Karya: artisticco/istock.com |
Hari Minggu Biasa XXII
"Perayaan Ekaristi dalam Kurban Misa sungguh merupakan sumber dan punya tujuan penghormatan yang diberikan kepada Ekaristi di luar Misa. Selain itu, hosti kudus disimpan sesudah Misa terutama supaya anggota umat yang tidak dapat menghadiri Misa, terutama mereka yang sakit dan yang lanjut usia, oleh Komuni suci ini dapat dipersatukan dengan Kristus dan dengan Kurban-Nya yang dipersembahkan dalam Misa". Disamping itu, dengan penyimpanan hosti kudus itu, dibuka kesempatan untuk bersembah sujud kepada Sakramen seagung ini dan mempersembahkan kepada-Nya hormat yang wajib diberikan kepada Allah. Oleh karena itu, bentuk-bentuk sembah sujud yang bukan hanya bersifat pribadi tetapi juga umum dan komuniter, seperti telah ditetapkan atau direstui oleh Gereja sendiri, harus ditunjang dengan sungguh-sungguh. --- (Redemptionis Sacramentum, Instruksi VI tentang sejumlah hal yang perlu dilaksanakan atau dihindari berkaitan dengan Ekaristi Mahakudus, No. 129)
Antifon Pembuka (Mzm 85:3.5)
Kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Engkau baik hati, ya Tuhan, dan suka mengampuni, kasih setia-Mu berlimpah bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.
Have mercy on me, O Lord for I cry to you all the day long. O Lord, you are good and forgiving, full of mercy to all who call to you.
Miserere mihi Domine, quoniam ad te clamavi tota die: quia tu Domine suavis ac mitis es, et copiosus in misericordia omnibus invocantibus te.
Doa Pagi
Allah yang Mahakuasa, Engkaulah sumber dan asal segala yang baik. Bangkitkanlah dalam diri kami kasih akan Dikau dan tambahkanlah iman kami. Semoga Engkau memupuk benih-benih yang baik dalam diri kami dan memeliharanya sampai menghasilkan buah. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Ulangan (4:1-2.6-8)
Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berkata kepada bangsanya, “Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup, dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu. Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu, dan janganlah kamu menguranginya; dengan demikian kamu berpegang pada perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaan dan akal budimu di mata bangsa-bangsa. Begitu mendengar segala ketetapan ini mereka akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi! Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita berseru kepada-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, ¾, PS 848
Ref. Tuhan, siapa boleh menumpang dalam kemah-Mu?
Ayat. (Mzm 15:2-3a.3cd-4ab.5)
1. Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya; yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya.
2. Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tercela, tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang bertakwa.
3. Yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba, dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:17-18.21b-22.27)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yak 1:18)
Atas kehendak-Nya sendiri, Allah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
Inilah Injil Suci menurut Markus (7:1-8.14-15.21-23)
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka, “Dengarkanlah Aku dan camkanlah ini! Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskan dia! Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Renungan
Dalam Injil, tampaknya ada beberapa argumen tentang kepala dan tangan. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang memiliki kepala penuh dengan pengetahuan tentang Hukum dan tradisi keagamaan, mempertanyakan Yesus mengapa murid-murid-Nya tidak menghormati tradisi para tua-tua dan makan makanan mereka dengan tangan yang najis, yaitu tangan yang dibasuh.
Ada praktik dalam tradisi para penatua bahwa sebelum setiap makan akan ada ritual pembersihan tangan hingga siku.''
Jadi, mengingat "tradisi para penatua" inilah orang Farisi dan ahli Taurat mengajukan masalah tersebut untuk menunjukkan bahwa Yesus tidak mengikuti "tradisi para penatua", dan karenanya menempatkan diri-Nya di atas Hukum Taurat.
Yesus kemudian mengalihkan masalah tentang keadaan tangan ke keadaan hati.
Sebenarnya, Yesus mengajukan pertanyaan mendasar ini: Di manakah hati? Itulah pertanyaan yang Yesus ajukan saat itu dan juga sekarang: Ketika kita mengucapkan semua doa, di manakah hati? Ketika kita datang ke Gereja, di manakah hati? Ketika kita melakukan pekerjaan pelayanan, di manakah hati?
Tapi bagaimana dengan hati mereka dan bagaimana dengan ibadah yang mereka persembahkan kepada Tuhan?
Di dunia ini, baik dalam bidang pendidikan atau bisnis, ini tentang seberapa pintar kita dan seberapa pintar kita. Ini semua tentang kepala.
Tetapi Yesus mengalihkan perhatian kita ke hati kita. Apakah hati kita bersama Tuhan, ataukah jauh dari Tuhan? Jadi ini bukan hanya tentang tangan yang bersih; ini tentang hati yang bersih.
Ya, semua hal jahat ini berasal dari dalam dan membuat hati kita menjadi najis.
Santo Agustinus memberikan kita perkataan yang mendalam ini: hati kita tidak akan tenang, sampai hati kita beristirahat di dalam-Mu, ya Tuhan.
Dalam doa dan ibadah kita, marilah kita menempatkan hati kita di dalam Hati Yesus. Marilah kita memohon kepada Yesus untuk membersihkan hati kita dari dosa dan memberikan kita kedamaian-Nya. Hati yang damai adalah hati yang bersih dan siap untuk dipenuhi dengan kasih.
Semoga hati kita menjadi seperti Hati Yesus, sehingga melalui pikiran, perkataan, dan tindakan kita, orang lain dapat melihat Hati Yesus yang penuh kasih. (RENUNGAN PAGI)
Antifon Komuni (Mzm 71:16-18)
Domine, memorabor iustitiƦ tuƦ solius: Deus, docuisti me a iuventute mea, et usque in senectam et senium, Deus, ne derelinquas me.