| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Semangat dan Kelembutan

 


1. Jiwa yang suam-suam kuku atau lalai tidak dapat bertahan lama dalam rahmat Tuhan, dan apabila rahmat Tuhan dihilangkan, berarti matinya jiwa. Kehidupan rohani ibarat bukit yang terjal. Seorang manusia tidak bisa tinggal diam. Dia harus terus naik ke atas atau mulai tergelincir ke bawah. Barangsiapa berjuang di atas bukit, ia mendekati kesempurnaan dan Surga; siapa yang terpeleset ke belakang maka ia mendekati dosa dan Neraka. Tidak ada jalan tengah. Orang-orang yang suam-suam kuku adalah obyek kejijikan terhadap Pencipta mereka, Yang menjauhkan mereka dari diri-Nya. “Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” (Wahyu 3:16)

Jadi menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja tidaklah cukup. Orang-orang yang setengah hati dan acuh tak acuh sudah menempuh jalan licin dosa dan berada dalam daftar tunggu Neraka. Berbahaya bagi siapa pun yang terus menerus berada dalam keadaan tidak kompeten secara rohani tanpa berpikir panjang. Seseorang yang tidak pernah memikirkan keselamatan dirinya sendiri sedang menderita penyakit serius. Dia menghadapi risiko hukuman kekal yang besar.

2. Tuhan kita tidak memerintahkan kita untuk sekedar berbudi luhur. Dia memerintahkan kita untuk menjadi sempurna. “Karena itu kamu harus menjadi sempurna, sama seperti Bapamu di surga sempurna.” (Mat. 5:48) Dia menyuruh kita untuk mengasihi Dia dengan segenap hati dan segenap jiwa kita. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.” (Mat. 22:37) Dia memerintahkan kita untuk meninggalkan segalanya daripada menyinggung Dia, (Lukas 14:33) bahkan mencabut mata atau memotong tangan atau kaki jika hal itu menjadi penghalang bagi keselamatan kekal kita. (Mat. 18:8) Bagaimana kita bisa tetap bergeming dan tidak aktif menghadapi nasihat ini? Tingkat kesempurnaan yang diperintahkan Tuhan kepada kita tidak dapat dicapai tanpa rahmat-Nya, yang hanya dapat kita peroleh melalui doa yang sungguh-sungguh dan tak henti-hentinya. Semangat adalah prinsip yang menjiwai kehidupan spiritual. Hal ini memenangkan karunia Allah bagi kita dan membuat kita hampir kebal dari dosa.

3. Kita bisa menjadi tekun dengan menghilangkan sebab-sebab suam-suam kuku. Hal-hal tersebut adalah: (a) Kurangnya iman yang hidup. Obatnya adalah seringnya merenungkan kebenaran abadi untuk membangkitkan iman kita dan membuat kita lebih terus-menerus memikirkan Surga. (b) Semangat keduniawian dan keterikatan berlebihan pada hal-hal duniawi, yang bagaikan ikatan yang membatasi kemajuan kita menuju Tuhan. Ingatlah bahwa dunia ini sedang berlalu dan tidak dapat memuaskan jiwa kita yang diciptakan untuk Tuhan. Oleh karena itu, marilah kita mencari Dia dan mencintai Dia di atas segalanya. (c) Kurangnya ketekunan kita dalam berbuat baik. Tidaklah mudah untuk menjaga keintiman terus-menerus dengan Tuhan, bahkan pada saat kita tampaknya telah menjadi kering secara rohani dan kehilangan segala penghiburan supernatural. Tidaklah mudah untuk bertahan dalam perlawanan kita terhadap daya tarik dunia dan dosa. Tidak mudah untuk berdoa terus menerus meski Tuhan sepertinya tidak mengindahkan kita. Tidak mengherankan jika kita menjadi lelah dan putus asa. Namun mari kita ingat bahwa Tuhan memberi berkat kepada hamba-hamba-Nya yang setia dengan menjadikan mereka bersungguh-sungguh dalam doa dan tindakan. Jadi marilah kita menjadi konstan. Kita akan dihargai dengan semangat rohani, yang akan memberi kita kegembiraan dan kedamaian batin yang mengatasi setiap rintangan dan merupakan awal menuju kebahagiaan abadi bersama Tuhan di Surga.—Antonio Kardinal Bacci, Meditasi untuk Setiap Hari, 1959.

   Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy