Hari ini, Gereja memperingati St. Yohanes Krisostomus, yang merupakan Uskup Agung Konstantinopel. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga Romawi yang kafir, dan menjadi seorang yang berpindah keyakinan pada awal masa dewasanya, dibesarkan dengan baik secara akademis dan intelektual, dan pada akhirnya untuk sementara waktu, ia berusaha untuk meninggalkan dunia dan mencari Tuhan melalui pertapaan yang sangat mendalam. Ia menjauhi hal-hal duniawi yang berlebihan dan berusaha belajar lebih banyak tentang Tuhan sambil memperdalam pengetahuan dan pemahamannya tentang Kitab Suci. Pada akhirnya, kefasihan dan karismanya, kesalehan dan kesuciannya membuat dia dihormati oleh banyak orang di dunia Kristen, terkenal karena homilinya yang sangat inspiratif dan terus terang yang menyentuh hati dan pikiran banyak orang, dan membawa banyak dari mereka kepada iman.
St Yohanes Krisostomus kemudian diangkat menjadi Uskup Agung Konstantinopel, salah satu ibu kota Kekaisaran Romawi yang saat itu sedang naik daun kekuasaan dan kejayaannya. Dia bekerja keras untuk melayani umatnya dan mengecam tindakan berlebihan baik di kalangan imam maupun awam, terutama mereka yang berada dalam posisi berkuasa. Secara khusus, ia dibenci oleh Permaisuri Romawi Aelia Eudoxia, istri Kaisar Romawi Arcadius. Permaisuri suka berpakaian dan hidup mewah, dan hal-hal yang berlebihan itu dikecam oleh Uskup Agung yang saleh, yang berusaha membawa orang-orang kembali ke jalan ketaatan dan kemurnian kepada Tuhan, bebas dari kejahatan dan kerusakan duniawi. Hal ini memberinya banyak kesulitan dan cobaan, yang menyebabkan dia diasingkan dari tahtanya. Namun, ia terus gigih dalam usahanya dan tidak mundur dari membela keyakinannya, hingga akhir hayatnya.
Menggaungkan apa yang telah kita dengar dalam bacaan Injil kita hari ini, pengalaman yang dihadapi oleh St. Yohanes Krisostomus, tantangan dan cobaan yang ia hadapi dalam karya dan pelayanannya harus mengingatkan kita semua bahwa kita juga mungkin akan menghadapi pergumulan, cobaan dan kesulitan seperti itu di tengah-tengah kehidupan kita. perjalanan iman kita sepanjang hidup kita masing-masing. Janganlah kita berkecil hati dengan semua hal tersebut, namun marilah kita dikuatkan dengan teladan dan inspirasi yang telah ditunjukkan oleh banyak pendahulu kita yang kudus dalam kehidupan mereka selama ini. Semoga Tuhan terus memberkati upaya dan pekerjaan kita, dan membantu membimbing kita dalam perjalanan menuju Dia, sekarang dan selamanya. Amin.
St Yohanes Krisostomus kemudian diangkat menjadi Uskup Agung Konstantinopel, salah satu ibu kota Kekaisaran Romawi yang saat itu sedang naik daun kekuasaan dan kejayaannya. Dia bekerja keras untuk melayani umatnya dan mengecam tindakan berlebihan baik di kalangan imam maupun awam, terutama mereka yang berada dalam posisi berkuasa. Secara khusus, ia dibenci oleh Permaisuri Romawi Aelia Eudoxia, istri Kaisar Romawi Arcadius. Permaisuri suka berpakaian dan hidup mewah, dan hal-hal yang berlebihan itu dikecam oleh Uskup Agung yang saleh, yang berusaha membawa orang-orang kembali ke jalan ketaatan dan kemurnian kepada Tuhan, bebas dari kejahatan dan kerusakan duniawi. Hal ini memberinya banyak kesulitan dan cobaan, yang menyebabkan dia diasingkan dari tahtanya. Namun, ia terus gigih dalam usahanya dan tidak mundur dari membela keyakinannya, hingga akhir hayatnya.
Menggaungkan apa yang telah kita dengar dalam bacaan Injil kita hari ini, pengalaman yang dihadapi oleh St. Yohanes Krisostomus, tantangan dan cobaan yang ia hadapi dalam karya dan pelayanannya harus mengingatkan kita semua bahwa kita juga mungkin akan menghadapi pergumulan, cobaan dan kesulitan seperti itu di tengah-tengah kehidupan kita. perjalanan iman kita sepanjang hidup kita masing-masing. Janganlah kita berkecil hati dengan semua hal tersebut, namun marilah kita dikuatkan dengan teladan dan inspirasi yang telah ditunjukkan oleh banyak pendahulu kita yang kudus dalam kehidupan mereka selama ini. Semoga Tuhan terus memberkati upaya dan pekerjaan kita, dan membantu membimbing kita dalam perjalanan menuju Dia, sekarang dan selamanya. Amin.