| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Kedamaian Jiwa

 


Kedamaian jiwa lebih diinginkan dari apa pun di dunia ini. Kekayaan, kehormatan, dan kesenangan tidak ada nilainya selama hati kita tidak puas dan gelisah. Kebahagiaan pada dasarnya bersifat internal, bukan eksternal. Siapa pun yang mencarinya di luar dirinya tidak dapat menemukannya hanya karena ia tidak ada di sana. Kedamaian batin, bagaimanapun, mampu memberi kita kebahagiaan apa pun yang bisa diperoleh di dunia ini.

Kita bisa mendapatkan kedamaian ini jika kita menghindari dosa. Roh Kudus meyakinkan kita bahwa “tidak ada kedamaian bagi orang fasik.” (Yes. 48:22) Ketenangan kita akan ditingkatkan dengan kerendahan hati dan kelembutan. Orang yang angkuh dan ambisius tidak akan pernah merasa damai. “Marilah kepada-Ku,” Yesus mengundang kita, “semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Mat. 11:28-29)

Maka, satu-satunya cara agar kita dapat memperoleh kedamaian jiwa adalah dengan menghindari dosa, menerapkan kerendahan hati, dan menaati hukum Allah. Para Orang Kudus memiliki ketenangan ini, bahkan di saat-saat pencobaan dan penderitaan, karena mereka hidup di dalam Allah dan setia sepenuhnya terhadap hukum-hukum-Nya.

Kedamaian sejati adalah melakukan kehendak Tuhan secara terus-menerus dan dengan kasih. Ketika Tuhan memberi kita penghiburan dan kegembiraan, kita berterima kasih kepada-Nya atas kebaikan-Nya yang tak terhingga terhadap kita. Ketika Dia mengirimkan penderitaan dan kekurangan kepada kita, kita tetap bersyukur dan bersyukur kepada-Nya. Mari kita ingat contoh Ayub. Ketika dia kehilangan anak-anaknya, kesehatannya, dan seluruh harta bendanya, dan dicemooh oleh istrinya serta tidak dipercaya oleh teman-temannya, dia berseru dengan semangat pasrah: “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil; terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 1:21)

Semua ini mungkin terasa terlalu sulit bagi kita, namun hanya dengan syarat-syarat inilah kita dapat memperoleh kedamaian batin. Dengan menyerahkan kehendak kita sepenuhnya kepada Tuhan dalam semua keadaan hidup kita, kita dapat mengangkat diri kita mengatasi segala kesedihan dan keinginan sia-sia dari kehidupan duniawi ini, dan kita dapat menemukan kedamaian dan ketenangan abadi di dalam Tuhan.

Setelah menjelaskan ajaran kedamaian batin ini, “Mengikuti Jejak Kristus” melanjutkan dengan mengatakan: “Tetapi tidak pernah merasakan kesedihan sama sekali, atau menderita kesusahan hati atau tubuh, bukanlah keadaan kehidupan saat ini, melainkan kondisi kehidupan istirahat abadi saat ini. Karena itu, jangan berpikir bahwa kamu telah menemukan kedamaian sejati, jika kamu tidak merasakan beban; atau bahwa semuanya baik-baik saja, jika kamu tidak memiliki musuh; atau bahwa kamu telah mencapai kesempurnaan, jika segala sesuatunya dilakukan sesuai dengan keinginanmu. Kamu juga tidak menganggap dirimu sebagai orang yang hebat, atau membayangkan dirimu sebagai orang yang sangat dicintai, jika kamu mengalami pengabdian dan rasa manis yang besar, karena tidak dalam hal-hal seperti itulah seorang pencinta kebajikan yang sejati dikenal; dan kemajuannya juga tidak diketahui dan kesempurnaan manusia terletak pada hal-hal ini.'' (Bk. III, c.25)

Dari sini kita dapat melihat bahwa kedamaian jiwa dalam hidup ini selalu merupakan buah dari perjuangan dan pengorbanan. Kita harus membayar harganya jika kita ingin memperolehnya. Hanya ketika kita pada akhirnya mencapai kebahagiaan abadi barulah kita dapat menikmati kedamaian sempurna sebagai imbalan atas ketekunan dan kesetiaan kita di bumi.  ——
    
Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy