| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Pengharapan membawa sukacita


 Seringkali, ketika kekerasan nafsu kita mengancam untuk mengalahkan seluruh kekuatan perlawanan kita, kita tergoda untuk berkata: “Tuhan, aku tidak mampu; aku tidak bisa melangkah lebih jauh. Mengapa Engkau tidak membantuku? Mengapa Engkau meninggalkanku?” Ini adalah tipuan iblis untuk membuat kita menyerah, untuk membuat kita percaya bahwa Tuhan telah meninggalkan kita dan bahwa mau tidak mau kita harus menyerah pada godaan.

Ini adalah siasat terakhir iblis ketika dia menyadari bahwa dia tidak dapat membujuk kita dengan cara lain apa pun. Namun Tuhan menyampaikan kepada kita teguran yang ditujukan kepada Santo Petrus yang, ketika berjalan di atas air, ragu sejenak, dan kemudian merasa dirinya tenggelam. “Hai kamu yang kurang beriman, mengapa kamu ragu-ragu?” (Mat. 14:31) Dalam situasi seperti ini, kita harus memperkuat iman, kasih, dan pengabdian kita kepada Yesus Kristus. Kemudian Tuhan akan mengulurkan tangan pertolongan-Nya kepada kita seperti yang Dia lakukan kepada Petrus. Dia akan memberi kita ketenangan rohani yang hanya dapat diberikan oleh kasih karunia dan ketabahan Kristiani.
Mari kita mengingat kembali bagaimana hal ini terjadi dalam godaan kehidupan masa lalu kita. Ketika kita kuat dan murah hati bersama Yesus, kita memohon bantuan-Nya dengan iman dan ketekunan dan keluar sebagai pemenang dari pertarungan tersebut. Kemudian kita merasakan kebahagiaan surgawi yang hanya dapat diberikan oleh Tuhan. Mengapa kita tidak selalu melakukan hal yang sama? Kita tidak boleh mengatakan: “Aku tidak mampu!” Aku memang miskin dan lemah, namun dengan rahmat Tuhan kami bisa mengatasi segala rintangan. Seperti yang dikatakan Santo Paulus, “Segala perkara dapat kulakukan di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp. 4:13)

Kapan pun kita merasa terpanggil untuk berkorban demi Yesus atau membuat resolusi yang baik, seberapa sering kita berseru: “Aku tidak mampu!” Ini mungkin soal berdoa lebih sungguh-sungguh, melakukan penyiksaan diri, atau membantu sesama kita secara rohani atau materi. Atau mungkin itu adalah soal mengucapkan beberapa patah kata permintaan maaf atau dorongan semangat kepada sesama kita, yang sebelumnya kita perlakukan dengan sikap dingin dan egois. Atau mungkin sesuatu yang jauh lebih murah hati yang diminta; mungkin saja Tuhan mengundang kita untuk meninggalkan diri kita sepenuhnya dan mengabdikan diri kita kepada-Nya. Tentu saja hal ini membutuhkan pengorbanan, dan kemurahan hati yang besar. Namun kita berkata kepada Yesus ketika Dia memanggil kita: “Aku tidak bisa, ini terlalu sulit!” Namun Tuhan bersabda: “Kamu harus menguduskan dan menjaga dirimu, karena Aku kudus.” (Imamat 11:44; 19:2) ”Karena itu, kamu harus menjadi sempurna, sama seperti Bapamu di surga sempurna.” (Mat. 5:48) Kita tidak boleh menolak Tuhan, yang telah menjadi manusia bagi kita dan mencurahkan darah-Nya demi penebusan kita.

Ketika salib yang dianugerahkan Tuhan kepada kita terasa terlalu berat, sering kali kita mengucapkan kata-kata penolakan ini dalam suasana hati yang letih atau bahkan dalam semangat memberontak. Kalau saja kita membawa kesedihan kita ke kaki Salib! Maka kita seharusnya tidak berani mengucapkan kata-kata yang egois dan tidak Kristen ini.

Kita pasti ingat bahwa Yesus, Anak Domba yang tak bersalah, menderita demi kasih kita, dan kita tidak dapat mengatakan kepada-Nya bahwa salib kita terlalu berat. Kita akan menerimanya dengan pasrah dan berjalan menuju Surga mengikuti jejak Kristus.—
 
 
 Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.


renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy