| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Bagaimana Kita Harus Berdoa

 

Ketika Yesus meminta kita berdoa, Dia berjanji akan menjawab doa kita. “Mintalah, maka kamu akan diberi; Carilah, maka kamu akan menemukan, ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Mat. 7:7) Tuhan tidak bisa mengingkari janji-Nya. Lalu mengapa doa kita sering kali tidak terkabul? Ada beberapa alasan, namun yang utama adalah alasan yang dikemukakan oleh St. Yakobus. “.... kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa,.....” (Yakobus 4:3) Beberapa orang mengucapkan beberapa doa hanya dengan bibir mereka, namun tanpa iman atau keyakinan yang nyata bahwa doa mereka akan dikabulkan. Yesus mengatakan kepada ayah yang patah hati yang memohon kepada-Nya untuk membebaskan putranya dari roh jahat: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Markus 9:22) Kemudian Dia menyembuhkan anak malang itu. Kita perlu memiliki keyakinan penuh jika kita ingin doa kita terkabul.

Ada pula yang meminta bantuan duniawi tanpa pernah memikirkan kesejahteraan rohaninya. Namun Yesus mengajarkan kita untuk bertindak sebaliknya. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33) Ada orang-orang yang mencari nikmat, seperti kesehatan jasmani atau kekayaan, yang bisa membawa kehancuran rohani jika mereka mendapatkannya. Terkadang Tuhan menunda jawaban-Nya untuk menguji iman dan ketekunan kita. Penting bagi kita untuk berdoa dengan niat yang benar, dengan iman dan ketekunan, dan dengan pasrah pada kehendak Tuhan. Kita harus menyadari dengan jelas bahwa Tuhan akan memberikan apa yang terbaik bagi kita pada saat yang paling tepat.

Kita juga harus berdoa dengan kerendahan hati yang mendalam. Sekali lagi kita menemukan bahwa Allah Putra Yesus telah memberi kita sebuah contoh. Di Getsemani Dia tersungkur ke tanah dan memohon agar, jika memungkinkan, piala pahit itu diambil dari-Nya. Segera Dia menambahkan dengan ketundukan penuh pada kehendak Bapa-Nya: “Tetapi yang terjadi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu.” (Lukas 22:42) Terlebih lagi, marilah kita mengingat perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai. Yang pertama tampak penuh kebajikan, tapi dia sombong dan ditolak. Yang terakhir ini mengakui dengan segala kerendahan hati bahwa dia adalah orang berdosa yang malang, dan dia dimuliakan. “Setiap orang yang meninggikan diri akan direndahkan, dan siapa merendahkan diri akan ditinggikan.” (Lukas 14:11) “Allah menentang orang yang sombong, tetapi mengaruniakan kasih karunia kepada orang yang rendah hati.” (Yakobus 4:6) Oleh karena itu, ketika kita berlutut untuk berdoa, kita hendaknya bersikap rendah hati. Kita adalah pengemis-pengemis, sebagaimana dikatakan St. Agustinus, di hadapan takhta Allah. Marilah kita berdoa dengan keyakinan akan kebaikan Tuhan, namun juga dengan kesadaran akan ketidakberdayaan kita sendiri. Maka Tuhan akan kasihan pada kita.

Yang terakhir, doa kita harus tekun. Ketekunan dalam berdoa selalu dibalas oleh Tuhan, terutama di saat-saat pencobaan. Injil penuh dengan contoh bagaimana ketekunan dihargai. Ingatlah orang buta di Yerikho, yang ditegur karena permohonannya yang terus-menerus. Meskipun demikian, ia terus berteriak, ”Yesus, Putra Daud, kasihanilah aku!” (Bdk. Luk 18:35-43) Doanya akhirnya terkabul. Ingat Perwira. Meskipun ia seorang penyembah berhala, ia meminta kesembuhan hambanya yang lumpuh itu dengan iman dan ketekunan yang luar biasa sehingga Yesus mengabulkan permintaannya. ”Bahkan di Israel pun,” kata Yesus, “Aku menemukan iman sebesar itu.” (Lukas 7:9) Ingatlah perumpamaan tentang tiga roti yang terus-menerus diminta pada tengah malam hingga akhirnya diperoleh. (Bdk. Luk 11:5) Ingatlah Maria, saudara perempuan Lazarus, dan perempuan Samaria. Ingat Yairus, dan pria yang menderita sakit gembur-gembur. Yang terpenting, ingatlah perempuan Kanaan yang hampir merenggut mukjizat dari tangan Yesus karena kerendahan hati dan ketekunannya. Semangat ketekunan yang penuh keyakinan selalu memenangkan hati Tuhan, yang terkadang menunggu sebelum menjawab doa-doa kita untuk mengobarkan hasrat kita, membuat kita lebih banyak berdoa, dan memberi pahala atas ketekunan kita dengan pemberian berkat-Nya yang melimpah. Maka teruslah berdoa dengan penuh keyakinan, kerendahan hati dan ketekunan, niscaya Tuhan akan mengabulkannya.—Antonio Cardinal Bacci, Meditasi untuk Setiap Hari, 1959.
 
   Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy