Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Memikul Salib Kita

 


Ketika kita telah meninggalkan diri kita sendiri untuk melakukan kehendak Allah secara detail, kita harus memikul salib kita setiap hari. Kita harus membawanya dengan kepasrahan dan kasih mengikuti jejak Yesus. Masing-masing dari kita memiliki salibnya sendiri. Mungkin karena kesehatan yang buruk atau kesulitan keuangan. Mungkin saja ada orang yang kita rasa tidak dapat ditolerir dan harus hidup bersamanya. Ini mungkin penghinaan atau fitnah. Ini mungkin merupakan godaan yang sulit kita lawan dan terus-menerus menyebabkan kita terjatuh. Mungkin semua ini terjadi bersamaan. Apapun itu, itu adalah salib kita.

Memberontak berarti memperburuk keadaan. Salib kita hanya akan menjadi lebih berat dan tak tertahankan lagi. Yesus memberitahu kita untuk menerimanya seperti yang Dia lakukan. Dia menyuruh kita untuk tunduk di bawah bebannya dan mengikuti Dia. Kalau kita menerima ajakan-Nya, seketika itu juga salib kita akan terasa lebih ringan. Manusia yang sedang jatuh cinta tidak merasa lelah. Kita harus memikul salib kita karena kasih kepada Tuhan dan dengan harapan akan pahala surgawi. Kemudian kita dapat berkata seperti Santo Fransiskus de Sales: "Penderitaan berlalu, tetapi pengalaman menderita demi kasih Tuhan tetap ada." Kita akan memahami betapa benarnya kata-kata Tuhan kita: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Mat. 11:28)

Salib yang kita terima dari tangan Yesus dan karena kasih kepada-Nya merupakan beban yang manis.

Hanya ada satu cara untuk menjadi suci dan memenangkan Surga. Inilah jalan Salib. "Mengikuti jejak Kristus" berisi beberapa pemikiran yang mengharukan tentang jalan salib kerajaan. Kita akan merangkumnya di sini.

Kata-kata Yesus tampaknya sulit bagi banyak orang: "Tinggalkan dirimu sendiri, pikul salibmu dan ikutlah Aku." Namun akan jauh lebih sulit untuk mendengar di hari terakhir kata-kata yang mengerikan itu: "Enyahlah dariKu, hai kamu yang terkutuk, ke dalam api yang kekal." Mereka yang mendengarkan sekarang dan menerima pesan Salib tidak perlu takut mendengar kalimat yang tidak dapat dibatalkan ini pada hari itu. Mengapa menghindari jalan Salib jika itu adalah satu-satunya jalan menuju Surga? Pada Salib ada keselamatan; pada Salib ada kehidupan; pada Salib ada perlindungan dari musuh kita. Jika kita memikul salib dengan tunduk dan kasih, maka kita akan memperoleh kedamaian jiwa. Jika kita menjalin salib kita dengan Salib Yesus, maka kita akan memperoleh energi pikiran, kegembiraan jiwa, dan kesucian sempurna. Jika kita mati di kayu Salib bersama Yesus, kita akan hidup bersama Dia dalam kebahagiaan abadi. Jika kita menjadi sahabat-Nya dalam penderitaan, suatu hari kita juga akan bersama-Nya dalam kemuliaan. (Rm. 6:8)

Semuanya bergantung pada kematian kita di kayu Salib bersama Yesus. Tidak ada jalan lain menuju kehidupan dan kedamaian batin sejati selain jalan salib suci dan matiraga sehari-hari. (Mengikuti Jejak Kristus, Bk. II, Bab 12)

Kita juga membaca dalam “Mengikuti jejak Kristus”: “Tak seorang pun memiliki perasaan yang begitu tulus akan Sengsara Kristus seperti orang yang mengalami penderitaan seperti itu.” Jika Anda memikul salib Anda dengan sukarela, itu akan membawa Anda ke tujuan yang Anda dambakan, di mana penderitaan berakhir dan sukacita abadi dimulai. Jika Anda membawanya dengan enggan, bebannya akan menjadi tak tertahankan, dan Anda harus membawanya dalam keadaan apa pun. Jika kamu membuang salib yang kamu pikul, maka salib yang lebih berat akan segera ditimpakan kepadamu. Jadi bersiaplah untuk menerima cobaan apa pun yang Tuhan kirimkan kepada Anda. Anggaplah itu sebagai penghiburan yang luar biasa, karena penderitaan hidup ini tidak bisa dianggap sebagai ukuran kemuliaan yang akan kita dapatkan di Surga... (lih Rm. 8:18) Beruntunglah kita jika kita layak sedikit menderita demi nama Yesus... Hanya ketika kita mulai mati terhadap diri kita sendiri barulah kita dapat mulai hidup di dalam Tuhan... Tidak ada yang lebih berkenan kepada Tuhan dan lebih bermanfaat bagi kita di dunia ini selain rela menderita demi kasih Kristus. (Mengikuti jejak Kristus, Bk. II, Bab 12)—Antonio Kardinal Bacci, Meditasi untuk Setiap Hari, 1959. 

   Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy