Hari Biasa Pekan V Prapaskah
Siapa yang tinggal di dalam Sabda Yesus adalah murid Yesus yang sebenarnya. (Katekismus Gereja Katolik, 2466)
Antifon Pembuka (bdk. Mzm 18:48-49)
Tuhan, Engkau membebaskan daku dari musuh. Engkau memberi aku kemenangan atas segala lawan dan merebut aku dari tangan orang jahat.
My deliverer from angry nations, you set me above my assailants; you saved me from the violent man, O Lord.
Ya Allah, Engkau telah mengutus Putra-Mu kepada kami. Kami mohon, semoga pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam rangka menanggapi kedatangan Putra-Mu itu, tidak menghancurkan kami tetapi justru semakin menguji kemurnian dan kesungguhan iman kami. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Sekali peristiwa berkatalah Nebukadnezar, raja Babel, kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego, “Apakah benar, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah kamu menyembah patung yang kubuat ini! Tetapi jika kamu tidak menyembah, seketika itu juga kamu akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?” Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab, “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada Tuanku dalam hal ini. Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya Raja. Tetapi seandainya tidak, hendaklah Tuanku mengetahui, bahwa kami tidak akan memuja dewa Tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang Tuanku dirikan itu.” Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar. Air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lipat lebih panas dari yang biasa. Kepada beberapa orang yang sangat kuat di antara tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego, dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. Tetapi terkejutlah Raja Nebukadnezar, lalu bangun dengan segera. Berkatalah ia kepada para menterinya, “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?” Jawab mereka kepada raja, “Benar, ya Raja!” Kata raja, “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu. Mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” Maka berkatalah Nebukadnezar, “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya tetapi melanggar titah raja, yang menyerahkan tubuh mereka karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Kidung Tanggapan
Ayat. (Dan 3:52.53.54.55.56)
P. Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau dalam bait-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
I. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau di bentangan langit.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Renungan
Tungku kesengsaraan yang menyala-nyala adalah sesuatu yang akan kita jumpai dalam hidup kita. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.
Di dalam tungku api inilah iman kita kepada Tuhan diuji, iman kita dalam doa diuji, iman kita kepada orang lain diuji, dan iman kita kepada diri sendiri diuji.
Tungku api datang dalam berbagai bentuk: kehilangan pekerjaan, rasa sakit hati dari hubungan yang rusak atau menyakitkan, perlakuan buruk dan tuduhan dari orang lain, dll.
Dan kita sering terjebak dalam api keraguan, keputusasaan, kemarahan dan kebencian.
Pada bacaan pertama, ketika ketiga pemuda itu diancam dengan tungku api, mereka tetap teguh beriman kepada Tuhan.
Dengan melakukan hal ini, mereka terbebas dari rasa takut akan kematian.
Mereka percaya kepada Tuhan, dan hal itu membebaskan mereka untuk menghadapi dan mengatasi rasa takut akan perapian yang menyala-nyala.
Percaya kepada Tuhan dan Firman kebenaran-Nya juga akan memerdekakan kita. Dengan memaafkan orang yang menyakiti kita, kita dibebaskan. Dengan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita, kita dibebaskan. Dengan tidak menghakimi orang lain, kita dibebaskan. Dengan mengasihi orang lain, kita dibebaskan.
Nyala api dari tungku api mungkin tidak padam, namun dengan percaya dan hidup dalam kebenaran, kita hidup dalam kebebasan berjalan bersama Tuhan kita di dalam tungku api tersebut.
Semoga kita juga membuat rumah kita di dalam Yesus yang akan mengajari kita kebenaran dan mengajari kita bagaimana mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan kita.. (RENUNGAN PAGI)