Kita dapat membayangkan betapa besarnya kesedihan dan kepedihan yang ia alami sebagai seorang ibu, yang harus melihat Putranya sendiri menderita, dan mati di kayu Salib. Hal ini khususnya datang dari seorang ibu yang sangat mengasihi Putranya, yang telah membesarkan-Nya dan melindungi-Nya sepanjang hidup, dan yang berjalan bersama-Nya selama tahun-tahun pelayanan-Nya di antara umat Allah.
Ia melihat bagaimana Putranya dengan taat mengikuti kehendak Allah, Bapa-Nya, dengan rendah hati menanggung semua dosa umat manusia, sebagaimana Ia diutus ke dunia, dan dengan menanggung semua dosa itu atas diri-Nya, Ia membiarkan diri-Nya direndahkan, dihina, dan dilucuti sepenuhnya dari segala kemuliaan, hak istimewa, dan bahkan martabat dasar manusia, ketika Ia disiksa dan diludahi oleh orang-orang dan mereka yang telah menghukum-Nya.
Inilah yang diucapkan Nabi Simeon, dalam salah satu dari dua bagian Injil yang mungkin kita baca hari ini, ketika ia berbicara kepada Maria, tentang hati Maria yang akan tertusuk pedang, untuk menunjukkan besarnya rasa sakit dan penderitaan yang akan ia derita, saat melihat Putranya sendiri menderita sedemikian rupa. Kesedihan yang dirasakan Maria pasti sangat besar. Namun, ia tetap setia pada komitmennya kepada Tuhan, dan dalam kasihnya kepada Putranya.
Yang terpenting, Maria telah melihat penderitaan yang dialami Putranya, penderitaan yang dimaksudkan untuk kita masing-masing, orang berdosa. Dan inilah sebabnya, kita telah melihat banyak penampakan Maria selama berabad-abad, terutama pada saat kita umat manusia sedang mengalami masa-masa sulit, kejahatan, dan keburukan. Maria menampakkan diri kepada kita, sebagai seorang ibu yang penuh kasih yang peduli dengan tindakan dan dosa kita, kurangnya iman kita, dan jalan kita yang jelas menuju kutukan.
Sekarang, saudara-saudari di dalam Kristus, sebagai mereka yang telah dianggap oleh Bunda Allah sendiri sebagai anak-anaknya sendiri, apakah kita kemudian begitu kurang ajar dan tidak tahu berterima kasih, sehingga membuat ibu kita yang terkasih semakin sedih dengan tindakan dan perbuatan jahat kita? Jika kita benar-benar mencintai Tuhan, kita juga akan mencintai ibu-Nya, dan sebaliknya, dan bagaimana kita mengasihi Tuhan dan Bunda-Nya, Maria? Yaitu dengan pertobatan hati yang tulus dan komitmen baru untuk hidup dan melayani Tuhan setiap saat.
Marilah kita semua bertobat dari segala jalan hidup kita yang jahat dan menjauhi segala dosa yang telah kita lakukan dalam hidup selama ini. Marilah kita semua beriman kepada Tuhan, dan marilah kita semua bertumbuh untuk semakin mengasihi-Nya, dan semakin mendekat kepada-Nya, di setiap saat yang berlalu. Semoga Tuhan memberkati kita semua, dan semoga Dia terus membimbing kita semua dalam menjalani hidup. Ya Maria, Bunda Dukacita, doakanlah kami yang berdosa ini senantiasa, agar kami tidak lagi menambah kesedihan di hatimu yang berduka, melalui pertobatan hati kami. Amin.