Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Ibadah dan Tindakan

 



Yesus berkata dalam Injil: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” (Yohanes 14:6) Dunia tersesat dalam kegelapan kesalahan dan belitan kejahatan. Yesus datang untuk menunjukkan satu-satunya jalan menuju kebenaran dan kebajikan. Namun Dia tidak puas hanya sekedar menunjukkan jalan dan memberitakan kebenaran. Ada filsuf-filsuf yang berbicara dengan fasih dan mengajarkan dengan bijaksana mengenai kebenaran dan kebajikan. Namun tak seorang pun mampu memberikan kekuatan kepada manusia untuk mengikuti ajaran mereka. Banyak yang bisa mengulangi kata-kata penyair: "Video meliora proboque deteriora sequor;" (Ovid., Metam., VII, 20,21) "Saya melihat apa yang lebih baik untuk dilakukan, tetapi saya melakukan apa yang lebih buruk." Yesus, sebaliknya, tidak hanya mengajarkan jalan dan kebenaran, namun melalui kasih karunia-Nya memberi manusia percikan kehidupan ilahi yang ada di dalam Dia. Agama Kristen lebih dari sekedar sistem doktrin yang harus dipegang teguh. Ini lebih dari sekedar sistem ibadah pribadi dan publik kepada Tuhan dan penghormatan terhadap orang-orang kudus-Nya, lebih dari sekedar kumpulan ritual yang harus dipatuhi. Hal ini juga harus menjadi cara hidup yang sepenuhnya sesuai dengan ajaran moral yang diberikan oleh Yesus Kristus. Dia dinyatakan bukan hanya sebagai jalan dan kebenaran, namun juga hidup kita, dalam arti bahwa Dia mengalirkan ke dalam diri kita kehidupan ilahi-Nya melalui kasih karunia-Nya, yang dengannya kita harus bekerja sama dengan murah hati jika kita ingin menjadi orang Kristen sejati.

Siapapun yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan kasih karunia Allah tidak menjalani kehidupan Yesus. Tanpa kehidupan Yesus, ia hanyalah dahan mati, ranting kering yang dipotong dari pokok anggur. Tidaklah cukup hanya mengatakan "Tuhan, Tuhan!" untuk memasuki kerajaan Surga, tetapi kita perlu melakukan kehendak Bapa kita. (Bdk. Mat 7:21) Anugerah Allah harus menghasilkan panen perbuatan baik yang berlimpah, tidak peduli berapa pun pengorbanan yang harus kita lakukan. Kalau tidak, pemberian Tuhan akan diberikan dengan sia-sia dan di hadapan Hakim Agung suatu hari nanti akan menjadi alasan untuk pembalasan yang mengerikan, bukannya anugerah. Mari kita memikirkan hal ini secara serius. Apakah semangat agama telah direduksi menjadi sekedar keyakinan dan tindakan ritual yang kosong, atau apakah kita benar-benar menjalankan apa yang kita yakini? Renungkan dengan penuh perhatian kata-kata St. Yakobus ini: “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yakobus 2:14-17)

Iblis pun percaya, tapi dia terkutuk selamanya. (Bdk. Yakobus 2:19) “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” (Yakobus 1:27).

Jika kita ingin menjadi umat Kristiani yang sejati dan tulus, percaya saja tidak cukup, dan menghadiri upacara-upacara keagamaan saja tidak cukup. Kita harus bertindak seperti orang Kristen sejati. Seperti yang ditulis oleh Santo Gregorius Agung, "Kita akan benar-benar menjadi orang Kristen yang setia hanya jika kita menerapkan dalam tindakan kita apa yang kita janjikan dalam perkataan kita." (Homil. 29) Karena agama Kristen di atas segalanya adalah agama kasih, maka penting bagi kita untuk berkobar dengan kasih kepada Tuhan dan sesama kita. Seperti dikatakan Santo Agustinus, iman tanpa kasih adalah iman yang dimiliki iblis. (De Carit., 10.)—Antonio Kardinal Bacci,  Meditations for Every Day.
 
 
   Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy