Jumat, 17 November 2023 Peringatan Wajib St. Elisabeth dari Hungaria

 
Jumat, 17 November 2023
Peringatan Wajib St. Elisabeth dari Hungaria 
     
“Sacrosanctum Concilium” mengingatkan kepada kita bahwa “setiap perayaan liturgi, sebagai karya Kristus sang Imam serta Tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang sangat istimewa. Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang menandingi daya dampaknya dengan dasar yang sama serta dalam tingkat yang sama” (SC, 7). Kita perlu memupuk kesadaran iman ini mengenai liturgi, agar liturgi tidak pernah direduksi menjadi sesuatu yang kita manipulasi sesuka hati. Benediktus XVI pernah mengatakan: “sayangnya, kita juga sebagai gembala dan para ahli, lebih memandang liturgi sebagai sesuatu yang perlu diperbaharui daripada sebagai subyek yang mampu membaharui hidup Kristiani” (Homili 6 Mei 2011). Ketika kita merayakan ataupun mempelajari liturgi, kita mesti bersikap penuh hormat bagaikan nabi Musa yang menghampiri semak duri yang menyala, sebagai tanda kehadiran Allah yang hidup. (Homili Yang Mulia Antonio Guido Filipazzi: “Keindahan Liturgi Terkait dengan Hakikat Liturgi”)        
   
Antifon Pembuka (Mzm 149:1-2)
 
Marilah kalian yang diberkati oleh Bapa-Ku, sebab Aku sakit dan kalian mengunjungi Aku. Sungguh Aku bersabda kepadamu: Apa saja yang kalian lakukan bagi saudara-Ku yang terhina sekali pun, itu kalian lakukan bagi-Ku.
 
Doa Pagi

 
Ya Allah, Santa Elisabet melihat dan menghormati Kristus dalam diri kaum miskin. Semoga karena doa dan teladannya kami pun melayani orang malang dan papa dengan cinta kasih sejati. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.  


Credit: JMLPYT/istock.com
 
Bacaan dari Kitab Kebijaksanaan (13:1-9)   
   
"Jika mereka mampu menyelidiki jagad raya, mengapa mereka tidak menemukan penguasa semuanya itu?"
  
Sungguh tolol karena kodratnya semua orang yang tidak mengenal Allah sama sekali; mereka yang tidak mampu mengenal Dia yang ada dari barang-barang yang kelihatan! Walaupun berhadapan dengan karya-karya-Nya mereka tidak mengenal Senimannya. Sebaliknya yang mereka anggap sebagai allah penguasa jagat raya ialah api atau angin atau pun badai, gugusan bintang-bintang atau air yang bergelora, atau pun penerang-penerang yang ada di langit. Jika dengan menikmati keindahannya mereka sampai menganggapnya allah, maka seharusnya mereka mengerti betapa lebih mulianya Penguasa kesemuanya itu. Sebab Bapa dari keindahan itulah yang menciptakannya. Jika mereka sampai terpesona oleh kuasa dan daya, maka seharusnya mereka menjadi insyaf karenanya, betapa lebih kuasanya Pembentuk semuanya itu. Sebab orang dapat mengenal Pencipta dengan membanding-bandingkan kebesaran dan keindahan ciptaan-ciptaan-Nya. Namun demikian dalam hal ini mereka hanya sedikit saja salahnya, sebab mungkin mereka hanya tersesat, tetapi mereka mencari Allah dan berusaha menemukan-Nya. Karena sibuk mengamat-amati karya-karya Allah dan menyelidikinya. Mereka hanya terpukau oleh apa yang mereka lihat, sebab memang indahlah semua yang kelihatan itu. Tetapi bagaimana pun mereka tidak dapat dimaafkan. Sebab jika mereka mampu mengetahui sebanyak itu, sehingga dapat menyelidiki jagat raya, mengapa mereka tidak terlebih dahulu menemukan Penguasa semuanya itu?
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 834
Ref. Nama Tuhan hendak kuwartakan di tengah umat kumuliakan.
Ayat. (Mzm 19:2-3.4-5; Ul: lih.5a)
1. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya; hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain, dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya kepada malam berikut.
2. Meskipun tidak berbicara, dan tidak memperdengarkan suara, namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya, dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.

Bait pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Luk 21:28)
Angkatlah mukamu, sebab penyelamatmu sudah mendekat.

Inilah Injil Suci menurut Lukas (17:26-37)
 
"Kapan Anak Manusia akan menyatakan diri."
 
Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula kelak pada hari Anak Manusia. Pada zaman Nuh itu orang-orang makan dan minum, kawin dan dikawinkan, sampai pada hari Nuh masuk ke dalam bahtera. Lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian pula yang terjadi pada zaman Lot. Mereka makan dan minum, membeli dan menjual, menanam dan membangun, sampai pada hari Lot keluar dari Sodom. Lalu turunlah hujan api dan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari Anak Manusia menyatakan diri. Pada hari itu barangsiapa sedang ada di peranginan di atas rumah, janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang di dalam rumah. Demikian pula yang sedang berada di ladang, janganlah ia pulang. Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu kalau ada dua orang di atas ranjang, yang satu akan dibawa dan yang lain ditinggalkan. Kalau ada dua orang wanita yang sedang bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.” Para murid lalu bertanya, “Di mana, Tuhan?” Yesus menjawab, “Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.”
Verbum Domini 
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe 
(U. Terpujilah Kristus)


 
Renungan

 

 Manusia tentu saja berbeda dari semua hewan lainnya dalam banyak aspek.  Namun yang membedakan manusia adalah manusia mempunyai akal dan kemauan. Dengan kecerdasan, manusia telah mampu maju dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun ketika kecerdasan telah berkembang pesat, keinginan manusia tampaknya sangat tertinggal. Bacaan pertama menanyakan pertanyaan ini: Jika manusia mampu menyelidiki dunia, mengapa mereka begitu lambat menemukan Tuannya? Bacaan pertama juga mengatakan bahwa pada dasarnya bodoh adalah semua manusia yang belum mengenal Tuhan. Namun kebodohan semacam itu bukan soal kecerdasan melainkan soal kemauan. Intinya adalah soal hati.

Kita tentu saja bukan orang bodoh dan kita juga tidak bodoh. Dan kita tentu percaya bahwa Tuhan di atas itu ada. Namun percaya berarti kita juga ingin mencintai Tuhan dan mencintai sesama kita. Yesus telah mengungkapkan kepada kita betapa besarnya kasih Allah kepada kita ketika Dia mengorbankan hidup-Nya di kayu salib demi kita. Kita tahu itu. Kita bahkan mempercayainya. Namun kita juga harus menghidupi cinta itu dalam hidup kita. Kita pasti ingin melakukannya. Dengan segala kecerdasan kita, jika kita tidak memiliki kasih atau kita tidak mau mengasihi atau mencintai, maka kita benar-benar bodoh. Semoga Perayaan Ekaristi membuka hati kita untuk meningkatkan rasa cinta kita kepada Tuhan dan sesama. (RENUNGAN PAGI)

 
ELIZABETH MELIHAT KRISTUS DALAM DIRI ORANG MISKIN DAN MENCINTAINYA.

Surat Kunrad dari Marburg, bapa rohani Sta. Elisabet

Catatan: Sta. Elizabeth dari Hungaria lahir pada 7 Juli 1207 dan meninggal pada 17 November 1231. Dinyatakan sebagai santa pada 28 Mei 1235 oleh Paus Gregorius IX

Sejak suaminya meninggal, kesucian Elisabet berkembang benuh. Seumur hidup ia selalu menolong orang miskin: sekarang ia menjadi pembantu orang menderita. Di luar istananya ia membangun rumah penampungan dan di dalamnya ia mengumpulkan orang-orang sakit, menderita dan orang-orang lumpuh. Apalagi setiap orang yang datang minta derma mendapat pemberian tak habis-habisnya dan cinta kasihnya. Ia berbuat yang sama di masa suaminya berkuasa, melimpahkan semua harta yang dimilikinya ke semua bagian dalam wilayahnya, hingga pada akhirnya ia bahkan sampai menjual permata dan pakaiannya yang mewah.

Dua hari sekali ia mengunjungi orang sakit, pagi-pagi buta dan menjelang malam, dan yang menderita penyakit paling menjijikkan dirawatnya sendiri. Ia sendiri memberi mereka makan, mengatur dan membersihkan tempat pembaringan mereka; ia mengangkat mereka dengan tangannya sendiri dan memelihara mereka menurut kebutuhannya. Suaminya almarhum memberikan persetujuan sepenuhnya kepada semua yang dilakukannya.

Aku mendengar pengakuannya sebelum meninggal. Aku bertanya, apa yang harus diperbuat dengan harta milik dan pakaian-pakaiannya? Ia menjawab, bahwa apa yang masih ada padanya itu milik orang miskin, dan ia menugaskan aku untuk membagikan semua itu kepada mereka, kecuali sehelai pakaian yang telah usang, yang dipilih bagi pemakamannya. Lalu ia menerima Tubuh Tuhan.

Kemudian, sampai Ibadat Sore, ia banyak berbicara tentang perkara-perkara kecil yang pernah didengarnya dari kotbah-kotbah. Sesudah itu penuh cinta ia mendoakan orang-orang di sekitarnya, lalu, seperti tertidur, ia meninggal.
 
Orang Kudus hari ini: 17 November 2023 St. Elisabeth dari Hungaria
 
Baca renungan lainnya di lumenchristi.id silakan klik tautan ini 
    
Antifon Komuni (Yoh 15:13) 
 
Tiada cinta kasih yang lebih besar daripada cinta kasih orang, yang menyerahkan nyawanya untuk sahabatnya.  
 
 
  

 

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy