Credit: PaoloGaetano/istock.com
Pada bagian kedua dari Doa Bapa Kami, kita memohon kepada Bapa semesta, atas nama diri kita sendiri dan saudara-saudara kita, untuk segala hal yang diperlukan bagi jiwa dan tubuh. Karena kita telah memberi penghormatan kepada Tuhan, Pencipta kita dan Penebus kita, dan telah berdoa untuk kemenangan Kerajaan-Nya dan untuk pemenuhan kehendak-Nya di Surga dan di bumi, Tuhan kita tidak melarang kita untuk memikirkan diri kita sendiri dan memikirkan diri kita sendiri. berdoalah untuk kebutuhan kita sendiri. “Berilah kami rezeki pada hari ini,” kita memohon, bermaksud berdoa untuk kebutuhan rohani dan materi kita.
Kita tidak boleh menipu diri sendiri dengan membayangkan bahwa kitalah yang menghasilkan buah-buahan di bumi. Sebutir gandum mati di bawah tanah, namun Tuhan telah menanamkan kekuatan misterius ke dalamnya, sehingga ketika mati, ia menghasilkan kehidupan baru.
Kelembapan tanah, kehangatan udara, dan cahaya matahari bergabung untuk mengembangkan daya hidup misterius ini, yang menghasilkan tangkai hijau dan kemudian bulir jagung kuning muda yang memberi kita roti. Tuhanlah yang telah memberikan kekuatan vital ini kepada benih kecil ini, dan juga kepada semua benih lainnya di tanah. Dialah yang menganugerahi tanah dengan unsur-unsur nutrisi yang menjadi sumber kehidupan bagi benih-benih, dan Dialah yang menurunkan embun, hujan, dan sinar matahari sehingga bunga-bunga bermekaran dan tanaman berbuah.
Oleh karena itu, kita hendaknya memohon kepada Allah dengan rendah hati, agar “Berilah kami rezeki pada hari ini,” Kerja keras kita akan sia-sia tanpa campur tangan Sang Pencipta yang mahakuasa. Kita tidak mampu memproduksi atau menghancurkan satu atom pun atau satu bibit pun. Tanpa Tuhan kita tidak mampu mencapai apa pun baik secara alamiah maupun supranatural. Oleh karena itu kita harus memohon kepada-Nya untuk menyediakan apa yang kita butuhkan. Dia sangat baik dan sangat mengasihi kita. Pemeliharaan-Nya tidak akan membiarkan kita kekurangan, meskipun kita sering kali harus bekerja keras bekerja sama dengan-Nya untuk memperoleh kebutuhan hidup. Burung-burung tidak mempunyai lumbung, namun mereka berhasil menemukan benih yang cukup untuk menjaga mereka tetap hidup karena Tuhan mengawasi mereka. Bagaimana kita bisa mengira bahwa Dia tidak akan menjaga kita jika kita berpaling kepada-Nya dengan penuh kepercayaan dan ketekunan?
Perhatikan bahwa kita masing-masing berdoa untuk “makanan harian kita,” bukan untuk “makanan harian saya.” Kita tidak boleh hanya meminta kebutuhan kita sendiri, tetapi juga kebutuhan semua orang.
Ada banyak orang miskin yang sangat kekurangan roti. Kita hendaknya berdoa khususnya bagi mereka dan hendaknya bersiap untuk membagikan roti kita kepada mereka yang tidak mempunyai. Baik kasih maupun keadilan menuntut hal ini dari kita. Terlebih lagi, marilah kita meminta hanya kebutuhan-kebutuhan kita saja, bukan kekayaan dan kemewahan.
Segala kelebihan yang kita miliki bukanlah milik kita, melainkan milik orang miskin. “berikanlah isinya” perintah Injil, “sebagai sedekah.” (Bdk. Lukas 11:41) Ingatlah bahwa, tidak soal kita kaya atau miskin, kita semua adalah satu keluarga besar. Kasih kita terhadap satu sama lain hendaknya tidak hanya bersifat teoretis, namun praktis; jika tidak, kita bukanlah orang Kristen yang tulus.
Kita tidak boleh hanya meminta makanan untuk tubuh, tetapi makanan rohani. “Manusia hidup bukan dari roti saja,” kata Kitab Suci, “tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat. 4:4; lih. Ul. 8:3) Jiwa harus diberi makan seperti halnya tubuh, karena jiwa mempunyai kehidupannya sendiri yang terkikis oleh konflik sehari-hari melawan kecenderungan berdosa dan oleh perjuangan terus-menerus untuk mencapai tujuan. kesucian. Gereja perlu dipelihara oleh Sabda Allah, oleh kasih karunia-Nya, dan khususnya dengan sering menerima Sang Pencipta rahmat dalam Komuni Kudus. Kita harus terlebih dahulu memohon rahmat Allah dan roti hidup sejati yang turun dari Surga. “Siapa pun yang makan roti ini akan hidup selamanya.” Marilah kita memohon roti pemberi kehidupan ini untuk diri kita sendiri dan untuk saudara-saudara kita yang malang yang hidup terpisah dari Yesus dalam keadaan kematian rohani. Semoga Komuni setiap hari sekali lagi menjadi sumber kehidupan rohani dan kebajikan Kristiani yang tiada habisnya seperti pada masa awal Gereja. —
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.