Ingatlah apa yang Yesus Kristus katakan kepada para Rasul-Nya ketika Dia memerintahkan mereka untuk mempertobatkan dunia kepada iman dan kekudusan. "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Markus 16:15-16)
Keselamatan dunia harus datang dari kotbah para Rasul dan penerusnya, tetapi hanya karena kotbah mereka mengandung Sabda Tuhan sendiri. Ada banyak filsuf selama berabad-abad yang mengajarkan doktrin-doktrin khusus mereka dengan sangat fasih dan persuasif. Namun pengajaran mereka tidak banyak membantu manusia menjadi lebih baik. Mungkin manusia tidak mendengarkannya, atau mungkin mereka mengindahkannya untuk sementara waktu dan segera melupakannya. Begitulah nasib pencapaian manusia. Setelah kebisingan dan perkembangan awal muncullah keheningan dan terlupakan. Namun firman Tuhan tetap ada selamanya. “Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.” (1Petrus 1:25) Terang Injil tidak pernah pudar, karena terang itu datangnya dari Allah. Kebaikan yang terpancar dari halaman-halaman inspirasinya akan menggerakkan dan mentransformasi hati manusia hingga akhir zaman.
Kita harus menjunjung tinggi firman Tuhan dan mendengarkannya dengan penuh perhatian. “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku." kata Yesus kepada para rasul-Nya (Lukas 10:16) Orang yang memberitakan Sabda Allah mungkin tidak sempurna dan kurang terlatih, namun kita hendaknya tidak menilai pesannya berdasarkan kualitas pribadi dan kemampuan berkhotbahnya. Kita harus memusatkan perhatian kita pada Sabda Tuhan dan menghargainya. Tuhan sering kali menggunakan instrumen yang lemah dan tidak sempurna, dan bahkan instrumen yang tidak layak, untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya, sehingga kita dapat mendengarkan firman-Nya dengan kerendahan hati dan mencari Dia daripada manusia. Jika kita mencari manusia, kita akan menemukan manusia; tetapi jika kita mencari Tuhan, kita akan menemukan Tuhan dan kebenaran serta kebaikan abadi-Nya.
Kita harus mendengarkan Sabda Tuhan dengan rendah hati dan harus ingat bahwa kita sangat membutuhkannya. Sekalipun kita telah diajar dengan baik dan merasa bahwa kita lebih terpelajar daripada pengkhotbah, kita tetap perlu memperhatikan Sabda Allah yang hidup agar Sabda itu dapat mengubah kita dan menjadikan kita kudus.
Sangatlah penting bagi kita untuk memperoleh disposisi yang diperlukan untuk memungkinkan kita mendengarkan Sabda Tuhan dengan penuh perhatian dan menerapkannya dalam kehidupan kita. Kita semua akrab dengan perumpamaan tentang penabur. Benih itu tentu saja melambangkan firman Allah. Ada yang jatuh di pinggir jalan, terinjak-injak, atau terbawa burung. Ada pula yang jatuh di tanah yang berbatu-batu dan layu karena kekurangan air. Ada yang jatuh di semak duri, sehingga mencekiknya dan menghalanginya untuk tumbuh. Akhirnya, sisa benih itu jatuh di tanah yang baik dan menghasilkan buah yang kurang lebih melimpah. (Mat. 13:3-8)
Bagaimana kita menerima Sabda Tuhan? Mungkin kita terus-menerus dihamburkan dan terganggu? Dalam hal ini benih ilahi tidak akan menghasilkan buah, melainkan akan terinjak-injak atau layu. Namun, bisa saja kita mendengar Sabda Tuhan dengan rasa senang dan gembira hingga semangat awal kita tercekik oleh kegemaran kita akan uang, kemudahan dan kesenangan duniawi, sehingga menghalangi kita untuk menimbun pahala untuk kehidupan abadi.
Mari kita ingat bahwa firman Tuhan adalah anugerah yang sangat berharga, yang tidak boleh diabaikan atau disalahgunakan. Keselamatan kekal kita bergantung pada cara kita menerimanya. ——
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.