Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Doa Rosario Misteri Mulia Pertama: Kebangkitan Tuhan kita



Yesus tidak mungkin tetap tidak bernyawa di dalam kubur. Dia adalah Manusia-Allah, penakluk dosa dan kematian. Dia rela tunduk pada semua kondisi keberadaan manusia kecuali dosa; oleh karena itu, Dia menderita dan mati demi cinta kita.

Namun, seperti yang telah dinubuatkan-Nya, Dia bangkit dengan mulia dari kubur pada hari ketiga. Kebangkitan ini dibuktikan secara historis dengan cara yang paling pasti melalui perilaku para Rasul, yang pada awalnya merasa putus asa dan tidak percaya, dan diubah menjadi pahlawan dan martir melalui penampakan Yesus yang mulia. Hal ini ditegaskan oleh ketegaran dan tipu daya orang-orang Yahudi, yang bahkan menyuap para prajurit yang menjaga makam agar tidak mengungkapkan kebenaran. Terlebih lagi, hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa Rasul Tomas menolak untuk percaya pada Kebangkitan sampai dia meletakkan jarinya di luka Penebus, yang kemudian menampakkan diri kepadanya.

Kita membaca dalam Injil dan Kisah Para Rasul bahwa Yesus yang bangkit menampakkan diri berkali-kali kepada para Rasul untuk meneguhkan iman mereka, untuk berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah, dan untuk memberi mereka instruksi dan perintah terakhir-Nya. Kita juga membaca bahwa Dia menampakkan diri kepada Maria Magdalena untuk membalas kasihnya yang besar dan untuk menghiburnya. Kita tidak pernah membaca bahwa Dia menampakkan diri kepada Bunda terkasih-Nya, Maria. Namun, hati memberi tahu kita apa yang tidak disebutkan dalam Injil. Tentunya tidak mungkin untuk mengira bahwa Yesus yang telah bangkit tidak akan segera memeluk dan menghibur perempuan yang telah melahirkan Dia dalam rahimnya yang suci dan begitu mengasihi Dia sehingga dia mengikuti Dia sampai ke kaki Salib?

Penampakan Yesus yang diceritakan dalam Injil mempunyai tujuan umum, dimaksudkan untuk meneguhkan iman orang-orang yang takut, putus asa, atau tidak percaya. Penampakan Maria merupakan pertemuan yang intim dan penuh kasih sayang dengan Bunda terkasih-Nya, yang tidak pernah ragu sedikit pun bahwa Dia akan bangkit kembali. Namun mungkin ada penjelasan lain. Ada kemungkinan bahwa kerendahan hati Maria menghalanginya untuk berdiskusi dengan orang lain saat-saat bahagia saat berkumpul kembali dengan Putranya yang telah bangkit.

Apakah kita juga ingin ikut serta dalam sukacita Kebangkitan Yesus Kristus? Marilah kita mencontoh Maria. Pertama-tama, kita harus berpartisipasi seperti yang dia lakukan dalam penderitaan Kristus. Dengan sering merenungkan sengsara dan kematian Kristus, kita dapat memupuk dalam hati kita kasih yang kuat kepada Dia yang telah banyak menderita demi keselamatan kita. Marilah kita belajar memikul salib kita, sebagaimana Dia memikul salib-Nya, dengan pasrah dan selaras dengan kehendak Tuhan. Kegembiraan spiritual selalu merupakan buah dari penolakan dan cinta.

Kita tidak bisa bahagia dengan kemenangan Yesus jika kita tidak terlebih dahulu mengikuti penderitaan Yesus. Kita tidak bisa naik dengan gemilang ke Surga kalau kita belum terlebih dahulu berjalan dengan sabar bersama Maria sepanjang jalan Golgota.

Kebangkitan Kristus menuntut kebangkitan di pihak kita juga. Jika kita dalam dosa, kita harus bangkit kembali. Atau mungkin kita harus bangkit dari kelambanan menuju kegairahan, atau dari kehidupan duniawi ke kehidupan batin yang dipupuk oleh kasih karunia, atau dari kehidupan egois ke kehidupan pengorbanan.

Dalam keadaan manakah kita berada? Di hadapan Kristus yang telah bangkit dan Bunda-Nya yang berbahagia dalam kontemplasi akan kemuliaan-Nya, marilah kita bertekad untuk bangkit dari dosa dan kelemah-lembutan rohani guna menapaki jalan kesempurnaan Kristiani.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy