| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Kesabaran


 
 Kesabaran mungkin bersifat eksternal atau internal. Keduanya merupakan aspek penting dari kebajikan yang sama. Kesabaran eksternal terdiri dari menahan diri dari ledakan kemarahan dan komentar-komentar sarkastik – singkatnya, dari semua kata-kata dan tindakan yang dapat menyinggung orang lain. Sangat mudah untuk bersabar ketika urusan kita berjalan lancar dan semua orang bersikap baik kepada kita. Lain halnya bila kita menghadapi kesulitan atau mendapati diri kita diremehkan atau dihina. Sulit untuk tetap berdiam diri ketika harga diri kita telah terluka, dan dibutuhkan keutamaan seorang suci untuk mampu tersenyum pada para penyiksa kita. St. Fransiskus de Sales memerlukan konflik spiritual selama bertahun-tahun sebelum dia mencapai kesempurnaan seperti ini.

Sejauh mana kita bisa mengklaim telah berhasil memperoleh kebajikan ini? Kita harus selalu ingat bahwa ledakan temperamental tidak pantas dilakukan oleh makhluk rasional. Satu-satunya tindakan yang tepat ketika kita tersinggung adalah menyatakan kasus kita dengan jelas dan tenang, meskipun secara umum akan lebih heroik jika kita tetap diam. Ketidaksabaran adalah sia-sia karena tidak dapat memperbaiki keadaan, dan sering kali merugikan karena membuat kita kesal dan hanya menghasilkan kepahitan. Terlebih lagi, tindakan ketidaksabaran adalah sumber contoh buruk bagi orang lain. “Siapa lekas naik darah,” kata Kitab Suci, “berlaku bodoh.” (Ams. 14:17) ”Orang yang sabar,” tambahnya, ”sangat berakal sehat, tetapi orang yang cepat marah memperlihatkan kebodohan pada puncaknya.”

Jika kita hidup dalam hadirat Tuhan, kita akan belajar tenang dan mengendalikan diri dalam segala keadaan.

Kesabaran yang diperlihatkan secara lahiriah tidak akan memberikan banyak manfaat bagi kita di mata Allah kecuali hal itu dibarengi dengan kesabaran batin, yang terdiri dari penguasaan penuh atas seluruh kemampuan kita. Kita harus bisa mengendalikan perasaan dan tindakan kita. Ini merupakan kebajikan yang sulit, namun merupakan kewajiban setiap umat Kristiani yang tulus untuk berusaha dan memperolehnya. Hanya kasih karunia Tuhan dan usaha terus-menerus yang akan memampukan kita untuk berhasil, namun ketika kita pada akhirnya telah menguasai dorongan hati kita yang sukar diatur dan egois, kita akan sampai pada keadaan damai dan sempurna. “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.” (Lukas 21:19)

Kalau kita bersabar karena motif kasih Allah, maka kita bisa memperoleh pahala di sisi-Nya. Ada tiga tingkat kesempurnaan dalam kebajikan ini. (1) Yang pertama adalah penerimaan, dengan kepasrahan Kristiani, atas segala jenis kemalangan, dan mempersembahkannya sebagai penebusan dosa-dosa kita. (2) Yang kedua terdiri dari penerimaan yang gembira dan rela atas kemalangan ini karena datangnya dari Tuhan. (3) Tahap ketiga dicapai ketika kita benar-benar menginginkannya karena kasih kita kepada Yesus Kristus.

Kelas manakah yang telah kita capai? Jika kita ingin menyenangkan Tuhan, paling tidak kita harus mencapai nilai pertama. “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” (Ams. 16:32)— 


 Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy