Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Novena Natal Hari Pertama (16 Desember)

NOVENA NATAL

Gua Betlehem




Mengapa, Sabda Tuhan yang Abadi, yang membahagiakan tanpa batas dan selamanya, berkenan untuk mengambil alih keadaan umat manusia yang telah jatuh? tanya Bossuet. Mengapa Dia harus memilih dunia yang tidak berarti ini, sebuah planet yang nyaris tak terlihat di antara berjuta-juta benda langit yang sangat besar, sebagai tempat terjadinya keajaiban kehidupan kasih-Nya? Karena alasan yang sama, jawab Bossuet, yang mendorong Dia, setelah Dia menjadi manusia, untuk memilih desa Nazareth yang kecil dan tidak dikenal di Galilea sebagai tempat kelahiran-Nya daripada Roma, pusat kekuasaan, atau Athena, pusat kekuasaan, pembelajaran, atau Yerusalem, ibu kota negara Israel. Dunia kita adalah Nazareth ciptaan, salah satu planet terkecil di cakrawala.

Terlebih lagi, Tuhan tidak memilih untuk dilahirkan di rumah yang miskin namun relatif nyaman di Nazareth. Dia lebih suka dilahirkan di kota asing Betlehem. Itu adalah tempat lahirnya garis keturunan leluhur-Nya, namun hal itu tidak memberikan sambutan kepada-Nya dan memaksa-Nya untuk dilahirkan di sebuah kandang yang dingin dan kumuh di atas jerami di palungan. Tuhan tidak memedulikan keagungan manusia. Kekuasaan dan keagungan-Nya bersinar lebih terang melalui betapa tidak pentingnya benda-benda dan sarana-sarana yang Dia gunakan untuk menggenapi tujuan-Nya. Sungguh konyol membayangkan bahkan untuk sesaat pun bahwa Dia membutuhkan bantuan manusia untuk melaksanakan rencana-Nya. Allah memilih hal-hal yang lemah di dunia untuk mengacaukan yang kuat. (Missale Romanum, Nona Virg.et Mart)

Yesus punya alasan lain untuk memilih dilahirkan di gua malang di Betlehem. Dia ingin memulai kehidupan duniawi-Nya dengan pelajaran yang luar biasa mengenai kerendahan hati. Karena kebajikan ini merupakan landasan kehidupan rohani, maka kebajikan inilah yang pertama-tama ingin Dia ajarkan kepada kita. Dia mengajarkannya secara nyata sejak awal, jauh sebelum Dia mengajarkannya dengan kata-kata ketika Dia bersabda: “Belajarlah pada-Ku, sebab Aku lemah lembut dan rendah hati.” (Mat. 11:29) Bukan saja Dia, Tuhan Yang Mahakuasa dan Tak Terbatas, menjadi seorang anak kecil, namun Dia juga dilahirkan dalam kemiskinan sehingga Dia bahkan tidak mempunyai rumah untuk berlindung atau tempat tidur untuk berbaring. Hal ini hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita yang selalu memikirkan kenyamanan diri sendiri dan penampilan duniawi. Mari kita pergi dengan semangat ke kandang di Betlehem dan bersujud di hadapan misteri cinta ini. Marilah kita berjanji kepada Yesus untuk membalas kasih-Nya dengan sepenuh hati dan setulus yang kita mampu.

Resolusi utama yang harus kita buat di kaki palungan adalah kerendahan hati. Kita harus rendah hati karena kita harus ingat bahwa kita bukan apa-apa tanpa Tuhan dan segala sesuatu yang kita miliki berasal dari-Nya. Faktanya, kita tidak ada apa-apanya, karena karunia jasmani dan rohani kita telah diberikan oleh Tuhan, sedangkan dosa-dosa kita sepenuhnya adalah milik kita sendiri. Kita juga harus rendah hati. Kita hendaknya bersikap lugu dan sederhana seperti anak-anak, sebagaimana diperintahkan Injil, percaya dan penuh kasih sehingga kita layak menerima perkenanan dan penghiburan Tuhan. Kita tidak dapat berkenan kepada Allah. Kecuali kita memperoleh kepolosan dan kerendahan hati seperti masa kanak-kanak rohani.——
    
Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy