Minggu, 10 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah IV
Sahabatku, jangan takut bersandar pada Kristus! Rindukanlah Kristus sebagai fondasi kehidupanmu! (Paus Benediktus XVI, teks kunjungan pastoral ke Polandia, 2006)
Antifon Pembuka (Yes 66:10-11)
Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan berhimpunlah, kamu semua yang mencintainya; bergembiralah dengan sukacita, hai kamu yang dulu berdukacita, agar kamu bersorak-sorai dan dipuaskan dengan kelimpahan penghiburanmu.
Lætare Ierusalem: et conventum facite omnes qui diligitis eam: gaudete cum lætitia, qui in tristitia fuistis: ut exsultetis, et satiemini ab uberibus consolationis vestræ.
Rejoice, Jerusalem, and all who love her. Be joyful, all who were in mourning; exult and be satisfied at her consoling breast.
Doa Pagi
Ya Allah, dengan pengantaraan Sabda-Mu Engkau telah memulihkan hubungan damai dengan umat manusia secara mengagumkan. Kami mohon, berilah agar umat kristiani, dengan cinta bakti yang penuh semangat dan iman yang hidup, bergegas menyongsong hari-hari raya yang akan datang. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Sahabatku, jangan takut bersandar pada Kristus! Rindukanlah Kristus sebagai fondasi kehidupanmu! (Paus Benediktus XVI, teks kunjungan pastoral ke Polandia, 2006)
Antifon Pembuka (Yes 66:10-11)
Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan berhimpunlah, kamu semua yang mencintainya; bergembiralah dengan sukacita, hai kamu yang dulu berdukacita, agar kamu bersorak-sorai dan dipuaskan dengan kelimpahan penghiburanmu.
Lætare Ierusalem: et conventum facite omnes qui diligitis eam: gaudete cum lætitia, qui in tristitia fuistis: ut exsultetis, et satiemini ab uberibus consolationis vestræ.
Rejoice, Jerusalem, and all who love her. Be joyful, all who were in mourning; exult and be satisfied at her consoling breast.
Doa Pagi
Ya Allah, dengan pengantaraan Sabda-Mu Engkau telah memulihkan hubungan damai dengan umat manusia secara mengagumkan. Kami mohon, berilah agar umat kristiani, dengan cinta bakti yang penuh semangat dan iman yang hidup, bergegas menyongsong hari-hari raya yang akan datang. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Injil tentang perempuan Samaria,
orang yang lahir buta dan pembangkitan Lazarus, yang disediakan untuk
Minggu Prapaskah ke-3, ke-4, dan ke-5 Tahun A, juga dapat dibawakan pada
Tahun B dan C, karena amat bermakna bagi inisiasi ke dalam Gereja,
terutama di mana ada pelamar baptis. (Surat Edaran Perayaan Paskah dan
persiapannya, Kongregasi Ibadat Ilahi, 16 Januari 1988 No. 24).
TAHUN A
Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (16:1b.6-7.10-13a)
"Daud diurapi menjadi raja Israel."
Setelah Raja Saul ditolak, berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Isilah tabung tandukmu dengan minyak, dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.” Ketika anak-anak Isai itu masuk, dan ketika melihat Eliab, Samuel berpikir, “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Janganlah berpancang pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai, “Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.” Lalu Samuel berkata kepada Isai, “Inikah semua anakmu?” Jawab Isai, “Masih tinggal yang bungsu, tetapi ia sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai, “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Kulitnya kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman, “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Samuel mengambil tabung tanduknya yang berisi minyak itu, dan mengurapi Daud di tengah saudara-saudaranya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6, Ul: lih. 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang dan senantiasa.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (5:8-14)
"Bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu."
Saudara-saudara, memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya, telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebut saja apa yang mereka buat di tempat-tempat yang tersembunyi sudah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan, “Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 8:12b)
Akulah cahaya dunia; siapa yang mengikuti Aku akan hidup dalam cahaya abadi.
Inilah Injil Suci menurut Yohanes (9:1-41) (Singkat: Yoh 9:1.6-9.13-17.34-38).
"Orang buta itu pergi, membasuh diri, dan dapat melihat."
Sekali peristiwa, ketika Yesus sedang berjalan lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahir. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus, “Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang. Akan datang malam, di mana tak seorang pun dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Sesudah mengatakan semua itu, Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam.” Siloam artinya “Yang Diutus”. Maka pergilah orang itu. Ia membasuh dirinya, lalu kembali dengan matanya sudah melek. Maka tetangga-tetangganya, dan mereka yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata, “Bukankah dia ini yang selalu mengemis?” Ada yang berkata, “Benar, dialah ini!” Ada pula yang berkata, “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata, “Benar, akulah dia.” Kata mereka kepadanya, “Bagaimana matamu menjadi melek?” Jawabnya, “Orang yang disebut Kristus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku, dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi, dan setelah membasuh diri, aku dapat melihat.” Lalu mereka berkata kepadanya, “Di manakah Dia?” Jawabnya, “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya, “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula berkata, “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mukjizat yang demikian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang yang tadinya buta itu, “Dan engkau, karena Ia telah memelekkan matamu, apakah katamu tentang Dia?” Jawabnya, “Ia seorang nabi!” Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru sekarang dapat melihat. Maka mereka memanggil orangtuanya dan bertanya kepada mereka, “Inikah anakmu yang kamu katakan lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu, “Yang kami tahu, dia ini anak kami, dan ia memang lahir buta. Tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu; dan siapa yang memelekkan matanya, kami juga tidak tahu. Tanyakanlah kepadanya sendiri,sebab ia sudah dewasa; ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengakui Yesus sebagai Mesias akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tua itu berkata, “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu, dan berkata kepadanya, “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah: Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.” Jawabnya, “Apakah Dia itu orang berdosa, aku tidak tahu! Tetapi satu hal yang aku tahu, yaitu: Aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya, “Apakah yang diperbuat-Nya kepadamu? Bagaimana Ia dapat memelekkan matamu?” Jawabnya, “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya. Mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?” Sambil mengejek, orang-orang Farisi berkata kepadanya, “Engkau saja murid orang itu, tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu, kami tidak tahu dari mana Ia datang.” Jawab orang itu kepada mereka, “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, padahal Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka, “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa, dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar. Yesus mendengar bahwa orang itu telah diusir oleh orang-orang Farisi. Maka ketika bertemu dengan dia, Yesus berkata, “Pecayakah engkau kepada Anak Manusia?” Jawabnya, “Siapakah Dia, Tuhan, supaya aku percaya kepada-Nya.” Kata Yesus kepadanya, “Engkau bukan saja melihat Dia! Dia yang sedang berbicara dengan engkau, Dialah itu!” Kata orang itu, “Aku percaya, Tuhan!” lalu ia sujud menyembah Yesus. Kata Yesus, “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa tidak melihat dapat melihat, dan supaya yang dapat melihat menjadi buta.” Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ, dan mereka berkata kepada Yesus, “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” jawab Yesus kepada mereka, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa. Tetapi karena kamu berkata, ‘Kami melihat’, maka tetaplah dosamu.”
Verbum Domini
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe (U. Terpujilah Kristus)
Renungan
Mari kita renungkan secara singkat kisah orang yang buta sejak lahir (Yoh. 9:1-41). Menurut mentalitas umum pada saat itu, para murid menganggap bahwa kebutaannya adalah akibat dari dosa yang dilakukan oleh dia atau orang tuanya. Namun Yesus menolak prasangka ini dan berkata: “Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia." (Yoh. 9:3).
Kata-kata ini sungguh menghibur kita! Mereka membiarkan kita mendengar suara hidup Tuhan, yang penuh kasih yang penuh kasih dan bijaksana! Di hadapan laki-laki dan perempuan yang ditandai oleh keterbatasan dan penderitaan, Yesus tidak memikirkan kemungkinan kesalahan mereka, melainkan memikirkan kehendak Allah yang menciptakan manusia untuk memiliki kehidupan. Maka dengan sungguh-sungguh Ia menyatakan: “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku…. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” (Yoh. 9:5).
Dan Dia segera mengambil tindakan: mencampurkan sedikit tanah dengan air liurnya, dia membuat lumpur dan mengoleskannya ke mata orang buta itu. Tindakan ini menyinggung penciptaan manusia, yang diceritakan dalam Alkitab dengan lambang debu dari tanah, dibentuk dan dihidupi oleh nafas Tuhan (Kej 2:7). Faktanya, "Adam" berarti "tanah" dan tubuh manusia sebenarnya terbentuk dari partikel-partikel tanah. Dengan menyembuhkan orang buta, Yesus menciptakan ciptaan baru.
Namun penyembuhan ini memicu perdebatan sengit karena Yesus melakukannya pada hari Sabat, sehingga menurut pendapat orang Farisi melanggar aturan hari raya. Jadi, di akhir cerita, Yesus dan orang buta itu sama-sama diusir, yang pertama karena ia melanggar hukum dan yang kedua karena, meskipun telah disembuhkan, ia tetap ditandai sebagai orang berdosa sejak lahir.
Yesus mengungkapkan kepada orang buta yang telah disembuhkannya bahwa Dia datang ke dunia untuk diadili, untuk memisahkan orang buta yang dapat disembuhkan dari mereka yang tidak membiarkan dirinya disembuhkan karena menganggap dirinya sehat. Memang benar, godaan untuk membangun sistem keamanan ideologis sangat kuat dalam diri manusia: bahkan agama pun dapat menjadi salah satu elemen dari sistem ini, seperti halnya ateisme atau sekularisme, namun dengan membiarkan hal ini terjadi, seseorang dibutakan oleh keegoisannya sendiri.
Saudara-saudari terkasih, marilah kita membiarkan diri kita disembuhkan oleh Yesus, yang mampu dan ingin memberi kita terang Tuhan! Marilah kita mengakui kebutaan kita, kepicikan kita, dan khususnya apa yang Alkitab sebut sebagai “pelanggaran besar” (lih. Mzm 19[18]:13): kesombongan. (Sumber: Komentar hari ini, Paus Benediktus XVI, Angelus, 2 Maret 2008, Minggu Prapaskah IV)
Antifon Komuni (Bdk. Yoh 9:11)
Tuhan mengolesi mataku, lalu aku pergi dan aku membasuh muka, dan aku melihat, dan aku percaya kepada Allah.
The Lord anointed my eyes: I went, I washed, I saw and I believed in God.
Lutum fecit ex sputo Dominus, et linivit oculos meos: et abii, et lavi, et vidi, et credidi Deo. (Yoh 9:6,11,38)
Antifon Pembuka dan Doa Pagi (lih. Tahun A)
Bacaan dari Kitab Kedua Tawarikh (2Taw 3:14-16.19-23)
"Murka Allah dinyatakan lewat pembuangan, kerahiman-Nya dinyatakan lewat pembebasan."
Ketika Israel diperintah oleh Raja Zedekia, semua pemimpin di antara imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan Tuhan di Yerusalem mereka najiskan. Namun Tuhan, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Tuhan sayang kepada umat-Nya dan kepada tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok para utusan Allah itu, menghina segala firman Allah, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka Tuhan bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi ada pemulihan. Maka Tuhan menggerakkan raja orang-orang Kasdim. Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu, sehingga musnahlah segala perabotan yang indah-indah. Mereka yang masih tinggal dan terluput dari pedang diangkutnya ke Babel, mereka dijadikan budak raja dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa. Dengan demikian genaplah firman Tuhan yang diucapkan Yeremia, sampai tanah ini pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabat, karena tanah itu menjadi tandus selama tahun sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun. Pada tahun pertama pemerintahan Koresh, raja negeri Persia, Tuhan menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu, untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia. Maka dimaklumkanlah di seluruh kerajaan Koresh, secara lisan dan tulisan maklumat ini: Beginilah perintah Koresh, raja Persia, “Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, kiranya Tuhan Allah menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 842
Ref. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku. Jika aku tidak mengingat Engkau.
Atau Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 137:1-2.3.4-5.6; Ul: 6a)
1. Di tepi Sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita gantungkan kecapi kita.
2. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita, "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
3. Bagaimanakah mungkin kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
4. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak menjadikan Yerusalem puncak sukacitaku!
Ayat. (Mzm 137:1-2.3.4-5.6; Ul: 6a)
1. Di tepi Sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita gantungkan kecapi kita.
2. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita, "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
3. Bagaimanakah mungkin kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
4. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak menjadikan Yerusalem puncak sukacitaku!
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (2:4-10)
"Kamu mati karena kesalahan, tetapi diselamatkan berkat kasih karunia."
Saudara-saudara, terdorong oleh kasih karunia-Nya yang besar, yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, Allah yang kaya dengan rahmat telah menghidupkan kita bersama dengan Kristus. Sekalipun kita telah mati karena kesalahan kita. Jadi kamu diselamatkan berkat kasih karunia. Di dalam Kristus Yesus itu Allah telah membangkitkan kita juga dan memberi tempat di surga bersama dengan Dia. Dengan itu Allah bermaksud di masa yang akan datang menyatakan kepada kita kasih karunia-Nya yang berlimpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab berkat kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. Keselamatan itu bukanlah hasil usahamu, melainkan pemberian Allah. Jadi keselamatan itu bukanlah hasil pekerjaanmu. Maka jangan sampai ada orang yang memegahkan diri. Sebab sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Inilah Injil Suci menurut Yohanes (3:14-21)
"Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia untuk menyelamatkannya."
Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada Nikodemus yang datang kepada-Nya pada waktu malam, “Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat, sebab barangsiapa berbuat jahat, ia membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”
Verbum Domini
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe (U. Terpujilah Kristus)
Renungan
Sarana komunikasi telah berkembang pesat, seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi.
Dari sinyal asap primitif dan sinyal suara, banyak hal telah berkembang pesat dengan ditemukannya listrik. Ada kode Morse, lalu telegram (aplikasi perpesanan saat ini memiliki nama yang sama), dan surat-surat di pos telah digantikan oleh email.
Namun penemuan luar biasa adalah telepon, yang merupakan komunikasi suara real-time. Bahkan sudah berkembang dari telepon tetap menjadi telepon nirkabel dan kemudian ke telepon seluler, tidak hanya dengan komunikasi suara tetapi dengan panggilan video, yaitu dengan penglihatan dan suara. Komunikasi menjadi sangat menakjubkan dengan teknologi.
Namun dengan kemajuan teknologi komunikasi seluler, rasa intrusi juga menjadi lebih besar.
Bila telepon berdering, telepon mungkin berdering pada waktu yang paling tidak tepat, misalnya. pada saat rapat, pada saat memasak, atau makan dengan kedua tangan, atau mandi. Dan mungkin dari orang-orang Anda akan ragu untuk menjawabnya, karena dengan ID penelepon, Anda kini tahu siapa yang menelepon dan Anda hanya merasa tidak ingin menjawab panggilan tersebut.
Ada beberapa ketakutan saat Anda memiliki ponsel. Misalnya ketika Anda mendapat 10 panggilan tak terjawab dari ibu Anda, atau 5 panggilan tak terjawab dari atasan, atau 5 panggilan tak terjawab dari istri. Satu-satunya cara untuk meredakan kecemasan adalah dengan membalas telepon. Entah itu atau Anda berbohong kehilangan telepon. Tapi Anda tidak bisa melakukannya lebih dari dua kali.
Pembacaan pertama menceritakan banyak panggilan yang tidak terjawab. Tapi itu bukan panggilan biasa. Itu adalah panggilan Tuhan kepada umat-Nya.
Orang-orang telah melakukan perselingkuhan demi perselingkuhan, meniru semua praktik memalukan yang dilakukan bangsa-bangsa lain, dan menajiskan Bait Suci yang telah dikuduskan Tuhan bagi diri-Nya di Yerusalem.
Tuhan tanpa lelah mengirimkan utusan demi utusan, karena Dia ingin menyelamatkan umat-Nya dan Rumah-Nya. Namun mereka mengolok-olok para utusan Allah, mereka meremehkan firman-Nya, mereka menertawakan para nabi-Nya, hingga pada akhirnya murka Tuhan membubung tinggi terhadap umat-Nya sehingga tidak ada obat lagi.
Dan dengan itu, terjadilah bencana dan tragedi. Musuh-musuh membakar Bait Allah, dan terus menghancurkan kota tersebut, dan orang-orang yang selamat diasingkan ke negara asing.
Itu adalah bencana nasional dan juga tragedi pribadi. Semua karena panggilan yang tidak dijawab. Andai saja manusia menjawab panggilan Tuhan.
Ironisnya, ketika umat Tuhanlah yang menolak panggilan Tuhan, justru penguasa kafir yang menunjukkan kepada mereka bagaimana menanggapi panggilan Tuhan.
Penolakan umat terhadap panggilan Tuhan menyebabkan kehancuran mereka. Kini Tuhan memanggil mereka, melalui alat penyembah berhala, dan memanggil mereka kembali ke pemulihan. Bagaimana mereka akan merespons adalah seruan mereka.
Pelajaran yang harus kita petik dari bacaan pertama adalah bahwa panggilan Tuhan adalah pertobatan. Dan itu selalu merupakan panggilan cinta karena Tuhan ingin menyelamatkan umat-Nya dan Rumah-Nya.
Bacaan ke-2 menegaskan kembali kebenaran itu. Allah mengasihi kita dengan begitu besar kasihnya dan Dia murah hati dengan belas kasihan-Nya, sehingga ketika kita mati karena dosa-dosa kita, Dia menghidupkan kita melalui Yesus.
Dan kita harus mendengarkan-Nya – Allah mengasihi kita dengan begitu besar kasihnya! Dan itu juga yang Yesus katakan dalam Injil: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Pesannya keras dan jelas – Allah sangat mengasihi kita, dan Dia juga memanggil kita dengan begitu banyak cinta, agar kita menyadari bahwa kita adalah karya kasih Tuhan, diciptakan dalam Kristus Yesus, untuk menjalani kehidupan yang baik sejak awal permulaan yang Dia kehendaki untuk kita jalani.
Dan kita mendengar panggilan cinta itu dari Tuhan. Ada panggilan untuk kembali kepada-Nya dan berdamai. Minggu ini dan minggu yang akan datang adalah pelayanan Sakramen Rekonsiliasi diselenggarakan di paroki-paroki/stasi. Akankah kita menanggapi panggilan Tuhan dan berdamai dengan-Nya melalui Sakramen Rekonsiliasi?
Ada juga panggilan untuk melayani. Paroki membutuhkan katekis, agar generasi muda bisa diajar tentang kasih Tuhan. Akankah kita bersedia memikirkannya dan melihat bagaimana kita dapat menanggapi panggilan untuk membagikan kasih Tuhan kepada kaum muda?
Dari sinyal asap primitif dan sinyal suara, banyak hal telah berkembang pesat dengan ditemukannya listrik. Ada kode Morse, lalu telegram (aplikasi perpesanan saat ini memiliki nama yang sama), dan surat-surat di pos telah digantikan oleh email.
Namun penemuan luar biasa adalah telepon, yang merupakan komunikasi suara real-time. Bahkan sudah berkembang dari telepon tetap menjadi telepon nirkabel dan kemudian ke telepon seluler, tidak hanya dengan komunikasi suara tetapi dengan panggilan video, yaitu dengan penglihatan dan suara. Komunikasi menjadi sangat menakjubkan dengan teknologi.
Namun dengan kemajuan teknologi komunikasi seluler, rasa intrusi juga menjadi lebih besar.
Bila telepon berdering, telepon mungkin berdering pada waktu yang paling tidak tepat, misalnya. pada saat rapat, pada saat memasak, atau makan dengan kedua tangan, atau mandi. Dan mungkin dari orang-orang Anda akan ragu untuk menjawabnya, karena dengan ID penelepon, Anda kini tahu siapa yang menelepon dan Anda hanya merasa tidak ingin menjawab panggilan tersebut.
Ada beberapa ketakutan saat Anda memiliki ponsel. Misalnya ketika Anda mendapat 10 panggilan tak terjawab dari ibu Anda, atau 5 panggilan tak terjawab dari atasan, atau 5 panggilan tak terjawab dari istri. Satu-satunya cara untuk meredakan kecemasan adalah dengan membalas telepon. Entah itu atau Anda berbohong kehilangan telepon. Tapi Anda tidak bisa melakukannya lebih dari dua kali.
Pembacaan pertama menceritakan banyak panggilan yang tidak terjawab. Tapi itu bukan panggilan biasa. Itu adalah panggilan Tuhan kepada umat-Nya.
Orang-orang telah melakukan perselingkuhan demi perselingkuhan, meniru semua praktik memalukan yang dilakukan bangsa-bangsa lain, dan menajiskan Bait Suci yang telah dikuduskan Tuhan bagi diri-Nya di Yerusalem.
Tuhan tanpa lelah mengirimkan utusan demi utusan, karena Dia ingin menyelamatkan umat-Nya dan Rumah-Nya. Namun mereka mengolok-olok para utusan Allah, mereka meremehkan firman-Nya, mereka menertawakan para nabi-Nya, hingga pada akhirnya murka Tuhan membubung tinggi terhadap umat-Nya sehingga tidak ada obat lagi.
Dan dengan itu, terjadilah bencana dan tragedi. Musuh-musuh membakar Bait Allah, dan terus menghancurkan kota tersebut, dan orang-orang yang selamat diasingkan ke negara asing.
Itu adalah bencana nasional dan juga tragedi pribadi. Semua karena panggilan yang tidak dijawab. Andai saja manusia menjawab panggilan Tuhan.
Ironisnya, ketika umat Tuhanlah yang menolak panggilan Tuhan, justru penguasa kafir yang menunjukkan kepada mereka bagaimana menanggapi panggilan Tuhan.
Penolakan umat terhadap panggilan Tuhan menyebabkan kehancuran mereka. Kini Tuhan memanggil mereka, melalui alat penyembah berhala, dan memanggil mereka kembali ke pemulihan. Bagaimana mereka akan merespons adalah seruan mereka.
Pelajaran yang harus kita petik dari bacaan pertama adalah bahwa panggilan Tuhan adalah pertobatan. Dan itu selalu merupakan panggilan cinta karena Tuhan ingin menyelamatkan umat-Nya dan Rumah-Nya.
Bacaan ke-2 menegaskan kembali kebenaran itu. Allah mengasihi kita dengan begitu besar kasihnya dan Dia murah hati dengan belas kasihan-Nya, sehingga ketika kita mati karena dosa-dosa kita, Dia menghidupkan kita melalui Yesus.
Dan kita harus mendengarkan-Nya – Allah mengasihi kita dengan begitu besar kasihnya! Dan itu juga yang Yesus katakan dalam Injil: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Pesannya keras dan jelas – Allah sangat mengasihi kita, dan Dia juga memanggil kita dengan begitu banyak cinta, agar kita menyadari bahwa kita adalah karya kasih Tuhan, diciptakan dalam Kristus Yesus, untuk menjalani kehidupan yang baik sejak awal permulaan yang Dia kehendaki untuk kita jalani.
Dan kita mendengar panggilan cinta itu dari Tuhan. Ada panggilan untuk kembali kepada-Nya dan berdamai. Minggu ini dan minggu yang akan datang adalah pelayanan Sakramen Rekonsiliasi diselenggarakan di paroki-paroki/stasi. Akankah kita menanggapi panggilan Tuhan dan berdamai dengan-Nya melalui Sakramen Rekonsiliasi?
Ada juga panggilan untuk melayani. Paroki membutuhkan katekis, agar generasi muda bisa diajar tentang kasih Tuhan. Akankah kita bersedia memikirkannya dan melihat bagaimana kita dapat menanggapi panggilan untuk membagikan kasih Tuhan kepada kaum muda?
Yesus memanggil kita untuk mengasihi dan melayani. Janganlah kita takut untuk menjawab panggilan-Nya.
Semoga kita menjawab panggilan itu agar kita mampu menjalani kehidupan baik yang Tuhan kehendaki untuk kita jalani. (RENUNGAN PAGI)
Baca renungan lainnya di lumenchristi.id silakan klik tautan ini
Antifon Komuni (Bdk. Mzm 122:3-4)
Yerusalem dibangun sebagai kota yang rapat tersusun. Ke sana berziarah suku-suku, yakini suku-suku Tuhan, untuk memuji nama-Mu, ya Tuhan.
Ierusalem, quæ ædificatur ut civitas, cuius participatio eius in idipsum: illuc enim ascenderunt tribus, tribus Domini, ad confitendum nomini tuo, Domine.
Jerusalem is built as a city bonded as one together.It is there that the tribes go up, the tribes of the Lord,to praise the name of the Lord.
Yerusalem dibangun sebagai kota yang rapat tersusun. Ke sana berziarah suku-suku, yakini suku-suku Tuhan, untuk memuji nama-Mu, ya Tuhan.
Ierusalem, quæ ædificatur ut civitas, cuius participatio eius in idipsum: illuc enim ascenderunt tribus, tribus Domini, ad confitendum nomini tuo, Domine.
Jerusalem is built as a city bonded as one together.It is there that the tribes go up, the tribes of the Lord,to praise the name of the Lord.
Minggu
Prapaskah Keempat ini, dalam bahasa Latin disebut Minggu Laetare, yaitu
"Bersukacita", dari kata pertama antifon masuk dalam liturgi Misa.
Liturgi
hari ini mengajak kita bersukacita karena Paskah, hari kemenangan
Kristus atas dosa dan kematian, sudah dekat. Namun di manakah sumber
sukacita Kristiani dapat ditemukan jika bukan dalam Ekaristi, yang
Kristus tinggalkan bagi kita sebagai Makanan rohani selama kita
berziarah di bumi ini?
Ekaristi memupuk dalam diri umat beriman di
setiap zaman sukacita mendalam yang menjadikan kita bersatu dengan cinta
dan kedamaian dan berasal dari persekutuan dengan Allah dan dengan
saudara-saudari kita.
- Paus Benediktus XVI, Angelus, 18 Maret 2007.