Hari Biasa Pekan III Prapaskah
“Bagilah makananmu dengan orang yang lapar dan lakukan itu dengan gembira dan sukacita” (St. Gregorius dari Nazianze)
Antifon Pembuka (Mzm 103:2-3)
Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Dan jangan lupakan segala kebaikan-Nya. Karena Ia mengampuni segala kesalahan-Mu.
Bless the Lord, O my soul, and never forget all his benefits; it is he who forgives all your sins.
Doa Pagi
Allah Bapa sumber belaskasih, dengan gembira kami rayakan masa tobat tahunan ini. Kami mempersiapkan diri untuk mengenangkan wafat dan kebangkitan Kristus. Semoga misteri Paskah itu sungguh berpengaruh di dalam hidup kami. Sebab Dialah yang hidup dan berkuasa, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa.
Credit: JMLPYT/istock.com |
Bacaan dari Kitab Hosea (6:1-6)
Umat Allah berkata, “Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam tetapi lalu menyembuhkan kita, yang telah memukul dan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Ia pasti muncul seperti fajar. Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Dan Tuhan berfirman, “Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi. Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang. Sebab Aku menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban bakaran.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Ref. Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan.
Ayat. (Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab; Ul: 22)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
3. Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Mzm 95:8ab)
Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.
Inilah Injil Suci menurut Lukas (18:9-14)
Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain. Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Renungan
Ketika kita meninjau kembali bagaimana kehidupan doa kita berjalan, kita mungkin dapat melihat bagaimana kehidupan doa kita telah berubah dalam cara kita berdoa.
Kita mungkin memulainya dengan mendaraskan doa-doa dasar seperti Bapa Kami dan Salam Maria.
Setelah beberapa saat kita mungkin merasa ingin beralih ke bentuk doa yang mendalam dan kita akan mempraktikkan meditasi Firman Tuhan dan bentuk doa yang lebih dalam lainnya.
Kemudian kita mungkin ingin melangkah lebih jauh dan berdoa kepada Tuhan secara spontan dan kita mulai menyusun doa-doa kita sendiri.
Apa pun bentuk doa yang kita pakai, yang penting bukanlah apa yang kita ucapkan atau lakukan dalam doa.
Melainkan kesadaran dalam doa; kesadaran dengan siapa kita bersama.
Ketika kita menyadari dengan siapa kita berdoa, maka kita juga akan menyadari siapa diri kita sebenarnya.
Di hadirat Tuhan yang maha pengasih dan kemurahan yang tak terhingga, kita hanya bisa dengan rendah hati mengakui bahwa kita bukan apa-apa tanpa Dia dan bahwa kita senantiasa membutuhkan kasih dan kemurahan-Nya.
Apa pun kata-kata yang kita gunakan dalam doa dan apa pun pemikiran yang kita miliki, marilah kita selalu mengingat doa pemungut cukai dalam Injil: Tuhan, kasihanilah aku, orang berdosa.
Antifon Komuni (Luk 18:13)
Pemungut cukai berdiri di kejauhan, memukul dadanya dan berkata:
Ya Allah, kasihanilah aku, orang berdosa.
The tax collector stood at a distance, beating his breast and saying:
O God, be merciful to me, a sinner.
Allah Bapa sumber kebahagiaan, kami bersyukur atas Sabda-Mu dan anugerah-Mu. Kami mohon, perkenankanlah kami menerima maut ataupun hidup sebagai tugas cinta kasih dengan hati yang jujur, seturut Hamba sekalian orang, yaitu Yesus Kristus. Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau hidup dan berkuasa dalam persatuan dengan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
“Kita tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa banyak kesalahan yang telah dilakukan sepanjang sejarah oleh mereka yang mengaku sebagai murid Yesus. Seringkali, ketika harus mengatasi masalah yang serius, mereka berpikir bahwa mereka harus terlebih dahulu memperbaiki dunia ini dan baru kemudian mengalihkan pikiran mereka ke dunia berikutnya. Godaannya adalah untuk percaya bahwa, dalam menghadapi kebutuhan mendesak, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah struktur eksternal. Konsekuensinya, bagi sebagian orang, adalah bahwa agama Kristen menjadi semacam moralisme, 'kepercayaan' digantikan dengan 'melakukan'. Oleh karena itu, benarlah pendahulu saya, Paus Yohanes Paulus II, yang memiliki kenangan yang penuh berkat, mengatakan: “Godaan saat ini adalah untuk mereduksi Kekristenan menjadi sekadar kebijaksanaan manusia, sebuah ilmu semu tentang kesejahteraan, 'sekularisasi keselamatan bertahap' telah terjadi, sehingga orang-orang berusaha demi kebaikan manusia, namun manusialah yang terpotong… Namun, kita tahu bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan seutuhnya” (Redemptoris Missio, 11).
Keselamatan integral inilah yang ditaruh di masa Prapaskah bagi kita, yang menunjuk pada kemenangan Kristus atas segala kejahatan yang menindas kita. Ketika kita berpaling kepada Guru Ilahi, ketika kita bertobat kepada-Nya, ketika kita mengalami rahmat-Nya melalui Sakramen Rekonsiliasi, kita akan menemukan sebuah “pandangan” yang menyelidiki kita secara mendalam dan memberikan kehidupan baru kepada orang banyak dan kepada kita masing-masing. Hal ini mengembalikan kepercayaan kepada mereka yang tidak menyerah pada skeptisisme, membuka di hadapan mereka perspektif kebahagiaan abadi. Sepanjang sejarah, bahkan ketika kebencian tampaknya merajalela, kesaksian cemerlang akan kasih-Nya tidak pernah berkurang.” - Paus Benediktus XVI, Pesan Prapaskah 2006.