Mari kita perhatikan iman orang Majus, yaitu iman yang rela, hidup dan aktif. Mereka melihat di langit bintang yang melambangkan Bayi Yesus, dan merasakan ilham ilahi di dalam hati mereka. Segera, mereka pergi mencari Dia. Mereka bahkan tidak terhalang oleh perjalanan panjang dan berbahaya yang terbentang di hadapan mereka.
Ketika mereka tiba di Yerusalem, mereka menemukan Herodes, yang tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Bintang itu menghilang, dan para imam menjawab dengan dingin pertanyaan yang mereka ajukan. Namun seiring berjalannya waktu, kepercayaan mereka terhadap panggilan Ilahi terus bertumbuh. Akhirnya mereka mencapai sebuah lumbung miskin, di mana mereka tidak menemukan seorang Raja duniawi, melainkan seorang anak kecil yang menangis di atas palungan jerami. Sebagai imbalan atas kesulitan dan ketekunan mereka, sebuah suara di dalam hati mereka mengatakan kepada mereka bahwa inilah Yesus, Raja segala raja dan Juruselamat dunia.
Sayangnya, ketika kita mendengar panggilan Ilahi, betapapun jelas dan sederhananya, kita menemukan ribuan alasan untuk menunda dan mungkin tidak menanggapinya sama sekali. Marilah kita dengan rendah hati berjanji untuk lebih bermurah hati dalam mendengarkan-Nya dan lebih bersemangat dalam mematuhinya, apa pun akibatnya.
Orang Majus memberi Yesus hadiah materi juga sebagai simbol dedikasi penuh mereka kepada-Nya. Mereka memberi Dia emas karena Dia adalah seorang Raja; dupa karena Dia adalah Tuhan; dan mur karena Dia adalah manusia. Kita sering berkata bahwa kita mengasihi Tuhan dan ingin mengabdi serta menaati-Nya dalam segala hal. Namun ketika kita menyadari bahwa hal ini memerlukan pengorbanan, kita melupakan janji-janji kita.
Kita harus bertanya pada diri kita sendiri apakah kita bersedia mempersembahkan emas kepada Yesus, yaitu, mempersembahkan kepada-Nya segala sesuatu yang kita miliki demi kemajuan kemuliaan-Nya, demi perluasan Kerajaan-Nya, dan demi pertolongan orang-orang miskin-Nya, yang di dalamnya kita harus selalu memberikannya. melihat dan mengasihi Kristus sendiri. Kita harus memeriksa diri kita secara menyeluruh mengenai hal ini. Sangat mudah untuk mencari alasan untuk tidak memberi kepada Tuhan dan orang miskin sesuai dengan kemampuan kita. Kita juga harus mempersembahkan dupa penyembahan dan doa kita yang tak henti-hentinya. Tidak ada kekudusan tanpa doa. Tidak ada orang Kristen sejati yang tidak memiliki kekudusan. Yang terakhir, kita harus mempersembahkan mur dari mati raga kita. Mortifikasi, seperti dikatakan St. Vinsensius de Paul, adalah kesempurnaan Kristiani. Santo Paulus menasihati kita untuk selalu menanggung mati raga Yesus dalam diri kita. Jika kita tidak bermatiraga kita tidak akan pernah bisa menjadi kudus dan tidak akan pernah bisa berbagi kegembiraan yang dialami orang-orang Majus ketika mereka bersujud di hadapan palungan Penebus Ilahi kita.— ————
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.