Dunia mengabaikan kelahiran Yesus. Tidak ada tempat bagi-Nya di penginapan di Betlehem, dan tidak ada tempat bagi Maria dan Yusuf, dua orang pengembara yang miskin, yang terpaksa berlindung di gubuk yang menyedihkan. Di dunia selalu demikian, manusia menilai satu sama lain berdasarkan penampilan luar dan standar keuangan.
Bagaimana sikap kita terhadap Yesus Kristus? Bagaimana kita bersikap terhadap mereka yang membutuhkan dan menderita, yang di dalamnya kita dapat mengenali Pribadi Kristus sendiri?
Jika kita siap untuk membuka hati kita kepada Yesus dan menyambut Dia sebagai Raja dan Tuhan kita yang mutlak, kita akan diubahkan sehingga kita akan menjalani kehidupan-Nya dan bertindak selaras dengan-Nya. Singkatnya, kita akan menjadi orang kudus. Namun jika kita kurang dalam kemurahan hati dan enggan menyambut Yesus dengan sepenuh hati ke dalam hati kita, maka kita tidak akan pernah menjadi setengah-Kristen, menjadi hangat dan tidak bersyukur. Kita bahkan harus bersiap menyambut orang miskin sebagai wakil Kristus. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat. 25:40)
Maka, sebelum gua di Betlehem, kita harus mempelajari dua pelajaran penting. Kita harus belajar untuk mencintai Yesus dengan sungguh-sungguh sebagai kebaikan kita yang tertinggi dan satu-satunya, dan kita harus belajar untuk mencintai dengan cara yang efektif dan praktis mereka yang miskin atau menderita, di mana kita dapat melihat Yesus Kristus sendiri.
Sementara bumi, yang tenggelam dalam kegelapan, mengabaikan kelahiran Yesus, langit menjadi terang benderang di atas gudang rendah tempat Bayi itu terbaring. Suara para Malaikat terdengar menyanyikan sebuah refrain manis yang akan bergema selama berabad-abad. “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14)
Dunia menolak dan meremehkan Yesus; suatu hari, terlebih lagi, Dia akan dihukum sebagai penjahat dan disalib. Apa yang terjadi pada Yesus adalah apa yang selalu terjadi pada kebenaran dan keadilan, yang seringkali ditolak oleh manusia, namun pada akhirnya selalu menang. Untuk sementara waktu, kebenaran dan keadilan tampaknya telah dikalahkan untuk selamanya, namun kemudian mereka menang dengan cara yang luar biasa. Teladan Kristus sudah cukup untuk meyakinkan kita akan hal ini.
Namun, jangan pernah menolak Yesus Kristus. Marilah kita menolak untuk menginjak-injak hukum suci-Nya atau menyalibkan Dia lagi karena dosa-dosa kita. Mari kita dengarkan nyanyian para Malaikat. Marilah kita jadikan hidup kita sebagai himne pujian kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka kita akan mendapatkan kedamaian hati yang disediakan bagi orang-orang yang berkenan pada-Nya..
Orang pertama yang memberi penghormatan kepada Yesus Kristus bukanlah orang-orang yang berkedudukan tinggi, melainkan para gembala yang rendah hati. Mereka datang untuk mempersembahkan pemberian mereka yang malang, namun di atas segalanya mereka mempersembahkan kepada-Nya hati mereka yang sederhana dan polos.
Kita juga harus mendekati palungan dengan kerendahan hati dan kesederhanaan. Karunia yang paling utama yang kita persembahkan adalah penolakan terhadap dosa, keteguhan hati untuk melawan kecenderungan-kecenderungan rendah kita, dan kasih yang besar kepada Dia yang begitu mengasihi kita. Tidak ada hadiah yang lebih menyenangkan yang dapat kita persembahkan kepada Yesus Kristus pada hari ulang tahun-Nya. ——
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.