NOVENA NATAL
KAIN LAMPIN BAYI ILAHI
Dipercaya bahwa Maria, seperti ibu-ibu lainnya pada masa itu, membungkus Bayi Yesus dengan lampin. Putra Ilahi diam-diam mempersembahkan penghinaan baru ini kepada Bapa-Nya. Dia melihat di dalam pita-pita ini tali-tali yang dengannya Dia akan diikat di Taman Getsemani, bahkan setelah Dia memberikan kepada umat manusia yang berdosa ajaran surgawi, teladan dan mukjizat-mukjizat, dan akhirnya Tubuh-Nya sendiri dalam Sakramen Ekaristi. Dia juga melihat di dalamnya, rantai-rantai yang dengannya Dia akan diikatkan ke tiang untuk dicambuk di Praetorium Pilatus di tengah cemoohan dan hinaan orang-orang yang melihatnya. Pada akhirnya, Dia melihat di dalamnya, tali-tali yang dengannya, setelah dijatuhi hukuman mati yang tercela di kayu Salib, Dia akan diikat ketika digiring ke tempat eksekusi di Gunung Golgota. Dipenuhi dengan kasih yang tak terbatas bagi umat manusia yang tertimpa musibah, Hati Bayi Ilahi mempersembahkan semua ini sebelumnya kepada Bapa-Nya di Surga.
Apakah kita berupaya membalas cinta yang begitu besar? Seperti Yesus, kita sering kali terpaksa menanggung penderitaan fisik dan moral. Apakah kita sudah pasrah untuk mempersembahkan segalanya kepada Yesus, atau apakah kita menyia-nyiakan kesempatan kita dengan mengeluh yang tidak berguna atau melakukan tindakan tidak sabar dan memberontak? Bagaimanapun juga, kita harus terus menderita, tetapi dalam kasus terakhir, kita mungkin harus lebih menderita lagi dan kehilangan semua pahala di hadapan Tuhan.
Marilah kita berlutut di hadapan Bayi Kudus yang dibungkus dengan lampin-Nya, dan marilah kita berjanji untuk menanggung segala sesuatu demi Dia dan sebagai silih atas dosa-dosa kita.
Terlebih lagi, lampin Bayi Yesus merupakan simbol cinta yang seharusnya mengikat kita kepada-Nya. Jika kita tidak mampu mencintai Yesus, apakah kita mampu mencintai sama sekali? Mungkin kita menyukai kekayaan, kehormatan dan kesenangan? Namun suatu hari nanti, kita harus meninggalkan semua kekayaan kita. Kehormatan dan kemuliaan duniawi juga cepat berlalu dan tidak pernah bisa memuaskan kita, sedangkan kesenangan duniawi meninggalkan rasa hampa dan jijik. Hanya Yesus Kristus yang dapat memuaskan hati kita, karena Dia sendirilah yang mempunyai firman kehidupan abadi. “Tuhan,” marilah kita berkata bersama Santo Petrus, “kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” (Yohanes 6:68)
Lampin Bayi Yesus, pada akhirnya, melambangkan ikatan cinta yang seharusnya mempersatukan kita dengan sesama. Mari kita selalu ingat bahwa kita tidak akan pernah mencintai Tuhan dengan tulus selama kita tidak mencintai sesama kita. “Inilah perintah-Ku,” kata Yesus, “supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yohanes 15:12) Artinya, kita harus mengasihi sesama kita tidak hanya dengan perkataan tetapi juga dengan perbuatan. Kita harus berkorban demi Dia dan bahkan harus rela mati demi Dia.
Pada praktiknya, bagaimana kita mengasihi sesama kita? Apakah kita siap meluangkan waktu, uang, dan tenaga untuk meringankan penderitaan materi dan rohani yang menimpa banyak saudara kita? Jika kita menolak melakukan hal tersebut, kesalehan kita keras dan salah serta merupakan penghinaan terhadap Allah Yang Maha Kuasa. ——
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.