Credit: Tinnakorn Jorruang/istock.com |
1. Tuhan kita memperingatkan murid-murid-Nya bahwa “mereka harus selalu berdoa dan tidak putus asa.” (Lukas 18:1) Namun bagaimana kita bisa selalu berdoa? Seseorang mungkin memutuskan bahwa perintah ini dimaksudkan untuk para biarawan dan pertapa yang mengabdi pada kehidupan kontemplatif, dan bukan untuk manusia yang hidup di tengah kesibukan sehari-hari di dunia. Tapi ini tidak benar. Jika ditafsirkan dengan tepat, ajaran Kristus berlaku baik bagi semua orang. Kita harus selalu berdoa dalam artian kita harus tetap selalu bersatu dengan Tuhan dalam pikiran dan hati. “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” (1 Kor. 10:31) “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus” (Kol. 3:17) Dengan kata lain, apa pun yang kita lakukan, meskipun hal yang sangat sederhana seperti makan atau minum, kita harus melakukannya dalam nama Yesus dan untuk kemuliaan Allah. Ketika kita memahaminya dengan cara ini, ajaran Injil mengubah seluruh tindakan kita menjadi doa. Semangat doa hendaknya menemani kita kemana pun. Dalam semua tindakan dan percakapan kita, tidak peduli seberapa jauh kita melakukan perjalanan, kita harus tetap dekat dengan Yesus. Satu tindakan perhatian singkat kepada Tuhan, yang diulangi dari waktu ke waktu, sudah cukup untuk mengubah seluruh tindakan kita dan seluruh hidup kita menjadi doa yang terus-menerus.
2. Para alkemis zaman dahulu sedang mencari batu legendaris yang dapat mengubah logam menjadi emas. Batu ini tentu saja tidak ada, namun secara gaib semangat doa benar-benar mampu mengubah segalanya menjadi emas. Ketika hal-hal tersebut disertai dengan semangat ini, semua tindakan kita akan menjadi sangat menyenangkan hati Tuhan dan semakin menarik berkat-Nya. Beata Maria Assunta Pallotta memahami kebenaran ini dengan jelas dan menerapkannya dalam kehidupannya. Dia menggembalakan hewan, melayani di dapur dan menjadi misionaris di Tiongkok, namun apa pun yang dia lakukan, dia tergerak oleh semangat doa dan kasih Tuhan. “Saya memohon kepada Tuhan,” tulisnya kepada orang tuanya, “untuk menyebarkan ke seluruh dunia kemurnian niat yang terdiri dari melakukan tindakan paling biasa kita demi cinta Tuhan.” Mari kita ikuti contoh ini. Marilah kita menerapkan aturan besar dalam kehidupan rohani ini. Maka segala perbuatan kita akan menjadi doa yang diterima yang naik kepada Allah.
3. Semangat berdoa adalah semangat kasih Allah, dan ini seharusnya mengilhami semua doa kita yang bersuara. Permohonan yang berbunga-bunga tidak ada gunanya jika pikiran dan hati kita berpaling dari Tuhan. Tuhan menginginkan hati kita. Inilah sebabnya Dia mengeluh bahwa “bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari Aku.” (Mat. 15:8; Markus 7:6) Ingatlah ungkapan tepat dari St. Agustinus: “Berdoa berarti mengasihi.” Siapa pun yang mengasihi Tuhan dengan baik, banyak berdoa. Seorang manusia yang kekurangan kasih, sangat sedikit berdoa. Seseorang yang tidak mengasihi Tuhan sama sekali tidak pernah berdoa, atau jika ia berdoa, ia dengan dingin mengucapkan rumusan yang biasa dan mengabaikan peringatan Kristus: “Jangan mencobai Tuhan, Allahmu!” (Mat. 4:7) Marilah kita sering berdoa, namun biarlah doa kita menjadi tindakan tulus kasih Allah yang datang dari hati.—Antonio Cardinal Bacci, Meditasi untuk Setiap Hari, 1959.
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII