| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Penderitaan (bagian 1)


 
 
 Kekristenan sendiri memberikan penjelasan yang memadai mengenai misteri penderitaan. Mengapa ada yang namanya penderitaan? Masalahnya sangat besar, dan penjelasan yang dikemukakan oleh berbagai aliran filsafat gagal memuaskan hati manusia dan meninggalkan keraguan dalam pikiran. Ajaran Kristen memberi tahu kita bahwa Tuhan itu baik tanpa batas, namun juga keadilan tanpa batas. Karena kebaikannya yang tak terhingga, Dia menciptakan manusia tanpa penderitaan. Dia juga memberi manusia anugerah kebebasan yang luar biasa, yang disalahgunakan manusia dengan melakukan dosa. Begitu dosa telah dilakukan, Allah dengan keadilan-Nya yang tak terhingga menuntut penebusan dosa. Oleh karena itu penderitaan dan kematian... “sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” (Rm. 5:12) Bersamaan dengan kematian, datanglah serangkaian kemalangan, penderitaan fisik dan moral yang tidak pernah berakhir, yang menimpa umat manusia.

Jadi, penderitaan tidak datang langsung dari Tuhan. Ini adalah konsekuensi dan hukuman atas dosa. Namun ada juga aspek penebusan dan penebusan. Allah dalam keadilan-Nya yang tak terbatas menuntut hukuman dari manusia atas dosanya, namun Ia tidak berhenti menjadi kebaikan yang tak terhingga. Oleh karena itu, pada misteri penderitaan ditambahkan misteri Penebusan Anak Allah sendiri yang menjadi manusia dan menanggung segala dosa kita. Untuk penebusan penuh atas dosa-dosa kita, Dia, “Manusia yang Berdukacita”, mempersembahkan kepada Bapa Yang Kekal penderitaan-Nya yang bernilai tak terhingga.

Akan tetapi, tidaklah benar jika kita tetap tidak aktif dalam pekerjaan penebusan ini. Seperti Yesus, kita harus menundukkan kepala di depan Salib kita dan memeluknya dengan pasrah dan cinta. Kita harus menyatukan penderitaan kita dengan penderitaan Penebus kita untuk penebusan dosa-dosa kita.

Sayangnya, ada beberapa orang yang memberontak karena rasa sakit. “Tuhan itu tidak baik,” kata mereka. "Jika Dia baik, Dia tidak akan membiarkan penderitaan. Tuhan tidak mencintaiku. Jika Dia mencintaiku, Dia tidak akan membuatku menderita."

Tentu saja ini salah. Tuhan tidak menciptakan penderitaan. Manusialah yang mewujudkannya karena dosa dan perbuatannya yang berlebih-lebihan. Tuhan, yang selalu mengambil kebaikan dari kejahatan, tahu bagaimana mengambil kebaikan yang besar bahkan dari penderitaan, sebagai jalan penebusan, penebusan, dan pendamaian atas dosa-dosa kita. Justru karena Dia mengasihi kita, Tuhan mengizinkan penderitaan kita. Dia mengetahui dengan baik bahwa mereka memurnikan dan menyucikan kita seperti api memurnikan dan memurnikan emas. Mereka mengangkat pikiran kita ke surga.

Tuhan mengizinkan penderitaan demi kesejahteraan rohani kita. Namun karena hal ini mempunyai kekuatan yang meneguhkan dan mendamaikan, kita harus menerimanya dengan sikap pasrah dan kasih, seperti yang Yesus lakukan di Getsemani. Kita hendaknya menyatukan penderitaan kita dengan penderitaan Penebus kita, yang mempunyai nilai tak terbatas di hadapan Bapa Surgawi kita.

Yesus adalah kepala Tubuh Mistik Gereja dan kita adalah anggotanya. Kita harus menderita dengan ketundukan dan kasih seperti yang Dia alami. Pemberontakan meningkatkan dan memperburuk rasa sakit. Berpasrah diri dan kasih, sebaliknya, meringankannya, menjadikannya berjasa dan bahkan diterima. Sungguh suatu penghiburan untuk menderita bersama Yesus. Santo Paulus berkata: “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kol. 1:24) Dengan kata lain, sengsara Kristus menuntut kerja sama kita yang tunduk dan penuh sukacita dalam penderitaan bersama Yesus.

Kisah Para Rasul mengatakan tentang para Rasul: “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus.” (Kisah Para Rasul 5:41)

“Betapa besar ganjaran yang menantiku,” s
eru Santo Fransiskus, “setiap penderitaan adalah kebahagiaan murni bagiku!” Dia mengetahui betul bahwa dukacita di dunia ini sangatlah kecil jika dibandingkan dengan pahala indah yang menanti kita di Surga. “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Rm. 8:18)— ————

   Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII.

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy