Hari Minggu Biasa XIII
Ketika lebah telah mengumpulkan embun dari langit dan santapan paling manis dunia dari bunga-bungaan, ia mengubahnya menjadi madu, lalu bergegas menuju sarangnya. Demikian pula, imam, setelah mengambil dari altar Putra Allah (yang adalah bagaikan embun dari surga, dan Putra sejati Maria, bunga dari kemanusiaan kita), memberikan-Nya kepada kalian sebagai santapan lezat.” (St Fransiskus de Sales)
Antifon Pembuka (Mzm 47:2)
Segala bangsa, bertepuk-tanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai.
All peoples, clap you hands. Cry to God with shouts of joy!
Omnes gentes plaudite manibus: iubilate Deo in voce exsultationis.
Mzm. Quoniam Dominus excelsus, terribilis: Rex magnus super omnem terram.
Doa Pagi
Ya Allah, Engkau telah mengutus Putra-Mu untuk memberi hidup baru bagi kami. Kami mohon, bangkitkanlah iman kami agar memiliki keberanian untuk berbagi hidup dan talenta kami kepada sanak saudara kami yang berkekurangan. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kebijaksanaan (1:13-15; 2:23-24)
Allah tidak menciptakan maut, dan Ia pun tak bergembira kalau makhluk yang hidup musnah binasa. Sebaliknya Ia menciptakan segala sesuatu supaya ada; dan supaya makhluk-makhluk jagat menemukan keselamatan. Racun yang membinasakan tidak ditemukan di antara mereka, dan dunia orang mati tidak merajai bumi. Maka kesucian mesti baka. Sebab Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan menjadikannya gambar hakikat-Nya sendiri. Tetapi karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.
(Demikianlah sabda Tuhan)
U. Deo Gratias
Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 838
Ref. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku keatas.
Ayat. (Mzm 30:2+4.5-6.11-12a+13b; Ul: 2a)
1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membarkan musuh-musuhku, bersukacita atas diriku. Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan daku, di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab hanya sesaat Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan, dan kasihanilah aku, Tuhan, jadilah penolongku! Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (8:7.9.13-15)
Saudara-saudara, hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih, sebagaimana kamu kaya dalam segala sesuatu; dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami. Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, yakni: Sekalipun kaya, Ia telah menjadi miskin karena kamu, supaya karena kemiskinan-Nya, kamu menjadi kaya. Sebab kamu dibebani bukan supaya orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihanmu mencukupkan kekurangan orang-orang kudus, agar kelebihan mereka kelak mencukupkan kekuranganmu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: Orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan, dan orang yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (2 Tim 1:10b)
Yesus Kristus, Juru selamat kita, telah mematahkan kuasa maut, dan menerangi hidup dengan Injil.
Atau: Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut, dan menerangi hidup dengan Injil.
Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang dengan perahu, datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia. Ketika itu Yesus masih berada di tepi danau. Maka datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika melihat Yesus, tersungkurlah Yairus di depan kaki-Nya. Dengan sangat ia memohon kepada-Nya, “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati. Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sampai habislah semua yang ada padanya; namun sama sekali tidak ada faedahnya, malah sebaliknya: keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus. Maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya, “Asalkan kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Sungguh, seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa badannya sudah sembuh dari penyakit itu. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya. Maka Ia berpaling di tengah orang banyak itu dan bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab, “Engkau melihat sendiri bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu! Bagaimana mungkin Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?” Lalu Yesus memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Maka perempuan tadi menjadi takut dan gemetar sejak ia mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya. Maka ia tampil dan tersungkur di depan Yesus. Dengan tulus ia memberitahukan segala sesuatu kepada Yesus. Maka kata Yesus kepada perempuan itu, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata, “Anakmu sudah mati! Apa perlunya lagi engkau menyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat, “Jangan takut, percaya saja!” Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus, dan Yohanes, saudara Yakobus. Dan tibalah mereka di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana Yesus melihat orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah masuk, Yesus berkata kepada orang-orang itu, “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka Yesus menyuruh semua orang itu keluar. Lalu Ia membawa ayah dan ibu anak itu, dan mereka yang bersama-sama dengan Yesus masuk ke dalam kamar anak itu. Lalu Yesus memegang tangan anak itu, seraya berkata, “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Yesus berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan.
Renungan
Jadi menghadiri Misa dalam ibadat dan doa menunjukkan siapa kita sebenarnya sebagai Gereja.
Pada saat yang sama, dalam doa kita juga memberitahu diri kita sendiri siapa yang benar-benar kita yakini dan apa yang kita yakini. Namun ada pertanyaan kurang ajar yang diajukan: Siapa yang berdoa lebih khusyuk – yang di Gereja atau yang di tempat hiburan malam?
Meskipun doa merupakan ekspresi iman yang mendalam, doa juga merupakan ujian kritis terhadap iman. Sebab dalam doalah keimanan kita diuji.
Jadi doa bisa menjadi ekspresi iman yang mendalam, dan pada saat yang sama juga merupakan ujian kritis terhadap iman.
Terlebih lagi ketika kita berhadapan dengan penderitaan, rasa sakit, dan penyakit. Di saat seperti inilah kita akan melihat sendiri siapa yang kita yakini dan apa yang kita yakini.
Dalam Injil, kita menemukan dua cerita tentang penderitaan, kesakitan, dan juga kematian. Salah satunya adalah seorang wanita yang menderita pendarahan selama 12 tahun. Korban lainnya adalah seorang gadis berusia 12 tahun yang sakit parah dan akhirnya meninggal karena penyakitnya.
Dalam kedua kasus tersebut, kehidupan terkuras habis, yang satu terkuras secara perlahan, dan yang lainnya terkuras habis. Keduanya tidak menjadi lebih baik. Dan dengan itu, baik mereka maupun orang-orang yang mereka kasihi menjadi semakin getir karena iman mereka diuji dan doa mereka tidak membuahkan hasil.
Namun di sinilah doa juga merupakan ekspresi iman yang mendalam. Yairus, ayah dari gadis berusia 12 tahun, sebagai petugas sinagoga pasti sangat berdoa untuk putrinya.
Doa itu menuntunnya untuk mencari bantuan Yesus, yang merupakan tindakan yang tidak terduga dan mengejutkan. Bahkan ada yang mungkin bertanya mengapa seorang pejabat sinagoga beralih ke pengkhotbah jalanan yang tidak resmi. Namun kenyataannya, situasi putus asa akan mencari pilihan yang putus asa.
Demikian juga halnya dengan wanita yang menderita pendarahan. Doa putus asanya menghasilkan satu pilihan terakhir dari tindakan putus asa, dan itu adalah menyentuh pakaian Yesus. Karena tidak ada ruginya lagi, dia siap melakukannya terlepas dari segala risikonya.
Hanya ada satu hal yang tersisa dalam benaknya ketika dia berkata pada dirinya sendiri: “Asalkan kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
Dan ada juga satu hal yang tersisa dalam pikiran Yairus ketika dia berkata kepada Yesus: Putri kecilku sakit parah. Datanglah dan letakkan tanganmu padanya untuk membuatnya lebih baik dan selamatkan hidupnya.
Mereka tidak punya jaminan, bahkan kemungkinan apa pun, tapi mereka punya satu hal yang Yesus juga tegaskan – mereka beriman kepada Yesus. Kepada wanita itu, Yesus berkata, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”
Seperti Yairus dan wanita dalam Injil, pengalaman hidup kita juga memiliki banyak situasi putus asa yang membuat kita berdoa dengan putus asa.
Selain kesakitan, penderitaan, dan penyakit, ada juga kesulitan keuangan, ketegangan hubungan, masalah pekerjaan, masalah perkawinan, masalah keluarga, dan masih banyak lagi masalah yang menyedihkan lainnya.
Oh, tentu saja kita berdoa dan kita akan berdoa, tapi lama kelamaan kita mulai bertanya pertanyaan seperti “Mengapa Tuhan tidak menjawab doaku?” atau “Apa gunanya berdoa jika Tuhan tidak mendengarkan doaku?” Dan tentu saja, kita menjadi marah dan merasa getir terhadap Tuhan.
Dan di sini Yesus memberitahu kita untuk tidak menyerah tetapi untuk beriman kepada-Nya. Iman juga berarti bersiap untuk melakukan tindakan iman yang nekat seperti yang dilakukan Yairus dan perempuan penderita pendarahan itu.
Namun hal itu tidak harus berupa tindakan iman yang tidak biasa atau aneh. Melainkan dapat dilakukan secara sederhana seperti menulis permohonan kepada Hati Kudus Yesus atau berdoa di depan patung Hati Kudus Yesus atau menyentuh gambar Maria dan Yesus.
Ini adalah tindakan iman yang sederhana namun dibutuhkan banyak kerendahan hati dan kepercayaan kepada Tuhan untuk melakukannya dan tidak memikirkan apa yang mungkin dikatakan orang tentang hal itu.
Karena dalam doa putus asa kita, kita percaya apa yang dikatakan dalam bacaan pertama – Kematian bukanlah perbuatan Tuhan, Dia tidak berkenan dengan kepunahan makhluk hidup. Tuhan memang menjadikan manusia tidak dapat binasa, Dia menjadikannya menurut gambaran kodratnya sendiri.
Itulah Tuhan yang kita yakini – bahwa Dia mengasihi dan memedulikan kita,, dan tidak ada doa yang tidak terjawab, terutama doa yang putus asa.
Kita hanya perlu berpegang pada iman yang ada di dalam diri kita, iman yang sama seperti yang dimiliki Yairus dan perempuan penderita pendarahan itu kepada Yesus.. [RENUNGAN PAGI]
Antifon Komuni (Mzm 103:1)
Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai seluruh diriku!
Bless the Lord, O my soul, and all within me, his holy name.