Peringatan Wajib St. Sesilia, Perawan dan Martir
“Surga adalah perjumpaan kita dengan Bapa yang terjadi dalam Kristus yang bangkit melalui persekutuan Roh Kudus.” (St. Yohanes Paulus II)
Antifon Pembuka
Inilah martir sejati yang bersedia menumpahkan darah untuk membela nama Kristus. Ia tidak takut menghadapi ancaman di pengadilan. Kerajaan surga kini menjadi miliknya.
Doa Pagi
Allah Bapa sumber kehidupan kekal, menjadi pengikut Kristus Putra-Mu akan selalu berhadapan dengan kenyataan ditolak, dimusuhi bahkan dianiaya. Berilah aku keteguhan hati untuk tetap setia dengan mengingat janji keselamatan-Mu seperti diteladankan oleh St. Sesilia. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Ilustrasi foto: Diocese of Siouxfall |
Bacaan dari Kitab Wahyu (10:8-11)
Aku, Yohanes, mendengar suara dari langit, yang berkata kepadaku, “Pergilah, ambillah gulungan kitab yang terbuka di tangan malaikat yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu”.Maka aku menghadap malaikat itu. Aku minta kepadanya, supaya memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Ia berkata, “Ambillah dan makanlah, Kitab itu akan terasa pahit dalam perutmu, tetapi manis seperti madu dalam mulutmu.” Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat dan memakannya. Rasanya manis seperti madu dalam mulutku, tetapi setelah kumakan terasa pahit dalam perut. Maka malaikat itu berkata kepadaku, “Engkau harus bernubuat lagi kepada banyak bangsa, kaum, bahasa dan raja.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Betapa manis janji-Mu itu bagi langit-langitku, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 119:14. 24. 72. 103. 111. 131)
1. Aku bergembira atas peringatan-peringatan-Mu, melebihi segala harta.
2. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku dan kehendak-Mu menjadi penasihat bagiku.
3. Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih berharga daripada ribuan keping emas dan perak.
4. Betapa manis janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih manis daripada madu bagi mulutku.
5. Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku.
6. Mulutku kungangakan dan mengap-mengap, sebab aku mendambakan perintah-perintah-Mu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. (2Taw 7:16)
Tempat ini telah Kupilih dan Kukuduskan. Supaya nama-Ku tinggal di sana sepanjang masa.
Inilah Injil Suci menurut Lukas (19:45-48)
Pada waktu itu Yesus tiba di Yerusalem dan masuk ke Bait Allah. Maka mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ. Ia berkata, “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun!” Tiap-tiap hari Yesus mengajar di Bait Allah. Para imam kepala dan ahli Taurat serta orang-orang terkemuka bangsa Israel berusaha membinasakan Yesus. Tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Renungan
Tidak peduli betapa hebat atau hebatnya seseorang atau sesuatu, setelah beberapa waktu kita akan terbiasa dengannya.
Baik itu hubungan baru atau minat baru, setelah beberapa saat, semangat awal akan mendingin.
Dan kemudian kita mulai menerima begitu saja dan menjadi agak santai dengannya.
Itu bahkan bisa terjadi pada sesuatu yang sakral dan suci. Dan itulah situasi yang Yesus tujukan dalam perikop Injil.
Bait Suci, yang merupakan rumah Tuhan, yang juga merupakan tanda kehadiran Tuhan yang sangat dalam di antara umat-Nya, dianggap sudah semestinya dan bahkan otoritas keagamaan bersikap agak santai dengan-Nya.
Bait Suci bukan hanya sebuah bangunan tetapi itu akan menjadi rumah doa di mana Tuhan bertemu dengan umat-Nya.
Tetapi Yesus membuat pernyataan ini “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun!”
Kita mungkin tidak begitu berani untuk mengubah rumah Tuhan menjadi sarang penyamun. Tetapi kita mungkin berpuas diri dan menerima begitu saja karena kita sudah terbiasa dan menjadi santai dalam hubungan kita dengan Tuhan.
Yesus mengingatkan kita bahwa rumah Tuhan harus menjadi rumah doa dan penyembahan. Sikap kita di rumah Tuhan juga mencerminkan hubungan kita dengan Tuhan. Semoga kita tidak menerima begitu saja dan menjadi terlalu santai atau terbiasa.
Komentar hari ini
Paus Benediktus XVI, Homili, Minggu Palma, 16 Maret 2008.