Credit: Creative design 2017/istock.com |
1. Gereja menghiasi dirinya dalam rangkaian perayaan. Hilang sudah ratapan panjang lebar pada Sabtu Suci dan pembacaan Sengsara yang menyedihkan, dan sebagai gantinya adalah seruan gembira Alleluya, himne kemenangan atas maut dan dosa. Namun, kegembiraan Paskah yang sejati tidak hanya terletak pada perayaan lahiriah saja, melainkan juga pada kegembiraan rohani jiwa. Sebagaimana Yesus telah mengalahkan maut dan dosa, maka kita juga harus menyucikan diri kita dari setiap jejak rasa bersalah melalui Pengakuan Dosa yang baik dan harus yakin bahwa hal ini akan menghasilkan perbaikan praktis dalam hidup kita. Kita hendaknya menghampiri Yesus dalam Ekaristi Mahakudus dengan semangat dan kerendahan hati yang lebih besar, dan dengan keyakinan yang lebih besar akan kebaikan dan belas kasihan-Nya. Ketika kita telah menerima Dia ke dalam hati kita, kita harus memohon kepada-Nya untuk memperbaharui dan mengubah kita di dalam diri-Nya. Dia adalah segalanya, dan kita bukan apa-apa tanpa Dia. Dia kuat; kita lemah. Kita hanya mampu melakukan kebaikan dengan keinginan-keinginan kita yang lemah, namun Dia dapat menjadikan keinginan-keinginan tersebut menjadi efektif melalui kasih karunia-Nya. Kita tidak boleh puas dengan membuat resolusi umum ketika kita mengaku dosa dan menerima Komuni Kudus pada hari Paskah. Kita harus memeriksa kedalaman jiwa kita dan menemukan dosa yang paling sering kita lakukan dan kebajikan yang pada dasarnya tidak kita miliki. Sebagai hasil dari penyelidikan kita, kita harus membentuk resolusi khusus untuk memerangi dosa ini dan mempraktikkan kebajikan ini. Hanya dengan cara inilah perayaan Paskah kita dapat meresmikan awal pembaharuan diri yang sejati, yang setiap hari semakin mendapat momentum hingga menjadi kebangkitan rohani yang sesungguhnya. Ini akan menjadi perjuangan berat yang memerlukan kewaspadaan terus-menerus dan kesiapan untuk memulai lagi setiap kali kita menyadari bahwa kita telah terjatuh. Hal ini memerlukan semangat doa yang tiada henti, namun kemenangan akhir akan membawa kita pada kebahagiaan sehingga jika dibandingkan kesenangan duniawi akan terasa hampa dan ilusi.
2. Dalam perjuangan untuk kebangkitan rohani kita, kita perlu terus bertumbuh di dalam Yesus. Ketika kita membuat pengakuan dosa yang baik pada hari Paskah, Dia memperbaharui kita melalui kasih karunia-Nya. Ketika kita menerima Komuni Kudus, Dia datang kepada kita dan benar-benar hadir dalam jiwa kita. Namun dalam cara apa Dia hadir? Terkadang Dia diam dan tersembunyi. Dia mungkin tampak tertidur, sebagaimana Dia tidur di perahu para Rasul di danau Galilea ketika ombak sedang bergemuruh hebat di sekitar mereka. Seringkali kita memiliki Yesus di dalam diri kita, tetapi tidak mendengarkan suara-Nya. Dia tidak hidup aktif di dalam kita; Dia tidak berbicara kepada kita. Kenapa ini? Itu karena perhatian kita teralihkan dan acuh tak acuh, asyik dengan urusan-urusan kecil di dunia ini. Kita harus bersemangat. Kita perlu mendengarkan suara-Nya, bersatu dengan-Nya, dan terutama mengasihi Dia. Maka tindakan kita bukanlah milik kita sendiri, melainkan milik-Nya. Dia akan bertumbuh di dalam kita oleh kasih karunia-Nya dan kita akan bertindak di dalam Yesus, bersama Yesus, dan untuk Yesus. Kemudian Yesus akan menjadi segalanya bagi kita dan kita akan mampu berkata bersama Santo Paulus: “Sekarang, bukan aku lagi yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Gal. 2:20) Apakah tujuan ini tampak terlalu sulit untuk dicapai? mencapai? Tampaknya hal itu tidak diperuntukkan bagi kita? Keraguan seperti itu merupakan penghinaan terhadap Tuhan kita, yang telah memerintahkan kita untuk menjadi sempurna sebagaimana Bapa-Nya di surga adalah sempurna. (Bdk. Mat 5:48) Namun, cukuplah kita berhasrat sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan ini dan berusaha dengan bantuan rahmat Allah untuk secara bertahap mendekati tujuan ini setiap hari.
3. Inilah kebangkitan yang seharusnya terjadi dalam diri kita pada Paskah ini. Pikirkan dengan serius. Berapa banyak Paskah yang telah kita habiskan? Apakah hal-hal tersebut mencerminkan kemajuan yang terus-menerus dalam kehidupan kita, atau apakah kita statis atau bahkan menjadi lebih buruk? Dalam bahasa Ibrani Pasch berarti lewat atau transit; secara khusus, ini mengacu pada wafatnya Tuhan. Akan menjadi sebuah tragedi jika Yesus melewati kita tanpa berhenti untuk beristirahat bersama kita guna menjadikan kita sebagai milik-Nya dan menjadikan kita kudus. Paskah ini mungkin menjadi yang terakhir bagi kita. Kebaikan Tuhan tidak terbatas, namun kita membatasi diri kita sendiri berdasarkan seberapa besar kerja sama kita. Keselamatan kekal kita sangat bergantung pada diri kita sendiri.—
Antonio Bacci (4 September 1885 – 20 Januari 1971) adalah seorang kardinal Gereja Katolik Roma asal Italia. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes XXIII