| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Hati nurani

 
Credit: Tinnakorn Jorruang/istock.com

1. Hati nurani adalah penilaian batin jiwa yang menjaga kita tetap selaras dengan hukum Allah dan ajaran Gereja dengan menunjukkan prinsip-prinsip yang dengannya kita harus bertindak dari waktu ke waktu. Sayangnya, penilaian ini tidak selalu mencerahkan dan tulus. Beberapa orang menjadi berpikiran luas sehingga mereka tampak tidak punya hati nurani sama sekali. Dalam kosa kata mereka, dosa hanyalah tindakan kebodohan, keresahan menjadi kecenderungan melankolis yang harus diabaikan, dan kelemahan alami kita menjadi cacat alami yang tidak dapat kita atasi dengan cara apa pun. Akibatnya, mereka menggabungkan segala jenis kesenangan dan dosa yang tidak teratur dengan pengamalan agama mereka. Mereka membayangkan bahwa mereka akan mampu mengimbangi pelanggaran mereka terhadap Tuhan dengan kesucian mereka yang palsu dan dangkal. Namun Yesus memberi tahu kita, ”Kamu harus menjadi sempurna, sama seperti Bapa-Mu yang di surga juga sempurna.” (Mat. 5:48) Selain itu, Dia telah memberi kita hukum yang harus dipatuhi dan telah menetapkan Gereja untuk menafsirkan hukum Allah dan menetapkan bagi kita standar perilaku yang spesifik. Tuhan kita bersabda mengenai para Rasul-Nya dan para penerus mereka: “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku” (Lukas 10:16) Ia memperingatkan kita bahwa berseru saja tidak cukup: “Tuhan, Tuhan! tetapi kita perlu melakukan kehendak Bapa-Nya yang di Surga.” (Bdk. Mat. 7:21) Terlebih lagi, Ia memperingatkan kita bahwa “...setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.” (Mat. 7:26) Kita harus membentuk hati nurani yang dapat diandalkan dalam diri kita dengan bantuan ajaran Gereja dan nasihat dari Pembimbing Rohani yang baik. Maka kita harus sungguh-sungguh menerapkan perintahnya.

2. Ada pula hati nurani yang teliti. Beberapa orang hidup dalam kecemasan dan siksaan yang terus-menerus. Mereka melihat dosa di mana-mana dan percaya bahwa tidak mungkin menghindarinya. Meskipun ada arahan yang jelas dari bapa pengakuan mereka, mereka menunda menerima Komuni Kudus karena mereka merasa tidak layak. Mereka mengucapkan doanya berulang kali karena mereka merasa bahwa doa yang mereka ucapkan itu buruk. Mereka menjadi beban bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka tidak pernah berhenti khawatir dan menyia-nyiakan waktu mereka yang berharga serta waktu bapa pengakuan mereka. Roh Yesus, bagaimanapun, adalah roh perdamaian, pengampunan dan kebenaran. Dia sangat baik dan penuh belas kasihan dan ingin kita memiliki keyakinan penuh kepada-Nya dan kepada para pelayan Gereja-Nya, yang Dia dirikan sebagai panduan pasti bagi keselamatan dan kebahagiaan rohani kita. Orang-orang yang merasa terganggu oleh hati nurani yang teliti harus menemui bapa pengakuan atau Pembimbing Rohani yang baik dan dengan ketat menaati instruksi-instruksinya. Satu-satunya obat untuk ketelitian adalah ketaatan mutlak.

3. Ada sebagian orang yang mempunyai hati nurani yang benar, dengan kata lain, hati nurani yang didasarkan pada prinsip-prinsip Injil, pada ajaran Gereja dan pada nasihat yang masuk akal dari seorang bapa pengakuan yang baik. Meskipun demikian, mereka harus mengingat peringatan St. Paulus: “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Kor. 10:12) Mereka tidak boleh menjadi sombong seperti orang Farisi yang berdoa di depan altar, namun harus rendah hati seperti pemungut cukai miskin yang tahu bahwa tanpa bimbingan dan kasih karunia Allah ia akan jatuh ke dalam dosa serius. Mereka juga harus ingat bahwa memiliki hati nurani yang benar saja tidak cukup, namun perintah-perintah tersebut harus dipraktikkan dengan bantuan doa yang sungguh-sungguh dan sering menerima Sakramen.—
 
Antonio Bacci  (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy