23 Desember
NOVENA NATAL
Apa yang Yesus Inginkan dari Kita
Mari kita merenungkan Yesus yang berbaring di atas kasur jerami yang kasar di dalam palungan. Ketika kita melihat Dia menatap kita, marilah kita bertanya pada diri sendiri apa yang Dia tuntut dari kita. Faktanya, Dia menginginkan banyak hal dari kita. Pertama-tama, Dia ingin kita menangisi dosa-dosa kita dan berjanji tidak akan jatuh lagi selama kita mendapat pertolongan kasih karunia-Nya, yang karenanya kita harus terus berdoa. Untuk itulah Dia telah menjadi manusia dan telah masuk ke dalam dunia. Untuk ini Dia akan melakukan mukjizat, mengkhotbahkan ajaran-Nya, dan mencurahkan Darah-Nya yang mulia di Kayu Salib. Semua ini akan Dia lakukan untuk menebus kita dari dosa dan memenangkan Surga bagi kita.
Jika kita kembali ke jalan dosa, kita menghancurkan karya penebusan ilahi sejauh hal itu berlaku bagi diri kita sendiri. Kita menjadikan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus tidak berguna bagi kita. Kita mengesampingkan rantai berkat yang telah dililitkan kasih-Nya kepada kita—Injil, Sakramen, dan Gereja, ibu kita yang baik yang selalu berada di sisi kita untuk mengajar dan mengarahkan kita, untuk menyelamatkan kita dari bahaya, dan untuk membagikan kepada kita hadiah dari Pendiri ilahinya. Ketika kita berdosa, kita melakukan tindakan tidak berterima kasih kepada Yesus dan menyebabkan kehancuran kekal bagi diri kita sendiri.
Bayi Yesus rindu agar kita memberikan hati kita kepada-Nya. Karena Dia telah memberi kita milik-Nya, mengapa kita tidak mau memberikan milik kita kepada-Nya? Siapa atau apa yang dapat kita kasihi jika kita tidak mengasihi Yesus? Tidak ada hal lain yang mampu memberi kita ketenangan jiwa dan kepasrahan dalam penderitaan. Hanya Yesus yang dapat menganugerahkan karunia-karunia ini kepada kita selama kita mengasihi dan mengikuti-Nya serta menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada kehendak kudus-Nya.
“Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil,” kata Bayi Yesus kepada kita, “kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga.” (Mat. 18:2) Dia ingin kita menjadi rendah hati, sederhana, dan polos seperti anak-anak. Sayangnya, seiring bertambahnya usia, banyak dari kita menjadi sombong, rumit, dan angkuh. Kita kehilangan keterbukaan masa kanak-kanak. Kepura-puraan duniawi tidak mungkin menarik bagi Yesus karena Dia, yang benar-benar agung, memilih untuk menjadi seorang Bayi yang mungil. Dia menghendaki kita untuk meninggalkan sikap mementingkan diri sendiri dan metode rumit yang kita gunakan untuk menyembunyikan kebenaran, untuk menyamarkan kekurangan kita dalam kebajikan, dan untuk berpura-pura menjadi orang yang terpelajar dan berwibawa, terlepas dari kenyataan bahwa pencapaian tertinggi yang mampu kita lakukan adalah menjadi rendah hati, pengetahuan yang paling penting adalah mengenal Yesus yang Tersalib, dan otoritas terbaik adalah kemampuan untuk mengendalikan nafsu kita dan menundukkan diri kita pada kehendak Tuhan. Dalam pengertian inilah kita harus menjadi anak kecil di hadapan Allah dan di hadapan manusia. Maka Yesus Kristus akan mengasihi kita dan mengaruniai kita berkat-Nya.
Ada satu hal terakhir yang diminta oleh Bayi Yesus dari kita masing-masing. Tidak ada orang lain yang tahu apa itu, tapi kita tahu betul apa yang Dia inginkan. Pasti ada beberapa resolusi yang telah kita buat berkali-kali di masa lalu namun tidak pernah terealisasi dengan baik karena hal tersebut terlalu merugikan kita. Janganlah kita menolak pengorbanan Yesus ini, karena Dia sangat mengasihi kita dan telah mengorbankan diri-Nya sepenuhnya demi kita. Sebagai hasil dari meditasi ini, marilah kita akhirnya menerapkan resolusi ini dengan kemurahan hati dan keteguhan.——
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.