Lupakan serangkaian pertanyaan yang tidak berguna dan sering kali bersifat akademis yang diajukan para filsuf mengenai hakikat persahabatan. Namun definisi Cicero patut dicatat, karena tidak jauh dari konsep persahabatan Kristen. Sahabat, katanya, adalah mereka yang dipersatukan oleh ikatan kasih sayang dan kesepakatan dalam hal-hal yang penting secara spiritual dan kemanusiaan. Persahabatan sejati adalah hasil dari ketertarikan yang misterius dan timbal balik antara dua orang, yang tumbuh saling mengenal, menghormati dan mencintai. (De Amic., VI) Persahabatan ini akan cepat berlalu dan bahkan berbahaya jika dipupuk oleh tubuh dan bukan oleh jiwa. Jiwa itu abadi. Oleh karena itu cintanya abadi dan berlanjut hingga kekekalan. Tubuh, seperti bunga di ladang, menyenangkan untuk sementara waktu, kemudian layu dan mati. St Agustinus menceritakan kepada kita dalam bukunya Confessions (Pengakuan-Pengakuan) bahwa ia sangat terikat dengan seorang pemuda seusianya, yang sedang mekar dengan bunga masa remajanya. Namun dia segera menambahkan bahwa ini bukanlah persahabatan yang sejati, karena persahabatan ini tidak muncul dari kasih yang dicurahkan Roh Allah ke dalam hati kita. (St. Augustine Confessions IV, 4:7) Apa yang disebut sebagai persahabatan khusus ini harus dihindari karena dianggap berbahaya dan bertentangan dengan ajaran Kristen.
Cicero juga melihat kebajikan sebagai dasar persahabatan. (Cic., De. Amic., XXVII) Benar sekali yang dikatakannya bahwa persahabatan yang tulus hanya bisa terjalin di antara orang-orang baik. (De Amic. V) Namun konsep persahabatan Kristiani bahkan lebih dalam lagi. Ini menyentuh tatanan supranatural. Sahabat sejati saling mengasihi di dalam Tuhan. Cinta mereka harus didasarkan pada kasih ilahi. (Pengakuan St. Agustinus IV, 4:7)
Ada sesuatu yang sakral tentang persahabatan dalam pengertian Kristiani. Cinta timbal balik dipupuk dan ditinggikan oleh kasih ilahi. Sahabat saling mencintai tidak hanya dalam kehidupan ini tetapi juga dalam kehidupan kekal. Mereka saling memberi nasihat. Mereka saling membantu di sepanjang jalur kebajikan yang menaik, dan bukan hanya sekedar mencapai pencapaian manusia. Mereka tahu bahwa cinta mereka akan bertahan selamanya di Surga.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan jika kita dapat menemukan sahabat sejati dalam arti Kristiani seutuhnya. Dia akan menjadi penghiburan dan bantuan yang besar bagi kita dalam hal-hal duniawi, tetapi terutama dalam kebutuhan rohani kita.
Kita harus selalu ingat apa yang dikatakan “Mengikuti jejak Kristus” tentang persahabatan. "Di dalam diriku, cinta sahabatmu harus tetap ada," Tuhan digambarkan berkata, "dan bagiku dia harus dicintai, siapa pun dia, yang menurutmu baik dan sangat dicintai dalam hidup ini. Tanpa aku, persahabatan tidak bisa tidak menghasilkan keuntungan atau bertahan; cinta itu juga tidak benar dan murni yang tidak Aku ikat menjadi satu.” (Imit. Kristus, Bk. III, Bab 42:1)
Jika kita membiarkan diri kita dibimbing oleh prinsip-prinsip ini, seorang teman akan menjadi harta yang sangat berharga. Dia akan menjadi harta yang tidak akan kita hilangkan di bumi dan yang akan membantu kita memperoleh Surga. Kata-kata St Agustinus sungguh menghibur. “Kita tidak bisa kehilangan seorang sahabat, jika dia sayang kita pada Tuhan yang tak pernah hilang.” (Pengakuan St. Agustinus IV, 4:7)
Marilah kita memupuk persahabatan, namun biarlah itu menjadi persahabatan Kristiani yang didasarkan pada prinsip-prinsip ini, yang berasal dari Allah dan membawa kita kembali kepada-Nya.——————
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.