Karya: Sidney de Almeida/istock.com |
1. Biarawan dan biarawati dapat mempunyai aturan hidup sehari-hari yang tetap, namun hal ini tidak mungkin dilakukan oleh semua orang. Namun, setiap orang akan merasakan manfaatnya jika memiliki jadwal umum yang dapat divariasikan agar sesuai dengan keadaan yang berbeda. Dalam menyusun aturan umum kehidupan bagi diri kita sendiri, kita harus mengingat dua hal, yaitu pembagian hari ke dalam periode-periode dan cara kita berperilaku selama periode-periode tersebut.
Tidak ada harapan untuk memulai hari tanpa rencana yang telah direncanakan sebelumnya. Entah akan ada ketertiban atau kekacauan. Jika terjadi disorganisasi akan menimbulkan dua akibat. (1) Akan terjadi ketergesaan dan kebingungan dalam menunaikan tugas-tugas yang masih tersisa sampai hari kiamat. (2) Akan ada masa-masa bermalas-malasan yang berlarut-larut, yang pada masa itu kita harus meyakinkan diri kita sendiri bahwa akan ada banyak waktu untuk menyelesaikan segala sesuatunya sebelum malam tiba.
Untuk menghindari situasi seperti ini, setiap orang harus mempunyai jadwal yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Tentu saja, hal ini harus mampu memberikan variasi yang masuk akal sesuai keadaan, namun sementara itu hal ini akan membantu kita menjalani hari dengan tenang dan membuahkan hasil.
2. Selain mengatur hari kita berdasarkan jadwal, adalah bijaksana untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana kita akan berperilaku selama jam-jam yang berbeda. Kita mudah terkejut, terbawa oleh peristiwa, dan akibatnya membuang-buang waktu atau melakukan hal-hal buruk. Kita harus memutuskan bagaimana kita harus berperilaku di hadirat Tuhan dan di hadapan manusia. Mengenai hubungan kita dengan Tuhan, resolusi terbaik adalah memulai hari dengan doa dan, jika mungkin, mengunjungi Gereja. Cita-cita kita adalah mengikuti Misa dan menerima Komuni Kudus. Di siang hari, terutama di saat-saat pencobaan, kita akan menengadahkan pikiran dan hati kita kepada Tuhan dengan cara seruan singkat. Kita akan hidup di hadirat Tuhan; kita akan hidup dalam hidup-Nya. Kita akan mengakhiri hari ini dengan mengunjungi Sakramen Mahakudus, betapapun singkatnya, dan berdoa malam. Ketika kita hendak tidur kita akan memanjatkan doa-doa tertentu dan mengingat kehadiran Tuhan. Ini adalah hari dalam kehidupan seorang Kristen yang baik. Berapa banyak yang bisa mengatakan bahwa mereka menghabiskan hari mereka seperti ini?
3. Setelah kita memutuskan sikap kita terhadap Tuhan, kita perlu menentukan bagaimana kita akan bertindak terhadap sesama kita. Kita mungkin menghadapi banyak hal tak terduga yang harus kita tangani sepanjang hari, tapi biasanya kita sudah punya gambaran bagus tentang orang seperti apa yang akan kita hadapi. Akan ada orang-orang yang menjadi tempat berbuat dosa. Kita harus berusaha menghindari hal-hal ini, namun jika hal ini tidak memungkinkan, kita harus waspada dan mengandalkan senjata rahmat ilahi untuk melindungi kita. Akan ada orang-orang yang menyusahkan dan menjengkelkan, yang dengannya kita harus bersabar dan menahan diri. Akan ada orang-orang yang berkekurangan, baik materiil maupun rohani, yang harus kita beri pencerahan dan bantu. Kita akan menemui kesulitan dan permasalahan yang pelik, untuk menghadapinya kita harus memohon pencerahan dan kehati-hatian kepada Tuhan. Jika kita hidup dalam kesatuan yang intim dengan Tuhan kita, kita akan mampu menangani semua urusan sehari-hari, terutama hal-hal yang tidak terduga.—Antonio Kardinal Bacci, Meditasi untuk Setiap Hari, 1959.
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII