| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Badai Kehidupan


 
 
Para Penginjil menggambarkan bagaimana suatu hari Yesus naik ke perahu bersama para Rasul-Nya dan berlayar menyeberangi danau Genesaret. Tiba-tiba badai besar muncul, begitu dahsyatnya hingga ombak menutupi kapal kecil itu dan mengancam akan menenggelamkannya. Para Rasul ketakutan dan berpaling kepada Yesus, tetapi Dia tertidur. Mereka membangunkan Dia sambil berseru: “Tuhan, selamatkan kami! Kita sedang binasa!” Dia duduk dan berkata kepada mereka: “Mengapa kamu takut, hai kamu yang kurang beriman?” Kemudian Dia menghardik angin dan laut itu, dan seketika itu juga semuanya menjadi tenang kembali. Para pengikutnya tercengang. Mereka bertanya satu sama lain, “Manusia macam apakah orang ini sehingga angin dan laut pun taat kepadanya?” (Mat. 8:23-26; Mrk. 4:36-40; Lukas 8:22-25)

Kita juga sering mengalami badai kehidupan. Terkadang badai ini murni bersifat batin, seperti ketika dorongan hati kita yang rendah mengancam untuk mengalahkan resolusi baik kita dan menenggelamkan kemurnian jiwa kita. Dalam krisis yang serius ini kita harus dengan rendah hati dan sungguh-sungguh meminta bantuan Yesus. Kadang-kadang, mungkin, Yesus tampak tertidur dan tuli terhadap permohonan kita yang penuh kesedihan. Namun hal ini tidak pernah terjadi. Dia hanya ingin menguji kita, sebagaimana Dia menguji para Rasul-Nya di danau Genesaret.

Kita harus bertahan. Kita harus mengatakan kepada-Nya bahwa kita tidak ingin kehilangan kasih karunia-Nya, bahwa kita tidak ingin jatuh ke dalam dosa, namun ingin terus mengasihi Dia. Jika doa kita rendah hati dan tekun, kita dapat yakin bahwa setelah masa pencobaan kita, Yesus Kristus akan berbicara kepada kita. Saat suara-Nya terdengar, badai akan diredakan dan akan terjadi ketenangan yang luar biasa. Maka kita akan merasakan kedamaian yang hanya dapat diberikan oleh Tuhan.

Namun di lain waktu, badai datang dari luar diri kita dan berdampak buruk pada kehidupan rohani kita. Mungkin ada penghinaan yang telah melukai kita secara serius. Mungkin ada seseorang di dekat kita yang menjadi sangat tidak tertahankan. Atau mungkin penderitaan akan datang kepada kita dalam bentuk penyakit, aib, atau kehilangan orang-orang yang kita kasihi. Kita akan merasa kesepian dan ditinggalkan di tengah badai. Kepada siapakah kita dapat meminta bantuan pada saat kita membutuhkan? Akankah kita berpaling pada sesama manusia? Mungkin tidak akan ada orang yang bisa memahami kita dengan sempurna, atau kalau ada orang yang bersimpati dengan kita, dia mungkin tidak bisa berbuat apa-apa untuk kita kecuali mengucapkan beberapa kata-kata baik.

Oleh karena itu, marilah kita berpaling kepada Yesus di Kayu Salib, dan kepada Yesus dalam Ekaristi Mahakudus.

Salib akan mengajarkan kita bagaimana menderita dengan pasrah dan dengan cinta. Kita akan memandang Anak Allah yang menjadi manusia untuk menanggung dosa-dosa kita, untuk menebusnya dan membasuhnya dengan Darah-Nya yang mulia. Di hadapan misteri cinta yang tak terbatas ini, semua penderitaan dan keresahan kita akan digantikan oleh penerimaan Kristiani terhadap penderitaan.

Jika ini belum cukup, marilah kita datang kepada Yesus dalam Ekaristi Mahakudus. Marilah kita mengundang Dia ke dalam hati kita untuk menenangkan badai dan memberi kita rahmat ilahi-Nya, yang akan mengalahkan setiap godaan dan menyembuhkan setiap luka. ——
    
Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy