| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Merenungkan kebaikan Tuhan


 
Semakin banyak kita mengetahui, tulis St. Katarina dari Siena, semakin kita mengasihi, dan semakin kita mencintai, semakin banyak pula yang kita terima. Ganjaran kita, simpulnya, meningkat sesuai dengan ukuran kasih kita. (Dial., c. 131) Kita cenderung menilai seseorang berdasarkan kekuatan pencapaiannya, dan menilai diri kita sendiri berdasarkan tingkat keberhasilan yang telah kita capai. Standar kita sangat salah. “Betapa besarnya setiap orang di mata-Mu,” penulis “Mengikuti Jejak Kristus” berseru kepada Tuhan dalam kata-kata Santo Fransiskus, “begitulah dia dan tidak lebih.” (Bk. III, c.50)

Bukan kesuksesan yang diperhitungkan oleh Tuhan, apalagi penghargaan manusia. Yang penting bagi Tuhan adalah niat kita untuk menyenangkan Dia dan bekerja demi kemuliaan-Nya berdasarkan motif kasih yang murni. Jika kita berhasil dalam pekerjaan kita, marilah kita memuji Tuhan. Jika kita tidak berhasil, marilah kita tetap bersyukur kepada-Nya. Ganjaran kita sepadan dengan kecintaan kita kepada Tuhan. Jika kita sangat mengasihi Dia, kita akan bekerja keras dan berkorban demi Dia. Namun, kita harus bekerja untuk memuaskan Tuhan saja, dan bukan untuk diri kita sendiri. Jika kita bekerja untuk tujuan lain, semua kerja kita akan sia-sia. Kita menabur dalam jumlah banyak namun menuai sedikit atau bahkan tidak menuai sama sekali. Hanya Tuhan yang penting. Jika kita bekerja hanya untuk Dia, kita akan diberkati oleh-Nya dan akan menuai buah kehidupan abadi.

Oleh karena itu, kita perlu mengasihi Tuhan dan melakukan segala sesuatu demi cinta kepada-Nya dan demi kemuliaan-Nya. Namun, jika kita ingin mengasihi Tuhan, kita harus mengenal Dia. Kalau saja kita mengenal Tuhan dengan sempurna, kita tidak hanya harus mencintai-Nya, tapi kita juga akan hampir putus asa karena cinta yang berlebihan. Kita terlalu sedikit mengasihi Tuhan karena kita terlalu sedikit mengenal Dia. Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk mengenal-Nya dengan merenungkan kebaikan, keindahan, dan kesempurnaan-Nya yang tak terbatas. Kebaikan, keindahan, atau kesempurnaan lainnya merupakan cerminan samar dari Tuhan yang merupakan sumber segala kebaikan sejati. Kita tidak boleh membiarkan diri kita teralihkan atau diganggu oleh refleksi-refleksi yang cepat berlalu dan tidak dapat binasa ini.

Tuhan saja sudah cukup bagi kita. Marilah kita belajar mengenal Dia dan, sebagai konsekuensinya, mencintai Dia dalam kemegahan ciptaan, yang mencerminkan keindahan dan kuasa-Nya. Bintang-bintang dan bunga-bunga, ombak laut dan pepohonan di hutan, semuanya berbicara kepada kita tentang Tuhan. Marilah kita mengenal dan mengasihi Dia, hingga kita meratap bersama St. Agustinus: Sudah terlambat aku mengasihi Engkau!

Semakin kita mengenal dan mengasihi Tuhan, semakin banyak pula yang kita terima dari-Nya. Jika kita mencintai-Nya dengan tulus, maka Dia akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Kita sangat membutuhkan pertolongan ini agar mampu menolak godaan, menghindari dosa, dan maju dalam kekudusan. Oleh karena itu, marilah kita sering memikirkan Tuhan, untuk memperdalam kesadaran kita akan kehadiran-Nya dan mengobarkan api kasih kita kepada-Nya. Kemudian kita akan hidup dalam keintiman dengan-Nya dan menerima dari-Nya segala rahmat yang kita perlukan.  ——
    
Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy