Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Kekudusan, persekutuan dengan Allah dan sesama dalam kasih

Karya:Tinnakorn Jorruang/istock.com

 Dalam memoarnya yang ditulis ketika berada di pengasingan, Napoleon berkata: “Banyak orang yang menginginkan dan berusaha untuk dipatuhi, dihormati oleh semua orang; hanya Yesus Kristus yang menuntut hal ini, karena Dia adalah Tuhan.”

“Sama seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian pula Aku telah mengasihi kamu,”
kita membaca dalam Injil St. Yohanes. “Tinggallah dalam kasih-Ku.” (Yohanes 15:9) Oleh karena itu Yesus meminta kita masing-masing tidak hanya untuk mengasihi Dia tetapi juga tetap bersatu secara intim dengan Dia dalam kasih. Dia mempunyai hak yang sempurna untuk menuntut hal ini, karena sebagai Tuhan Dia adalah Pencipta kita, dan sebagai Manusia-Tuhan Dia adalah Penebus kita, yang karena kasih kepada kita telah memberikan diri-Nya sepenuhnya.



Persatuan kasih yang seharusnya ada antara Yesus dan kita dicontohkan pada persatuan misterius antara Dia dan Bapa-Nya. (1) Keintiman antara kita dan Yesus pertama-tama harus ada dalam pikiran. Pikiran kita akan baik bila kita berpikir seperti Tuhan, dan dengan pikiran Yesus, yang adalah “terang sejati yang menerangi setiap manusia yang datang ke dunia.” (Yohanes 1:9) Jika kita menyimpang dari terang itu, kegelapan akan menguasai kita bahkan ketika kegelapan menyelimuti bumi selama penderitaan Yesus Kristus. Kecerdasan kita adalah pancaran cahaya yang berasal dari Tuhan; kita harus berhati-hati agar sinar ini tidak terpisah dari sumber ilahinya. Sinar surgawi ini selalu menyinari wajah orang-orang kudus, karena mereka bersih hatinya dan dekat dengan Tuhan. Begitulah seharusnya kita semua. (2) Yang kedua, kita harus bersatu secara intim dengan Yesus dalam perasaan kita. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” (Filipi 2:5) kata St. Paulus. Kasih kita tidak boleh bersifat abstrak atau parsial, namun harus menyerap semuanya. Yesus menyebut kita sahabat, dan persahabatan menyatukan dua hati menjadi satu. Kita harus memberikan diri kita sepenuhnya kepada Yesus tanpa menyisihkan apa pun untuk diri kita sendiri. Kekudusan sejati ditemukan ketika Tuhan dan manusia dipersatukan seperti dua sahabat yang setia. (3) Ketiga, harus ada keintiman dalam tindakan. Tidak mungkin orang yang benar-benar mengasihi Tuhan melakukan apa pun yang menyinggung perasaan-Nya. Yesus membandingkan kasih yang seharusnya kita miliki kepada-Nya dengan kasih yang Dia miliki kepada Bapa-Nya, maka kita harus terus menerus meneladani kehidupan Yesus. Yesus harus bekerja di dalam kita, seperti yang Dia lakukan di dalam diri St. Paulus dan di dalam semua Orang Kudus.

Santo Fransiskus de Sales menulis bahwa Yesus harus selalu ada dalam pikiran kita, di hati kita, di mata kita, dan di lidah kita. Kita harus menjadi gambaran hidup Yesus; dan karena itu kita harus hidup dan bertindak untuk Dia, bersama Dia, dan di dalam Dia.

Jangan membayangkan bahwa kesatuan hati manusia yang erat dengan hati Yesus adalah hak istimewa dan panggilan segelintir orang, yakni sesuatu yang diperuntukkan bagi para imam, religius, mistikus, dan orang-orang kudus. Apakah kita berpikir bahwa hak istimewa ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang kudus saja? Namun kita semua harus menjadi orang suci. “Kamu harus menjadi kudus, karena Aku kudus.” (1 Petrus 1:16) ”Karena itu kamu harus menjadi sempurna, sama seperti Bapa-Mu di surga sempurna.” (Mat. 5:48) Ini tidak berarti bahwa kita semua memiliki panggilan yang sama dan kita semua harus menjadi imam atau religius. Kekudusan tidak lain adalah kesatuan yang intim, penuh kasih, dan aktif dengan Yesus. Hal ini harus dilakukan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan posisi yang diduduki laki-laki. Bagi yang satu, kesucian pekerja, bagi yang lain, kesucian mahasiswa atau juru tulis, profesor atau negarawan, karena tugas masing-masing berbeda. Namun semua orang harus meninggalkan kecenderungan jahat dan egoisme pribadi mereka. Mereka juga harus, sebagaimana ditegaskan dalam Injil, meninggalkan diri mereka sendiri agar dapat memperoleh kehidupan Yesus. Mereka harus mengasihi Tuhan di atas segalanya dan juga melebihi diri mereka sendiri, dan mereka harus mengasihi sesamanya seperti diri mereka sendiri. Tujuannya tentu berat dan sulit; namun jika saat ini kita belum mampu mencapainya, paling tidak kita harus memiliki keinginan yang kuat dan aktif untuk memperjuangkannya.—  

 Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy