orang lain, dan bahwa Tuhan selalu menghukum dosa-dosa semacam itu.
Terlebih lagi, Tuhan ingin kita semua menjadi kudus. Itulah panggilan mendasar kita sebagai orang Kristen – bahwa kita dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi kudus dan tidak menyerah pada keinginan dan kesenangan kita yang tidak bermoral.
Kalau kita cukup berakal, maka kita pasti ingin selalu datang ke Ekaristi dan dipenuhi dengan roti hidup agar hidup kita diterangi minyak kesucian dan kegelapan dosa tercerai-berai. Dan untuk menghormati Hati Kudus Yesus, marilah kita persembahkan kepada-Nya hati yang murni dan suci. Yesus akan selalu memenuhi kebutuhan kita.
Dengan hati yang murni dan suci, semoga kita maju memenangkan hati bagi Yesus, karena di dalam Hati Kudus-Nya kita akan menemukan kedamaian dan kepuasan.. (RENUNGAN PAGI)