1. Sulit sekali melepaskan diri dari urusan duniawi dan selalu bersatu dengan Tuhan. Meskipun demikian, St Ignatius dari Loyola sering berseru: "Betapa jeleknya bumi ketika saya melihat ke arah Surga!" Para Orang Kudus melihat hal-hal dunia ini dalam terang Allah. Mereka menyadari betapa tidak berartinya dunia ini jika dibandingkan dengan keagungan Tuhan yang tak terbatas. Mereka menyadari bahwa hal-hal duniawi tidak dapat memuaskan hati manusia dan tidak dapat meredakan kegelisahan jiwa yang diciptakan untuk Tuhan. Sebaliknya, kita menjadi terlalu terikat pada barang-barang duniawi. Mungkin saja hati kita terserap ke dalamnya. Mari kita renungkan betapa tidak pentingnya dunia ini. Ada berjuta-juta bintang di cakrawala, banyak di antaranya jauh lebih besar daripada bumi atau matahari kita. Beberapa, seperti Andromeda, berjarak 250.000 tahun cahaya dari kita; yang lain, seperti Segitiga, berjarak 280.000 tahun cahaya, sementara yang lain mungkin lebih jauh lagi. Semua benar-benar mematuhi rencana Penciptanya. Betapa kecilnya bumi kita jika dibandingkan! Betapa tidak berartinya diri kita sendiri! Mengapa kita harus begitu terikat pada hal-hal di bumi ini? Hanya Tuhan yang hebat. Hanya Dialah yang harus memenuhi pikiran dan hati kita. Kita diciptakan hanya untuk Dia.
2. Ini tidak sama dengan mengatakan bahwa kita tidak boleh tertarik pada urusan duniawi. Jauh dari itu. Adalah tugas kita untuk memikirkannya dan membuat bekal untuk masa depan. Kita tidak bisa dan tidak boleh mengharapkan keajaiban dari Tuhan. Kita mungkin mempunyai kewajiban terhadap diri kita sendiri atau terhadap keluarga kita atau terhadap posisi hidup kita. Kita berada di dunia ini untuk bekerja, bukan untuk menyerah pada sikap apatis atau tidak aktif. Kita harus terlibat dalam aktivitas duniawi sejauh keadaan kita menuntutnya. Meski demikian, hati kita tidak boleh terpikat pada hal-hal duniawi, karena itu milik Tuhan. Di tengah keasyikan kita yang lain hendaknya kita menyembah, mencintai dan bersyukur kepada Tuhan, Pemberi segala kebaikan, Pencipta dan Penebus kita.
3. St. Yohanes Bosco berkata bahwa kita harus bekerja seolah-olah kita tidak pernah mati. Namun kita juga harus menjauhkan diri dari hal-hal duniawi seolah-olah kita harus mati dalam waktu satu jam. Seseorang yang bekerja seperti ini dapat menghasilkan keajaiban, karena ia bekerja bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Tuhan. Kita harus bekerja dan berdoa dengan kaki kita di bumi dan pikiran kita di Surga. Kita harus mencari Tuhan, bukan diri kita sendiri, dalam segala hal yang kita lakukan. Mari kita ingat bahwa satu momen di Surga jauh lebih berharga daripada semua kesenangan, cinta, dan kesia-siaan dunia.—Antonio Cardinal Bacci, Meditasi untuk Setiap Hari, 1959.
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII