Kaca
patri Santo Petrus dan Santo Paulus yang mengapit Hati Kudus.
Jendelanya ada di gereja Hati Kudus Don Bosco di Roma. Foto: Fr.
Lawrence, OP (CC BY-NC-ND 2.0) |
“Dia yang bertahan sampai akhir,” kata Yesus kepada kita, “akan diselamatkan.” (Mat. 10:22; 24:13) Di tempat lain Ia mengatakan bahwa “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Bdk. Luk 9:62) Oleh karena itu, kita perlu bertekun dalam kebaikan jika kita ingin diselamatkan.
Memang mudah untuk memulainya, namun sulit untuk melanjutkannya. Mungkin di saat-saat yang penuh semangat, Anda berjanji untuk menjadi suci. Mungkin suatu kemalangan menimpa Anda, seperti kehilangan seseorang yang sangat Anda sayangi, dan Anda tergerak untuk merenungkan kesia-siaan hal-hal duniawi dan berjanji untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pada saat itu Anda merasakan kebenaran kata-kata Pengkhotbah, yang diringkas dalam “Mengikuti Jejak Kristus”: “Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia, kecuali mengasihi Tuhan dan mengabdi kepada-Nya saja.” (Bdk Pkh 1:1)
Sayangnya, resolusi baik Anda hilang seiring berjalannya waktu. Anda mungkin sekali lagi terhanyut oleh kesenangan dunia yang menipu. Atau barangkali amal kasih Anda menjadi dingin dan karena sikap suam-suam kuku Anda menyerah pada godaan yang gencar.
Ketekunan Kristen mempunyai tiga musuh utama. (1) Pertama, ada waktu yang secara perlahan menghabiskan kebajikan ini. Anda harus menaklukkan waktu dengan memutuskan untuk memulai pertempuran baru setiap pagi dalam hidup Anda. (2) Lalu ada iblis, yang, sebagaimana diperingatkan Santo Petrus kepada kita, berjalan seperti singa mencari mangsanya. (Bdk. 1 Petrus 5:8) Anda harus melawannya dengan kekuatan iman Anda. (3) Terakhir, ada kemalasan rohani yang dengan mudah menyerang jiwa. Anda harus mengambil petunjuk dari nasihat Santo Paulus: “Saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor. 15:58)
Ketekunan mungkin merupakan kebajikan yang sulit, namun tidak ada yang benar-benar sulit bagi orang yang mempunyai tekad kuat. Ketika saudari St. Thomas Aquinas bertanya kepadanya bagaimana caranya menjadi kudus, dia menjawab bahwa hal itu hanya membutuhkan satu hal – kemauan yang teguh, karena Allah pasti akan menyediakan rahmat yang diperlukan. Pikirkan betapa banyak kerja keras dan pengorbanan yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan duniawi. Cicero menulis bahwa untuk menjadi seorang orator hebat, dibutuhkan kerja keras yang terus-menerus dan tak kenal lelah. (Bdk. De Orat., 1:39) St Paulus mengutip contoh para atlet yang siap melakukan pengorbanan besar untuk melatih diri mereka agar menang. Jika mereka bersedia melakukan begitu banyak hal untuk mendapatkan mahkota yang tidak dapat binasa, komentarnya, kita harus siap melakukan lebih banyak lagi untuk mendapatkan mahkota yang tidak dapat binasa. (Lih. 1 Kor 9:25)
Anugerah Tuhan adalah senjata utama yang harus kita andalkan untuk meraih kemenangan. Kita harus mendoakannya dengan rendah hati dan tekun. Akan ada pemenang dan pecundang dalam pertarungan memperebutkan Surga dan juga pertarungan duniawi. Kita harus memastikan bahwa kita berada di pihak yang menang. Untuk tujuan ini kita harus memadukan doa yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dengan kerja sama yang penuh kemurahan hati dengan rahmat Tuhan.—
Memang mudah untuk memulainya, namun sulit untuk melanjutkannya. Mungkin di saat-saat yang penuh semangat, Anda berjanji untuk menjadi suci. Mungkin suatu kemalangan menimpa Anda, seperti kehilangan seseorang yang sangat Anda sayangi, dan Anda tergerak untuk merenungkan kesia-siaan hal-hal duniawi dan berjanji untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pada saat itu Anda merasakan kebenaran kata-kata Pengkhotbah, yang diringkas dalam “Mengikuti Jejak Kristus”: “Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia, kecuali mengasihi Tuhan dan mengabdi kepada-Nya saja.” (Bdk Pkh 1:1)
Sayangnya, resolusi baik Anda hilang seiring berjalannya waktu. Anda mungkin sekali lagi terhanyut oleh kesenangan dunia yang menipu. Atau barangkali amal kasih Anda menjadi dingin dan karena sikap suam-suam kuku Anda menyerah pada godaan yang gencar.
Ketekunan Kristen mempunyai tiga musuh utama. (1) Pertama, ada waktu yang secara perlahan menghabiskan kebajikan ini. Anda harus menaklukkan waktu dengan memutuskan untuk memulai pertempuran baru setiap pagi dalam hidup Anda. (2) Lalu ada iblis, yang, sebagaimana diperingatkan Santo Petrus kepada kita, berjalan seperti singa mencari mangsanya. (Bdk. 1 Petrus 5:8) Anda harus melawannya dengan kekuatan iman Anda. (3) Terakhir, ada kemalasan rohani yang dengan mudah menyerang jiwa. Anda harus mengambil petunjuk dari nasihat Santo Paulus: “Saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor. 15:58)
Ketekunan mungkin merupakan kebajikan yang sulit, namun tidak ada yang benar-benar sulit bagi orang yang mempunyai tekad kuat. Ketika saudari St. Thomas Aquinas bertanya kepadanya bagaimana caranya menjadi kudus, dia menjawab bahwa hal itu hanya membutuhkan satu hal – kemauan yang teguh, karena Allah pasti akan menyediakan rahmat yang diperlukan. Pikirkan betapa banyak kerja keras dan pengorbanan yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan duniawi. Cicero menulis bahwa untuk menjadi seorang orator hebat, dibutuhkan kerja keras yang terus-menerus dan tak kenal lelah. (Bdk. De Orat., 1:39) St Paulus mengutip contoh para atlet yang siap melakukan pengorbanan besar untuk melatih diri mereka agar menang. Jika mereka bersedia melakukan begitu banyak hal untuk mendapatkan mahkota yang tidak dapat binasa, komentarnya, kita harus siap melakukan lebih banyak lagi untuk mendapatkan mahkota yang tidak dapat binasa. (Lih. 1 Kor 9:25)
Anugerah Tuhan adalah senjata utama yang harus kita andalkan untuk meraih kemenangan. Kita harus mendoakannya dengan rendah hati dan tekun. Akan ada pemenang dan pecundang dalam pertarungan memperebutkan Surga dan juga pertarungan duniawi. Kita harus memastikan bahwa kita berada di pihak yang menang. Untuk tujuan ini kita harus memadukan doa yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dengan kerja sama yang penuh kemurahan hati dengan rahmat Tuhan.—
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.