Kehendak
1. Lambang kota besar Chicago menyandang moto "I will". Dengan pendekatan yang kuat terhadap program perluasannya, tidak lama kemudian kota ini menjadi salah satu kota terbesar di Amerika. Kota ini berkembang menjadi pusat industri yang kaya, tempat gedung pencakar langit, pabrik, dan gereja bermunculan berdampingan.
Bila diucapkan dengan tulus dan penuh tekad, ungkapan kecil “Aku akan” ini mampu membuahkan hasil yang luar biasa baik secara jasmani maupun rohani. St Thomas Aquinas pernah ditanya oleh seorang biarawati apa saja persyaratan kesucian. Dia menjawab bahwa hal utama yang diperlukan adalah tindakan kemauan yang kuat dan tegas, yang pasti akan diperkuat oleh rahmat ilahi. Para Orang Kudus memulai setiap proyek dengan membuat tekad yang tulus dan pasti untuk berhasil. Mereka adalah makhluk yang lemah seperti kita semua, namun mereka tahu bahwa jika mereka sangat menginginkan sesuatu, Tuhan akan mengabulkan mukjizat apa pun yang mereka perlukan. Ayah yang meminta Yesus untuk menyembuhkan putranya memohon: “Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami,” dan Yesus menjawab: ”Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (lih Markus 9:16-23) Jawaban yang sama dapat diberikan kepada siapa pun di antara kita yang mengatakan bahwa kita ingin sekali menjadi kudus. Segala sesuatu mungkin terjadi jika kita benar-benar menginginkannya, karena selebihnya Tuhan yang akan melakukan.
2. Santo Paulus nampaknya bertentangan dengan gagasan ini ketika ia menulis: “Yang dipertanyakan bukanlah siapa yang menghendaki, atau siapa yang berlari, tetapi mengenai Allah yang menunjukkan belas kasihan.” (bdk .Rm. 9:16)
Apa yang dia katakan itu benar. Kehendak kita tidak akan mampu menghasilkan apa pun tanpa kasih karunia Allah. Namun juga benar bahwa kasih karunia Allah tidaklah cukup tanpa adanya tindakan kemauan dari pihak kita. Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk cerdas dengan karunia kebebasan memilih yang luar biasa. Karena Dia menghormati kebebasan yang Dia berikan kepada kita, Dia tidak akan memaksa kita dengan kasih karunia-Nya untuk menjadi kudus. Dia hanya membantu kita. Bantuannya mutlak diperlukan, karena dengan diri kita sendiri kita tidak mampu membentuk niat baik, apalagi melakukan perbuatan baik. “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah..” (2 Kor. 3:5)
Oleh karena itu, resolusi kita harus disertai dengan rahmat Tuhan. Kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh dan mengambil keputusan tegas. Kita harus berdoa memohon rahmat Ilahi, namun itu bergantung pada kemauan kita sendiri untuk memastikan bahwa rahmat Tuhan membuahkan hasil dalam diri kita. Inilah satu-satunya cara agar kita bisa menjadi sempurna.
3. Kita diyakinkan akan hal ini oleh St. Paulus dan semua Orang Kudus “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13) tulis Rasul. “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1 Kor. 15:10)
Jadi mari kita maju. Bertekadlah. Bekerja keras. Yang terpenting, berdoalah dengan rendah hati dan sungguh-sungguh memohon rahmat Tuhan, yang tanpanya kita tidak dapat melakukan apa pun yang baik.—Antonio Cardinal Bacci, Meditations for Every Day, 1959.