“Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur,” kata Santo Paulus (1 Timotius 4:4) Kata-kata ini masih berlaku untuk penemuan-penemuan yang tak terhitung jumlahnya di zaman kita. Bioskop, radio, dan televisi pada dasarnya baik karena merupakan anugerah yang Allah wujudkan melalui kecerdasan dan ketekunan manusia. Tapi apa gunanya kita memanfaatkannya? Ambil contoh, bioskop. Harus diakui bahwa saat ini sangat sedikit film yang bersifat membangun dan bermanfaat secara rohani. Banyak diantaranya yang berdampak buruk dan berbahaya, terutama bagi kelompok masyarakat tertentu. Terlebih lagi, seperti yang diperingatkan Paus Pius XI kepada kita dalam Ensikliknya mengenai hal ini pada tahun 1936, banyak gambar yang tadinya tidak berbahaya, malah menjadi berbahaya karena diselingi dengan berbagai macam tindakan amoral.
Karena kejahatan terbesar bagi umat Kristiani adalah hilangnya Tuhan, dan hal ini pasti terjadi setelah hilangnya kasih karunia dan iman, maka kita harus memperhatikan hal-hal berikut ini dalam pendekatan kita terhadap bioskop. (1) Kita harus menghindari film apa pun yang mungkin menggambarkan peristiwa dosa berat. (2) Kita harus menghindari film-film yang bertentangan dengan moral atau agama, dan harus memastikan bahwa keluarga dan tanggungan kita juga melakukan hal yang sama. (3) Kita boleh menonton film-film yang bagus atau sekedar menghibur. Namun, sebaiknya kita tidak terlalu sering pergi ke bioskop, karena hanya membuang-buang waktu dan dapat menimbulkan risiko yang tidak terduga. Bagaimanapun, masih banyak hiburan lain, lebih disukai di udara terbuka, yang jauh lebih bermanfaat bagi jiwa dan raga.
Apa yang dikatakan mengenai sinema juga berlaku pada radio, (*) dan televisi. Namun ada satu perbedaan. Kita harus pergi ke bioskop, namun radio dan televisi biasanya ada di rumah kita sendiri dan oleh karena itu merupakan instrumen yang lebih potensial untuk melakukan kebaikan atau kejahatan. Radio dibawakan oleh banyak orang baik di kota maupun di pedesaan. Terlebih lagi, televisi (*) mempunyai kekuatan untuk menguasai manusia melalui pendengaran, penglihatan, imajinasi dan kecerdasannya. Ini adalah dunia vital di layar kecil yang dapat menarik dan mempesona pikiran. Dimungkinkan untuk menyiarkan upacara sakral, Misa Kudus, penjelasan Injil, dan instruksi agama atau budaya di televisi. Dimungkinkan juga untuk menampilkan drama cabul dan segala jenis ketidaksenonohan.
Mungkin tidak ada penemuan lain yang memiliki kekuatan lebih besar dalam hal kebaikan atau kejahatan selain televisi (*). Fakta ini membebankan kewajiban yang berat pada otoritas publik, seniman dan penulis, kepala keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Setiap orang Kristen yang baik wajib mewaspadai kemungkinan televisi (*) menjadi alat yang siap merusak moral baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap sesamanya.
Marilah kita memeriksa diri kita sendiri dengan cermat, karena mungkin kita mempunyai banyak hal yang dapat mencela diri kita sendiri. Jika kita pernah bersalah karena kelalaian di masa lalu, marilah kita bertekad untuk berbuat lebih baik di masa depan. Penemuan-penemuan peradaban yang menakjubkan tidak boleh dibiarkan menjadi instrumen barbarisme baru yang halus yang mampu menjadikan kita budak dosa. Setiap umat Katolik yang sungguh-sungguh hendaknya membaca dan merenungkan ajaran relevan dari Yang Mulia Paus Pius XII, dalam Ensiklik “Miranda Prorsus,” yang diterbitkan pada tahun 1957. —
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.