Jika kita melihat kasih Tuhan dalam segala hal, dalam semua kejadian, dan dalam semua kesulitan hidup, tidak ada yang akan mengecewakan kita atau membuat kita sangat menderita. Kita tahu bahwa kita berada di tangan yang tepat dan segala sesuatunya diatur demi kebaikan kita.
Kadang-kadang kita gagal melihat Tuhan dalam semua peristiwa kehidupan karena kita kurang iman dan keyakinan mutlak kepada Tuhan. Kita harus berusaha meningkatkan iman ini dan hidup selalu dalam hadirat Tuhan, dan kita harus menganggap kehormatan dan kemuliaan dunia ini sama sekali tidak berarti apa-apa tanpa Tuhan. “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya sendiri?” (Mat. 16:26)
Kita sering kali terlalu mementingkan hal-hal di dunia ini, yang jika dilihat dari sudut pandang kekekalan, tidak ada nilainya. Ketika kita mendapati diri kita berada di titik kematian dan memikirkan kembali peristiwa-peristiwa dalam hidup, betapa kecilnya hal-hal ini bagi kita! Lalu kita akan terheran-heran atas kebodohan kita dan menyesal karena kita terlalu mengkhawatirkan hal-hal tersebut, sementara kita membiarkan diri kita melupakan satu-satunya wujud yang benar-benar penting bagi kita, yaitu Allah sendiri. Santo Fransiskus de Sales mengatakan bahwa ketika kita tiba di akhir kehidupan, urusan-urusan yang selama ini kita sibukkan akan tampak sama pentingnya dengan istana pasir yang kita bangun semasa kanak-kanak, istana-istana yang membutuhkan banyak kesulitan dalam pembangunan-pembangunannya, banyak kesedihan setelahnya ketika mereka telah dihancurkan.
Apakah kita terbiasa melihat segala sesuatu dalam diri Tuhan dan Tuhan dalam segala hal? Apakah kita menerima segala sesuatu dari tangan-Nya yang kudus dan melakukan kehendak-Nya dengan gembira dan penuh kasih?
Apakah kita mencoba mengendalikan diri ketika Tuhan mengirimi kita kesedihan dan juga kegembiraan? Jika kita merasa perlu melakukan reformasi dalam hal ini, kita harus membuat resolusi yang baik.—